Era pandemi menumbuhkan kreativitas di kalangan fotografer profesional. Mereka menemukan celah untuk tetap berkarya sembari terus menjaga jarak aman.
Oleh
Mawar Kusuma & Dwi As Setianingsih
·5 menit baca
Era pandemi menumbuhkan kreativitas di kalangan fotografer profesional. Mereka menemukan celah untuk tetap berkarya sembari terus menjaga jarak aman. Pemotretan atau fotografi virtual menjadi salah satu cara untuk tetap berkarya ketika pembatasan fisik masih harus terus diberlakukan.
Tak sekadar iseng, pemotretan virtual ini jika ditekuni ternyata juga bisa menjadi bisnis seperti yang dialami fotografer Anton Ismael (44) dan Agra Suseno (29). Foto dengan teknik pemotretan virtual karya Anton yang memotret beberapa pesohor Tanah Air, antara lain, dipakai sebagai foto sampul sebuah majalah mode.
Dengan proses pengambilan gambar secara virtual pula, Anton yang merupakan pendiri rumah produksi fotografi komersial Third Eye Space membuat video iklan bagi perusahaan. ”Ini sewajarnya harus dilakukan. Teknologi bisa dipelajari. Pertama agak bingung. Permasalahannya hanya pola pikir berani mencoba atau enggak,” kata Anton ketika dihubungi lewat Zoom, Juni lalu.
Memotret secara virtual juga dilakukan Agra Suseno (29). Agra adalah fotografer yang banyak melakukan pemotretan dengan melibatkan nama-nama terkenal/populer, seperti aktor dan penyanyi. Agra dijuluki celebrity photographer. Sejak pandemi Covid-19 merebak di Tanah Air, Agra mulai menekuni virtual photoshoot alias pemotretan secara virtual. Ini dilakukan agar dirinya sebagai fotografer bisa terus mendapatkan nilai tambah meski dalam kondisi sulit seperti pandemi.
”Semua jadwal yang sudah masuk sampai akhir tahun ditunda. Akhirnya malah saya nemu ini, virtual photoshoot. Saya coba, ternyata seru juga,” kata Agra dalam sesi Virtual Photoshoot with Galaxy S20, Rabu (22/7/2020).
Agra mengkhususkan diri pada foto-foto portrait. Beberapa nama yang pernah dipotret secara virtual oleh Agra adalah Dian Sastrowardoyo, Isyana Sarasvati, Ayu Dewi, dan Angel Pieters. Masih banyak lagi nama-nama beken lainnya. Menurut Agra, pemotretan secara virtual tidak selalu bersifat kolaboratif semata.
”Memang ada yang sesinya kolaborasi. Maksudnya tanpa membayar. Tapi virtual photoshoot juga bisa untuk menambah penghasilan,” kata Agra tentang permintaan pemotretan virtual secara komersial.
Dia, misalnya, pernah memotret anak yang ultah, tapi karena tidak ingin ada banyak orang, dia memilih pemotretan virtual. Begitu juga dengan pemotretan pre-wedding yang tidak ingin dihadiri banyak orang. ”Foto-foto ini sekaligus jadi moment pengingat tahun 2020 yang sedang dilanda pandemi,” kata Agra.
Sekian lama menekuni pemotretan virtual, Agra justru menilai foto-foto yang dihasilkan dari pemotretan virtual merupakan karya-karya terbaik di sepanjang kariernya sebagai fotografer.
Beda media
Sesi pemotretan virtual sejatinya serupa dengan sesi pemotretan biasa, hanya medianya yang berbeda. Pada pemotretan virtual, fotografer tak bertemu dengan modelnya secara langsung. Mereka dipertemukan lewat sambungan langsung panggilan video melalui aplikasi seperti Facetime atau Zoom.
Tidak kalah penting adalah koneksi internet, aplikasi video calling, juga kamera yang dalam hal ini oleh Agra diganti menggunakan kamera telepon seluler. Menurut Agra, perubahan terjadi karena pandemi Covid-19 membuat orang harus membatasi kontak. Perubahan utamanya terjadi pada penggunaan alat kerja dan teknis kerja.
