Pandemi Covid-19 mendorong peragaan busana pindah media, dari panggung ke layar gawai. Acara dikemas sedemikian rupa agar tetap meriah dan bergaya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Format acara sejumlah peragaan busana diubah akibat pandemi Covid-19. Hal ini memicu dekonstruksi di industri mode, yakni ketika titian peraga (catwalk) konvensional pindah ke layar gawai.
Salah satu acara mode yang dikemas dalam format digital ialah Revival Fashion Festival 2020 oleh Jakarta Fashion Week (JFW). Revival Fashion Festival disiarkan secara langsung melalui akun resmi JFW di Instagram dan Youtube pada 7-9 Agustus 2020.
Direktur JFW Lenni Tedja mengatakan, peragaan busana virtual adalah hal baru dan tidak mudah. Segenap anggota tim perlu mempersiapkan hal yang berbeda dengan peragaan busana pada umumnya.
”Ini menantang karena yang harus dibuat senang tidak hanya audiens yang hadir, tetapi juga yang menonton dari rumah. Dengan ini, kami mendorong (pelaku industri mode) agar tetap positif dan terus berkreasi saat pandemi,” kata Lenni pada konferensi pers tanpa tatap muka, Jumat (7/8/2020).
Ada sejumlah jenama yang berpartisipasi pada Revival Fashion Festival. Beberapa di antaranya ialah Ai Syarif 1965, Raegitazoro, Cotton Ink, Ghaisani, Sideline, SVH, Eureka, dan Studio 1319. Layaknya peragaan busana ”sungguhan”, hiburan musik dari penyanyi juga tidak luput disuguhkan.
Ini menantang karena yang harus dibuat senang tidak hanya audiens yang hadir, tetapi juga yang menonton dari rumah.
Pendiri jenama Eureka dan pemenang Lomba Perancang Mode (LPM) 2019, Frederika Cynthia, mengatakan, koleksi yang ia tampilkan menggambarkan situasi publik masa kini. Koleksinya menceritakan tentang beragam hal yang patut disyukuri saat dunia dihantam pandemi.
”Melalui koleksi ini, kami ingin membuat audiens ingat untuk lebh mindful (sadar) dalam menyikapi informasi soal Covid-19 yang dikonsumsi setiap hari. Jika tidak begitu, bisa jadi informasi itu malah bikin kewalahan dan stres,” katanya.
Sementara itu, pendiri jenama Studio 1319 dan pemenang LLPM Menswear 2019, Bima Wicaksana, mengatakan, ia menampilkan koleksi yang santai dan mudah digunakan sehari-hari. Rancangannya kali ini mempertimbangkan kebiasaan baru publik yang kini lebih sering berada di rumah.
”Koleksi saya menggambarkan situasi pandemi. Saya menggunakan warna hitam dengan potongan yang sederhana. Busana ini ringan, nyaman, dan bisa dikenakan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan orang sekarang,” ujar Bima.
Peragaan virtual
Selain Revival Fashion Festival 2020, sejumlah peragaan busana global juga dikemas melalui konten digital. Sebelumnya, pertunjukan busana dan tata rias digelar oleh Kolaborasi Pekerja Industri Kreatif di Surabaya, Jawa Timur. Pertunjukan ini memecahkan rekor Muri sebagai pergelaran busana dan tata rias virtual pertama di Indonesia.
”Banyak industri kreatif lainnya turun tangan dan membuat suatu acara. Itu menandakan respons positif (terhadap pandemi Covid-19 dan semangat berkarya),” kata penggagas acara Yusuf Wiharto seperti dikutip dari Kompas TV.
Pada pertengahan Juli 2020, Pekan Mode Milan (Milan Fashion Week) juga digelar dalam format digital. Para desainer yang terlibat bebas memutuskan konsep acaranya masing-masing. Pekan mode digital di Milan ini digelar oleh Camera della Moda Italiana, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang mode.
President of Camera della Moda Italiana Carlo Capasa mengatakan, ide pekan busana digital harus berbeda dengan pekan mode ”normal”. Capassa menjabarkan pekan mode digital sebagai sesuatu yang sangat beragam.
”Semua orang bisa memutuskan sendiri pesan yang ingin disampaikan. Keuntungan dunia digital ialah kebebasan. Anda bebas berekspresi. Kami bisa saja bilang ke semua orang bahwa Anda punya waktu 1-15 menit. Lalu, Andalah yang memutuskan apa yang ingin ditampilkan,” kata Capassa seperti dikutip dari Vogue.
Capassa menambahkan, bisa saja para desainer menampilkan karyanya dengan cara yang benar-benar berbeda. Capassa membayangkan ada desainer yang menunjukkan koleksinya serupa peragaan busana tradisional, look book, film mode, bahkan dikemas seperti sesi foto di belakang panggung.
Selain Pekan Mode Digital Milan, Shanghai lebih dulu menggelar peragaan busana serupa dengan nama Shanghai Digital Fashion Week. Audiens bisa menyaksikan peragaan busana secara virtual, lalu membeli langsung busana yang disukai melalui sebuah aplikasi. Sistem seperti ini disebut see now, buy now.
Audiens juga bisa memeriksa bahan dan detail busana melalui aplikasi tersebut. Calon pembeli bahkan bisa mencari tahu gerakan material busana saat dikenakan sambil bergerak ataupun berjalan.