Berbenah Rumah untuk Kenyamanan
Berbenah rumah mempunyai banyak manfaat. Selain rumah menjadi lebih rapi, keluarga yang banyak beraktivitas di dalam rumah juga menjadi lebih nyaman.
Kesibukan di luar rumah sering kali membuat sang pemilik tak lagi mengenal seluk-beluk rumah dan isinya. Ketika harus berada di rumah dalam jangka waktu panjang akibat pandemi Covid-19, berbenah rumah jadi pilihan untuk membuat pemilik rumah kembali menjadi tuan rumah yang sesungguhnya.
Pendiri komunitas Menata Keluarga (Emka), Melly Kiong, kebingungan saat asisten rumah tangganya pulang kampung demi mencegah penyebaran virus korona. Hampir 20 tahun Melly yang awalnya bekerja di kantor lalu jadi pegiat pendidikan keluarga dengan jadwal padat di luar rumah sehingga menyerahkan sepenuhnya urusan rumah kepada mitra kerja. Sehari-hari ada ibu mertua yang suka memasak dan turut mengawasi rumah sehingga Melly tak ambil pusing dengan urusan domestik keluarganya.
Saat Melly harus turun ke dapur karena tak lagi bisa mengandalkan mitra kerjanya, dia seolah tersadar. Melly tidak tahu di mana barang-barang diletakkan dan menemukan dapurnya tak praktis untuk berkegiatan. Alhasil, dia menghabiskan lebih banyak waktu untuk menemukan berbagai bumbu dapur, alat masak yang tak beraturan, serta bahan makanan di kulkas. Semua itu membuat niatnya untuk memasak jadi hilang.
”Saya jadi sadar, selama ini tidak jadi tuan di rumah sendiri. Saya dan keluarga jadi bergantung pada mitra kerja keluarga. Ketika dia tidak ada, saya sempat tidak berdaya. Saya pikir kondisi yang tidak terduga karena virus korona ini juga dialami banyak keluarga di Indonesia,” ujar Melly yang dihubungi di Jakarta, Senin (3/8/2020).
Selama berada di rumah, Melly justru merasa tak mengenal dapurnya sendiri. Sejenak termenung dan memikirkan para keluarga yang juga mengalami nasib serupa, di benak Melly seketika tebersit ide. Kondisi harus tinggal di rumah memancing ide Melly untuk mengampanyekan gerakan #Bebenah dari dalam keluarga. Selama ini, dia memang punya keinginan untuk memperkuat keluarga Indonesia yang berkesadaran penuh (mindful parenting).
”Saya menata dapur, menyusun dengan sistematis supaya semua anggota keluarga mudah untuk menemukan barang-barang yang dibutuhkan. Tidak usah bertanya dan teriak-teriak. Saya buat tulisan di kertas dan ditempel di laci, di lemari, hingga isi kulkas pun ditulis jelas,” kata Melly, ibu dua anak ini.
Membuat label
Ketika ibu mertua Melly, Lili Fatimah (78), memasak, biasanya terjadi keributan untuk minta diambilkan barang ini dan itu. Nah, dengan penataan dapur dan kulkas yang sistematis dan dilabeli, sang cucu, Julian, tidak kebingungan saat neneknya minta diambilkan caipo. Padahal, Julian tidak mengerti bentuk caipo yang dimaksud.
”Karena semua bahan makanan yang ada di kulkas ada tulisannya, tiap orang jadi mudah untuk mengambil tanpa perlu ribut bertanya. Di sinilah saya menemukan keyakinan untuk mengajak lebih banyak orang ikut kegiatan berbenah di rumah masing-masing,” kata Melly yang juga penulis buku-buku keluarga ini.
Berbenah yang dimulai Melly dari dapur merembet ke ruangan lain. Rumah terasa bersih, rapi, dan lega. Barang-barang yang tidak dipakai, tetapi sebenarnya masih bisa digunakan, disulap untuk fungsi lain. Dia tak lagi sendiri karena suaminya, Tatang Wijaya, dan dua anaknya ikut membantu.
Melly pun memakai media sosial untuk mengajak orang lain berbenah di rumah. Lalu, 15 orang dari berbagai profesi dan daerah diajak bergabung dalam grup Whatssapp untuk mendapatkan contoh dari Melly dalam kegiatan berbenah dari rumah.
