Adira Kucurkan Rp 17,4 Triliun untuk Restrukturisasi Kredit
Pandemi Covid-19 mendorong Adira Finance melakukan langkah strategis. Bantuan restrukturisasi kredit tidaklah main-main dikucurkan. Jumlahnya mencapai Rp 17,4 triliun walaupun akhirnya menggerus laba bersihnya.
JAKARTA, KOMPAS — Dalam tiga bulan, lembaga pembiayaan PT Adira Finance membantu mengucurkan dana sebesar Rp 17,4 triliun untuk merestrukturisasi kredit kendaraan. Langkah strategis yang dilakukan sejak April hingga Juni 2020 telah membantu sebanyak 745.000 kontrak kredit.
Hafid Hadeli, Presiden Direktur Adira Finance, dalam laporan keuangan Adira Finance, Selasa (4/8/2020), di Jakarta, mengatakan, ”Sejak April 2020, Adira Finance telah memberikan bantuan kepada konsumen yang secara langsung terkena dampak pandemi Covid-19 dalam bentuk restrukturisasi kredit.”
”Adapun konsumen yang memenuhi syarat untuk restrukturisasi sesuai dengan kriteria yang diarahkan oleh Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia dan OJK. Hingga 30 Juni 2020, jumlah konsumen yang telah melakukan restrukturisasi sebesar 745.000 kontrak atau sekitar Rp 17,4 triliun,” kata Hafid.
Adira memahami, pandemi Covid-19 yang terjadi di awal tahun 2020 telah menjadi krisis kesehatan global. Sejak awal krisis ini, sejumlah negara memberlakukan kebijakan pembatasan mobilitas dan pembatasan sosial guna memutus rantai penyebaran Covid-19.
Dalam hal ini, adanya pembatasan mobilitas mengakibatkan terganggunya kegiatan ekonomi global dan domestik. Akibatnya, ekonomi global mengalami kontraksi yang cukup dalam pada tahun 2020. Sementara di Indonesia, menurut Kementerian Keuangan, PDB pada kuartal II-2020 juga diperkirakan mengalami penurunan menjadi minus 5,08 persen.
Namun, pemulihan kegiatan ekonomi diperkirakan terjadi secara bertahap sejalan dengan adanya relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak pertengahan Juni 2020. Bank Indonesia telah memangkas suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (DRRR) sebanyak empat kali hingga Juli 2020 menjadi 4,0 persen. Nilai tukar rupiah terkendali di kisaran Rp 14.300-Rp 14.700 per dollar AS.
Akibat terganggunya kegiatan ekonomi yang disebabkan oleh dampak dari pandemi Covid-19, industri otomotif mengalami penurunan yang signifikan yang terlihat dari penurunan penjualan mobil baru ritel domestik sebesar 42 persen (year on year) yang mencapai 291.000 unit pada enam bulan tahun 2020. Sementara itu, penjualan sepeda motor baru ritel domestik tercatat sebesar 2,0 juta unit atau menurun sebesar 36 persen (year on year) pada semester I-2020.
Penjualan secara ritel ini mengacu pada penjualan yang dilakukan dari dealer ke pelanggan, sebagaimana mencerminkan bisnis perusahaan multifinance dalam menyediakan pembiayaan dalam segmen ritel ini. Adapun penjualan wholesales mengacu kepada penjualan dari manufaktur ke dealer.
Secara keseluruhan, total pembiayaan baru Adira Finance sepanjang semester I-2020 turun sebesar 47 persen (year on year) menjadi Rp 10,1 triliun. Hal itu sejalan dengan penurunan pada industri otomotif.
Hal ini disebabkan lesunya daya beli masyarakat, ditambah lagi penerapan PSBB yang mengakibatkan sebagian besar aktivitas ekonomi diberhentikan. Dampaknya berlanjut ke pembiayaan mobil dan sepeda motor.
Total penjualan segmen sepeda motor dan mobil masing-masing mengalami penurunan menjadi Rp 4,7 triliun dan Rp 3,6 triliun di semester I-2020. Sementara segmen non-otomotif tercatat sebesar Rp 1,8 triliun.
