Ikhtiar Aman di Tengah Alam
Di tengah pandemi Covid-19, kesejukan alam bebas memanggil-manggil. Pelan tapi pasti, makin banyak orang menjejakkan kaki ke luar rumah, mendekatkan diri ke alam. Meski minim kasus, potensi penularan di alam tetap ada.
Di tengah pandemi Covid-19, kesejukan alam bebas memanggil-manggil. Pelan tapi pasti, makin banyak orang menjejakkan kaki ke luar rumah, mendekatkan diri ke alam. Meski minim kasus, potensi penularan Covid-19 di alam terbuka tetap ada.
Pada 25-26 Juli 2020, Hadi Barong (45) dan enam temannya berburu udara segar ke Curug Citambur di Cianjur, Jawa Barat. Dari Jakarta mereka naik motor, menempuh perjalanan hampir 10 jam menuju Desa Karangjaya, Pasir Kuda, Cianjur, lokasi Curug Citambur.
”Ke sana mau menikmati curug (air terjun). Tapi, karena jarak tempuh jauh dan lama, jadi harus kemah. Minggu-nya main air dan berendam,” ujar Hadi, Senin (3/8/2020), di Depok, Jabar.
Sejumlah peralatan kemah mereka bawa di atas motor yang melaju dalam kecepatan 60-80 km per jam melewati jalanan Jakarta-Cianjur. Tujuh kilometer menjelang lokasi, jalanan rusak parah karena aspal habis terkikis. Toh, mereka enjoy meski pantat terasa baal.
Sudah lama Hadi dan teman-temannya ingin mengunjungi Curug Citambur. Curug yang memiliki ketinggian 130 meter ini konon sangat indah. Kalau airnya sedang deras, bunyi air jatuhnya terdengar seperti tambur.
Pandemi Covid-19 yang memaksa orang berdiam di rumah membuat Hadi yang sejak dulu hobi beraktivitas di alam jenuh. Pandemi juga membuat fotografer lepas ini sepi permintaan jasa.
Pergi ke alam membuatnya lebih santai karena stres berkurang. ”Kan, beda yang dilihat. Lebih tenang, lebih adem. Paling enggak setelah ini punya amunisi. Mental lebih kuat,” katanya.
Selama di alam bebas, mereka berupaya menjalankan protokol Covid-19. Dua tenda dipasang berjarak meski akhir pekan itu tak banyak orang. Sebelum masuk kawasan curug, suhu badan diperiksa menggunakan pistol termometer.
Baca juga : Langkah Kaki di Hijau Alam
Begitu pula dengan Retmawati (41). Ia dan keluarganya yang hobi menjelajah pun sudah kembali ke alam sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilonggarkan. ”Awalnya ke Suaka Elang, tapi masih tutup. Akhirnya ke Sukawana, perkebunan teh PTPN VIII di Bandung Barat, di kaki Gunung Tangkubanparahu,” ujar Retma di Jakarta.
Sukawana relatif sepi. Jalur trekking ditempuh sekitar 7 km dengan tanjakan cukup terjal. Sebagian besar jalurnya melintasi hutan dengan rimbun pepohonan dan sungai berair bening. ”Kami memilih jalur yang tak banyak dilintasi orang. Sepanjang jalan cuma ketemu rombongan pemburu babi hutan dan petugas,” kata Retma. Bagi dia, aktivitas ke alam, terutama di saat pandemi, memberi suntikan semangat baru.
Banyak warga Jakarta dan sekitarnya memilih trekking di masa pandemi ini. Tak ketinggalan pesohor seperti Dian Sastrowardoyo, Luna Maya, dan Wulan Guritno.
”Ramalan” kegiatan wisata berbasis alam akan diminati atau paling cepat rebound saat PSBB mulai dilonggarkan rupanya benar adanya. ”Terkurung” selama berbulan-bulan akibat pandemi membuat hasrat orang untuk keluar rumah meluap-luap, khususnya mendekat ke alam.
Di Situ Gunung, kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jabar, yang merupakan salah satu destinasi wisata alam, warga membeludak. Antrean menuju jembatan gantung Situ Gunung bahkan mencapai 50 meter awal Agustus lalu.
Banyak mobil berpelat Jakarta terlihat di tempat parkir. Padahal, jalur Jakarta-Sukabumi dikenal rawan macet.
Tancap gas
Tak hanya pencinta trekking dan kemah, para pendaki gunung juga sudah mulai tancap gas. Wasrini (43), warga Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, senang bukan kepalang bisa mendaki Gunung Bismo di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. ”Buat hilangkan kangen karena sudah rencana jalan-jalan dari Maret, tapi enggak bisa,” katanya.
Selama mendaki pada 31 Juli-2 Agustus 2020, Wasrini menerapkan protokol kesehatan. Ia menggunakan masker, sarung tangan, dan pembersih tangan. ”Surat-surat juga dicek. Saya sudah rapid test (tes cepat) di klinik,” ucapnya.