”Jadi kalau dulu ada kamera, sekarang ada 2 item lain, yaitu laptop dan ponsel,” katanya.
Selama pemotretan berlangsung, komunikasi juga dilakukan secara virtual, tidak bertemu langsung. Sebelum memotret, Agra biasanya lebih dulu berkomunikasi dengan model tentang konsep pemotretan. Dia banyak memberikan referensi kepada si model agar sesuai dengan konsep yang dimaksud.
”Ini yang membedakan virtual photoshoot dengan selfie (swafoto). Dalam pemotretan virtual, ada fotografer yang punya visi. Dia juga punya kemampuan mengarahkan model,” kata Agra.
Untuk modelnya, Agra menyarankan agar ponsel yang digunakan untuk pemotretan dipasang phone holder agar model bisa lebih fokus. Apabila tidak ada, setidaknya ada orang yang membantu memegang ponsel.
”Kamera depan dan kamera belakang sama-sama bisa digunakan. Tapi kalau saya lebih suka mereka pakai kamera belakang agar mereka tidak melihat wajah mereka sendiri terus. Kan jadi kurang bagus kalau matanya ke arah kamera terus. Kualitas kamera belakang juga biasanya lebih bagus,” kata Agra.
Pemotretan diarahkan secara virtual menggunakan aplikasi video call. Agra biasanya menyambungkan ponsel dengan mouse (menggunakan bluetooth) sehingga dia sama sekali tidak menyentuh gadget yang digunakan. Kamera ponsel digunakan memotret model melalui layar laptop.
Makin kreatif
Untuk mengurangi efek yang muncul karena memotret layar, Agra memanfaatkan teknik sunting sesuai kebutuhan menggunakan aplikasi seperti VSCO, Snapseed, atau Unfold/Photogrid. Di sisi lain, kadang efek yang muncul justru menghasilkan foto yang unik.
”Virtual photoshoot ini bikin kita makin kreatif. Karena biasanya kan pemotretan itu full alat, lighting juga. Kalau virtual photoshoot ya apa yang kita punya aja. Ponsel yang dia (model) punya aja. Tapi ini yang bikin kita jadi kreatif,” kata Agra.
Sepertinya sederhana, tapi kepiawaian seorang fotografer justru diasah karena ia harus pintar mengarahkan model, mencari latar belakang dengan pencahayaan tepat, dan menambahkan sentuhan sederhana yang berbuah hasil foto yang unik dan beda.
Ketika berbagi teknik pemotretan jarak jauh, Anton, misalnya, menunjukkan cara membuat efek blur di latar belakang foto dengan berputar di depan kamera ponselnya. Foto dan video yang diambil adalah tampilan layar dari panggilan video. Kualitas gambar yang jelek dengan ukuran yang tidak besar ketika memotret dengan cuplikan layar, bagi Anton, justru menunjukkan kondisi sejati dari era pandemi saat ini.
Selain mengandalkan kamera telepon seluler, kamera komputer, atau kamera iPad, Anton juga mengoneksikan kamera digital ke komputer. Model yang terpisah jaraklah yang kemudian akan memencet tombol di kamera digital untuk memotret dengan arahan panggilan video dari Anton. Pandemi punya peran dalam meredefinisi ulang cara bekerja fotografer profesional seperti Anton dan Agra.
Klien seperti perusahaan tak punya pilihan dan harus menerima teknik virtual ini. Fotografi virtual juga membantu proses kerja menjadi lebih efisien karena tak harus melibatkan banyak orang.
”Banyak pola kerja di industri yang saya kerjakan ini yang tidak efisien. Jadi lebih efektif dan efisien. Saya harap bisa berkelanjutan. Ada efisiensi, ternyata bisa ya. Tapi tak bisa mengadaptasi langsung semuanya 100 persen,” kata Anton.