”Awalnya pada malu untuk mem-posting foto kondisi dapur dan rumahnya. Tetapi, aku dorong terus untuk berkomitmen mau berbenah. Di sini kami saling berbagi dan mendukung. Senang rasanya melihat foto before dan after suasana dapur dan rumah yang lebih rapi, teratur, dan sistematis. Ajakan berbenah ini kemudian berkembang jadi ajakan saling berbagi kepada orang lain yang membutuhkan,” ujar Melly.
Terasa lega
Ajakan berbenah di rumah disambut Elnah Susilo, warga Jakarta Barat. Saat asisten rumah tangga yang 16 tahun bekerja di rumahnya pulang kampung, Elnah yang sehari-hari sibuk membantu pekerjaan suami menjadi panik.
”Aku enggak tahu di mana ART menyimpan barang yang diperlukan. Banyak wadah yang ada di dapur, aku enggak ngerti isinya apa, padahal butuh untuk masak. Aku sedikit-sedikit telepon atau WA Mbak di kampung. Tetapi, kan, tidak selalu cepat direspons, kadang tidak ada sinyal,” ujar Elnah tertawa saat mengenang keputusannya ikut gerakan #Bebenah.
Elnah pun mulai berbenah dari dapur yang tak dikenalinya. Dia melabeli semua barang, menyusun sesuai ukuran dan jenis, hingga memindahkan supaya ruangan tidak sesak. Elnah mengajak dua anaknya untuk ikut aktivitas berbebah dan menaruh barang sesuai tempatnya. Ketika ART pulang, Elnah mengisahkan kegiatan berbenah di rumah. ”Malah Mbak merasa senang karena ada arahan dan memudahkannya untuk bekerja,” katanya.
Elnah mengatakan, pekerjaan rumah yang awalnya terasa berat ternyata jadi kegiatan menyenangkan bagi semua anggota keluarga. ”Waktu aku berbenah seperti ketemu harta karun. Banyak barang yang sudah ada, tetapi enggak tahu di mana letaknya, akhirnya beli lagi. Waktu bongkar-bongkar nemu banyak barang yang sama. Suami dan anak-anak tertawa dengan temuan saat bongkar-bongkar rumah,” tuturnya.
Suryanti (45), warga Jakarta Pusat, awalnya berpikir, berbenah rumah yang penting rumah kelihatan rapi, disapu, dan dipel. Namun, di grup berbenah yang diikutinya, Suryanti yang ibu rumah tangga ini merasa apa yang dilakukannya tidak cukup. Dia harus membuat perubahan dalam penataan di rumahnya.
Benar saja, saat berada di dapur, dari luar terkesan rapi karena kitchen set dengan banyak lemari dan laci menyembunyikan banyak barang. Ketika berbenah mulai dilakukan, Suryanti mengalami benda-benda berjatuhan saat lemari dibuka dan banyak bahan makanan, mulai dari aneka bumbu masak hingga makanan kaleng, yang sudah kedaluwarsa.
”Tidak disadari, ternyata saya dan keluarga ini overstock, penumpuk barang. Karena barang tidak tertata rapi dan mudah dijangkau, ketika enggak menemukan mikir-nya sudah habis. Jadi, banyak beli barang dalam jumlah banyak, akhirnya tertumpuk. Ada satu kantong plastik besar bumbu dapur instan, penyedap rasa, kecap, saus tiram, dan banyak lagi yang dibuang karena sudah kedaluwarsa. Nemu yang sudah kedaluwarsa sejak tahun 2018 dan enggak pernah lagi pakai produk itu,” tutur Suryanti geli.
Selain itu, ada 2-3 kantong plastik beragam botol bekas minuman yang juga dikeluarkan dari lemari dapur. Akhirnya, lemari dan laci dapur terasa lega. Penyusunan diklasifikasikan sesuai jenis makanan, botol, atau kaleng. Penghuni rumah pun mudah untuk menemukan barang-barang yang dibutuhkan.
”Suami suka buka kopi baru, padahal kopi sudah ada yang dibuka. Gula juga demikian, tetapi tempatnya beda-beda. Banyak belanjaan yang terbuang percuma karena jarang bebenah sehingga barang tersembunyi dan berceceran,” ujarnya.
Setelah puas dengan berbenah dapur, Suryanti bergerilya ke ruang tamu yang juga sering berantakan. Termasuk pula kamar dua anaknya yang remaja. ”Saya enggak banyak ngomong, tetapi kasih contoh. Lama-lama orang rumah jadi risi kalau memberantaki rumah. Kini, semua bahagia karena rumah terasa lega, terang, dan mudah menjangkau barang-barang yang dicari,” kata Suryanti.