”Total piutang yang dikelola pada semester I-2020 sebesar Rp 50,4 triliun, turun 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di tengah pandemi ini, perusahaan terus berupaya melayani kebutuhan konsumen dan mitra dengan tetap menyalurkan pembiayaan baru secara selektif yang disesuaikan pada kondisi pasar saat ini,” ujar Hafid.
Untuk mendukung masa normal baru, Adira telah melakukan inovasi pelayanan dengan menghadirkan aplikasi mobile/platform daring, seperti Adiraku, Momobil, dan Momotor, agar konsumen dapat dengan nyaman mengajukan pembiayaan untuk kebutuhan mereka.
Segmen pembiayaan baru pada sepeda motor baru di semester I-2020 tercatat mengalami penurunan sebesar 47 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 menjadi Rp 3,8 triliun. Honda masih berkontribusi terbesar dengan komposisi sebesar 65 persen dari total pembiayaan sepeda motor baru, dikuti Yamaha 29 persen, dan Kawasaki 4 persen. Selain itu, pembiayaan mobil baru di semester I-2020 sebesar Rp 2,2 triliun atau turun 51 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Segmen mobil baru komersial tercatat mengalami penurunan sebesar 47 persen menjadi Rp 1,1 triliun, sementara segmen mobil baru penumpang turun 53 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 menjadi Rp 1,1 triliun.
Dari data Gaikindo, selama kurun waktu masa pandemi Covid-19 pada April hingga Juni, penjualan mobil memang merosot. Penjualan mobil di bawah Astra (Toyota, Daihatsu, UD Truck, Isuzu, dan Peugeot) pada bulan Januari (40.719 unit), Februari (43.093 unit), Maret (45.931 unit), April (3.804 unit), Mei (1.102 unit), dan Juni (4.856 unit).
Sementara penjualan mobil non-Astra (Mitsubishi, Honda, Nissan, Suzuki, dan sebagainya) pada Januari (39.716 unit), Februari (36.552 unit), Maret (30.880 unit), April (4.064 unit), Mei (2.449 unit), dan Juni (7.767 unit).
Secara total, penjualan dalam satu semester baru mencapai 260.933 unit atau turun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 482.097 unit.
Adapun penjualan sepeda motor domestik berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) dalam semester ini tercatat Januari (462.984 unit), Februari (548.141 unit), Maret (561.739 unit), April (123.782 unit), Mei (21.851 unit), dan Juni (167.992 unit).
Dari sisi keuangan, Adira membukukan pendapatan bunga Rp 5,8 triliun, relatif flat atau sedikit turun sebesar 1 persen dan beban bunga turun 2 persen dibandingkan periode yang sama pada semester I-2020 menjadi Rp 2,3 triliun. Pendapatan bunga bersih relatif flat menjadi Rp 3,6 triliun atau menghasilkan margin bunga bersih sebesar 13,5 persen. Beban operasional tercatat tumbuh tipis sebesar 1 persen (year on year) menjadi Rp 3,9 triliun pada semester I-2020.
Akibat biaya kredit meningkat sebesar 22 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan adanya biaya kerugian atas restrukturisasi sebesar Rp 298 miliar, laba bersih Adira Finance menjadi Rp 597 miliar atau turun sebesar 37 persen secara year on year. Per Juni 2020, rasio ROA dan ROE masing-masing tercatat sebesar 3,5 persen dan 16,0 persen.
Per posisi 30 Juni 2020, NPL mengalami kenaikan berada pada level 3,1 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, hal ini masih dalam batas terkendali. Kenaikan ini terjadi akibat dampak pandemi Covid-19 pada kuartal II-2020.
Dalam menghadapi kondisi krisis pandemi saat ini, Adira berupaya memenuhi tingkat likuiditas dan kebutuhan pendanaan. Sumber pendanaan yang terdiversifikasi meliputi pembiayaan bersama dengan Bank Danamon dan pinjaman eksternal yang terdiri atas fasilitas kredit dari perbankan, baik dari on shore maupun off shore, dan penerbitan obligasi. Pembiayaan bersama mewakili dari 44 persen dari piutang yang dikelola.