Jika napasnya tersengal, ia melepas masker sambil menjaga jarak. Wasrini mengenakan kembali maskernya saat beristirahat dan mengobrol. ”Gembira, balik lihat alam lagi dan berbagi makanan,” katanya.
Ivano Zandra (43) juga tak sabar naik gunung lagi. Konsultan keuangan itu berencana mendaki Merbabu awal September. ”Senang banget. Saya mau mengajak anak dan teman,” tutur warga Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta, ini.
Pandemi memang membuat Ivano waswas. Oleh karena itu, dia berencana mengambil tes cepat sebelum naik gunung. ”Di gunung, saya akan tidur dengan anak,” katanya.
Setelah empat bulan absen, anggota klub penelusuran goa Acintyacunyata Speleological Club (ASC) ini juga mulai memberanikan diri kembali masuk goa. Mereka menelusuri goa di kawasan karst Gunungsewu, yaitu Goa Wuluh Kumet di Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, DI Yogyakarta.
”Bulan pertama belum rindu. Setelah bulan kedua dan seterusnya rindu sekali. Banyak teman caver (penelusur goa) merasakan hal yang sama,” kata anggota yang juga pengurus ASC, Erlyn Mattoreang (26). Kerinduan itu terobati di penelusuran goa selama 13 jam awal Juli lalu.
Berbeda dari biasanya, semua anggota tim yang terdiri atas enam orang wajib memakai masker. Mereka juga harus membawa penyanitasi tangan, sarung tangan plastik untuk makan, serta botol minum dan kotak makan pribadi.
”ASC memutuskan memulai kegiatan penelusuran goa karena masih ada PR goa yang belum selesai dipetakan untuk pelacakan sungai bawah tanah dan sistem pergoaan. Sekaligus refresh pikiran setelah beberapa bulan karantina,” ujar Erlyn.
Baca juga : Geliat Wisata Lereng Gunung Lawu
Theatre Adventure yang melayani jasa wisata petualangan perseorangan, keluarga, kelompok, dan perusahaan juga menerapkan protokol ketat untuk tamu-tamu mereka. Selain masker, penyanitasi tangan, dan peralatan pribadi, peserta juga wajib membawa surat keterangan sehat, tidak dalam kondisi batuk, pilek, demam, atau sejumlah gejala terkait Covid-19. Mereka juga diminta membawa alat makan, minum, dan obat-obatan pribadi.
Peserta dan perlengkapan mereka juga disemprot dengan disinfektan. Jumlah peserta pun dibatasi. ”Baru pekan lalu ada satu keluarga yang kami fasilitasi perjalanan camping-nya ke Gunung Bunder. Untuk paket camping keluarga, maksimal peserta tak lebih dari 10 orang,” ujar Direktur Utama Theatre Adventure Syarif Hidayatullah.
Banyak manfaat
Tak hanya di masa pandemi, psikolog klinis Dessy Ilsanty mengungkapkan, kegiatan di alam juga memberikan banyak manfaat. Selain menurunkan stres, kegiatan itu juga memberikan pengalaman dan pembelajaran baru.
Kegiatan luar ruang juga melatih mengatasi rasa takut atau cemas, misalnya risiko jatuh, luka, atau tercebur. Jika berhasil melewatinya, akan tumbuh rasa percaya diri. ”Di luar itu, kesehatan fisik juga berkaitan dengan kesehatan mental. Ketika fisik sehat, mental pun terbantu untuk sehat,” kata Dessy.
Berhadapan dengan alam juga akan meningkatkan empati. Selain itu, juga membuat lebih santai dan terhibur. ”Manfaat-manfaat ini kalau dibawa kembali ke rumah akan mem-boost kembali mood dan potensi diri kita,” kata Dessy.
Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, menuturkan, dalam situasi pandemi, aktivitas alam jauh lebih aman. Namun, bukan berarti tanpa risiko. ”Risiko selalu ada meski potensinya rendah,” ujar Dicky.
Dia mencontohkan ribuan kasus positif Covid-19 di Nepal yang notabene ada di pegunungan tertinggi di dunia. Karena itu, saat berada di alam bebas pun, setiap orang tetap harus berhati-hati.
Protokol Covid-19, menurut dia, tetap harus diterapkan. Jaga jarak idealnya 4-8 meter, kecuali suami istri atau berasal dari satu rumah. Kalau jarak 8 meter bisa dipenuhi, masker bisa ditanggalkan atau diganti dengan pelindung wajah.
Potensi penularan harus diwaspadai justru saat istirahat, ngobrol, atau makan. ”Orang suka abaikan ini. Karena duduk dekat, lalu ngobrol. Kalau makan, bertukar alat makan,” katanya. Untuk menekan risiko, harus lebih sering mencuci tangan.
Berusaha bahagia itu harus. Namun, menerapkan protokol Covid-19 di mana pun dan dalam kondisi apa pun tetap harus dilakukan.
(DOE/FRO/BAY/WKM/DWA)