Sementara itu, Suryana, warga Pontianak, Kalimantan Barat, memanfaatkan gerakan #Bebenah untuk mendidik tiga anaknya yang remaja. Ketika anak-anaknya malas membereskan kamar tidur, Suryana mengunggah foto before dan after.
Suryana mengunggah di grup WA keluarga kamar anak yang tidak dibereskan saat bangun tidur, lalu satu foto kamar tidur anak yang dibereskan Suryana. ”Aku tinggal bilang, bagusan yang mana, ya? Anak-anak enggak komentar. Tetapi, besoknya jadi membenahi kamarnya sendiri sebelum keluar kamar,” katanya.
Suryana memulai berbenah dari sudut-sudut rumah yang memiliki banyak tumpukan barang tak beraturan. Salah satunya tumpukan kantong plastik. Suryana pun mulai memilah. Lalu, dia juga mengajak anak-anaknya untuk memanfaatkan plastik jadi ecobrick.
Aku tinggal bilang, bagusan yang mana, ya? Anak-anak enggak komentar. Tetapi, besoknya jadi membenahi kamarnya sendiri sebelum keluar kamar.
”Lumayan untuk membuat anak sibuk. Mereka ikut mengguntingi plastik kecil-kecil, lalu dimasukkan ke botol bekas sampo yang banyak di rumah. Kegiatan ini bisa mengalihkan mereka enggak main gadget melulu waktu libur kemarin,” ujarnya.
Menurut Suryana, dia merasa senang dengan menjadi bagian dari grup berbenah. Ada banyak ide yang bisa diterapkan dari foto before dan after anggota lain. ”Rasanya standar kerapian rumah jadi meningkat. Enggak betah kalau melihat rumah berantakan, jadi ingin segera merapikan,” katanya.
Berbagi
Gerakan #Bebenah yang dipicu Covid-19 ini tak berhenti hanya soal bersih-bersih rumah. Ada ajakan untuk peduli sesama dengan berbagi yang disebut Welas Asih. Makanan yang tidak habis dimakan keluarga hari itu bisa diolah lagi, lalu dibuat jadi nasi bungkus yang dibagi-bagikan pada orang lain yang membutuhkan.
”Tadinya makanan bisa berhari-hari disimpan di kulkas, akhirnya terbuang. Tetapi, lewat gerakan berbenah, kami ajak juga untuk welas asih dengan berbagi,” ujar Melly.
Setiap pagi, Melly mengolah dan membungkus makanan yang tersisa semalam. Makanan tersebut lalu dibawa suaminya yang dalam perjalanan ke kantor dan dibagikan kepada pemulung, tukang sampah, atau orang yang membutuhkan. Ibu mertuanya pun dengan semangat ikut membagikan makanan saat berkeliling kompleks. ”Padahal, tadinya ibu mertua yang paling suka menyimpan makanan sisa di kulkas. Tetapi, sekarang dia punya semangat berbagi,” ujar Melly.
Tadinya makanan bisa berhari-hari disimpan di kulkas, akhirnya terbuang. Tetapi, lewat gerakan berbenah, kami ajak juga untuk welas asih dengan berbagi.
Rembetan dari berbenah rumah ternyata juga bisa menguak sejarah keluarga. Melly menemukan termos lama milik ibu mertua yang ditemukan kembali saat berbenah. Alhasil, sang ibu mertua bahagia karena termos produk zaman dulu ini diyakininya lebih tahan panas dibandingkan termos yang dimilikinya sekarang.
Dari termos yang ditemukan itu terkuak kisah yang tersimpan lama. Ternyata termos itu dibeli ibu mertua dengan uang yang terbatas demi menyediakan air panas untuk susu suami yang ketika kecil hanya doyan minum susu karena susah makan. ”Saya mau simpan barang warisan keluarga dengan membuat Pojok Warisan,” ujar Melly melontarkan ide.
Lalu, di grup bertaburan cerita aneka temuan barang warisan keluarga dan cerita di baliknya. ”Saya punya sutil alias centong untuk masak warisan nenek. Walaupun berat, awet sampai sekarang,” ujar Leni Marlina.
Melly mengatakan, berbenah mengajarkan keluarga untuk rapi, konsisten, dan peduli. ”Berbenah enggak cuma soal rumah, tetapi jadi berbenah diri yang lebih peduli,” katanya.