”Awal tahun 2020, kami memperoleh pinjaman sindikasi off shore sebesar 300 juta dollar AS. Pada Juli 2020, kami telah menerbitkan Obligasi PUB V dan Sukuk Mudharabah IV Tahun 2020 senilai Rp 1,5 triliun dan menandatangani fasilitas stand by dari Bank MUFG sebesar 280 juta dollar AS. Per 30 Juni 2020, komposisi pinjaman eksternal kami terdiri atas 60 persen pinjaman bank, baik on shore maupun off shore, dan 40 persen berasal dari obligasi dan sukuk,” tutur I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan Adira Finance.
Dampak signifikan
Secara terpisah, Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro pun mengakui, kinerja bisnis dan keuangan Grup Astra sangat terdampak secara signifikan akibat pandemi Covid-19, terutama pada kuartal kedua. ”Langkah-langkah penanggulangan pandemi yang diterapkan di sebagian besar wilayah Indonesia telah berdampak kepada operasi grup secara substansial, termasuk penutupan sementara kegiatan manufaktur dan distribusi otomotif. Ada pula peningkatan secara signifikan jumlah pinjaman yang direstrukturisasi dalam bisnis jasa keuangan grup,” lanjutnya.
Selain itu, penurunan harga batubara juga menekan bisnis alat berat, kontraktor penambangan, dan pertambangan. Pandemi ini dan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan dampaknya diperkirakan akan terus memengaruhi kinerja hingga akhir tahun.
Selama masa yang penuh tantangan ini, dengan gangguan bisnis dan ketidakpastian, Grup Astra fokus secara khusus pada pengurangan biaya operasional dan belanja modal, pengelolaan modal kerja, serta kepastian likuiditas. Neraca keuangan grup tetap kuat dengan tersedianya komitmen fasilitas pinjaman senilai Rp 38,6 triliun.
Secara garis besar laporan keuangan, laba bersih per saham Astra mengalami penurunan 44 persen (belum termasuk keuntungan penjualan saham Bank Permata). Selain itu, penjualan mobil menurun 45 persen dan penjualan sepeda motor menurun 40 persen.
Penurunan harga batubara juga memengaruhi penjualan alat berat dan volume kontraktor penambangan. Kepemilikan saham pada Bank Permata dijual senilai Rp 16,8 triliun. Sementara sektor agribisnis diuntungkan oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit.
Astra juga memastikan, keselamatan karyawan selama masa pandemi merupakan prioritas utamanya dan Grup Astra telah mengadopsi berbagai tindakan kesehatan dan keselamatan. ”Kekuatan Grup Astra adalah pada karyawannya sehingga kami berterima kasih kepada karyawan kami di seluruh grup yang telah merespons dengan profesionalisme dan dedikasi dalam menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini.”
Kinerja pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada semester I-2020 sebesar Rp 89,8 triliun, menurun 23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Laba bersih Grup Astra sebesar Rp 11,4 triliun, meningkat 16 persen dibandingkan semester pertama tahun 2019, termasuk keuntungan dari penjualan saham di Bank Permata.
Tanpa memasukkan keuntungan penjualan ini, laba bersih Grup Astra menurun 44 persen menjadi Rp 5,5 triliun, terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, serta jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 dan langkah-langkah penanggulangannya.
Di setiap bisnis Grup Astra, tingkat utang dan posisi likuiditas dipantau dengan cermat serta langkah-langkah untuk mengurangi risiko operasional dan keuangan dilakukan. Berbagai tindakan juga diambil untuk mengelola biaya dan menjaga tingkat kas, termasuk mengurangi belanja modal dan mengelola modal kerja.
Kegiatan bisnis pada kuartal II-2020, operasi Grup Astra mengalami gangguan yang signifikan karena pandemi Covid-19 dan tindakan pengendalian terkait pandemi. Gangguan operasi tersebut termasuk penutupan sementara kantor perusahaan, fasilitas manufaktur, dan dealer otomotif.