Bermainlah, Gembirakan Hatimu...
Usia kita boleh menua, tapi jangan pernah jengah untuk bermain-main bak bocah. Bermain kelihatannya sepele, tetapi punya manfaat terapeutik, setidaknya bagi kesehatan mental.
Usia kita boleh menua, tapi jangan pernah jengah untuk bermain-main bak bocah. Bermain kelihatannya sepele, tetapi punya manfaat terapeutik, setidaknya bagi kesehatan mental. Toh, dunia ini hanya panggung sandiwara, eh panggung permainan....
Selama beberapa bulan terakhir pada masa pandemi Covid-19, Eko Agusriyanto (47) dan sejumlah warga kompleks perumahannya di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten, punya keasyikan baru. Hampir setiap sore mereka bersama-sama saling mengadu keterampilan mengendalikan mobil berpengendali jarak jauh (remote control).
Mobil-mobil mainan berjenis jip offroad itu berskala 1 : 12 atau 1 : 16. Berpenampakan mirip aslinya. Dengan sabar dan hati-hati, jip-jip berukuran mini tadi dikendalikan melintasi jalur buatan yang dibuat mirip medan offroad sesungguhnya.
Pada jalur lintasan buatan tersebut terdapat medan jalan berbatu nan terjal, tanah gembur, atau juga jalur lumpur becek atau bahkan berair. Luas area treknya mencapai sekitar 90 meter persegi.
Hampir setiap sore mereka bersama-sama saling mengadu keterampilan mengendalikan mobil berpengendali jarak jauh.
Secara swadaya, sejumlah warga perumahan, kebanyakan bapak-bapak, mengumpulkan uang, mendesain, dan lalu membangun jalur offroad buatan tadi di atas lahan taman perumahan yang terbengkalai. Lahan kosong itu sebelumnya hanya ditumbuhi rumput liar.
”Bermain mobil RC offroad harus sabar dan fokus melewati setiap rintangan. Kalau mainnya kurang skill atau tidak sabar, gear motor bisa cepat aus atau malah rontok,” ujar Eko antusias berbagi kiat.
Eko mengakui, hobi barunya itu membantu menghilangkan kejenuhan dan juga stres. Selain itu, sesama warga perumahan juga bisa semakin sering bersilaturahmi dengan tetap menegakkan protokol kesehatan. Di lokasi trek tersedia dua tangki air dan sabun cair untuk mencuci tangan. Warga kompleks juga wajib mengenakan masker setiap keluar rumah.
Semasa pandemi, banyak warga seperti Eko bekerja dari rumah. Mereka sama-sama punya waktu luang lebih, terutama seusai pekerjaan tuntas. Untuk membeli satu mobil RC offroad, Eko setidaknya merogoh kocek sekitar Rp 600.000. Kini, dia mengoleksi dua mobil mainan itu.
”Kalau buatan China lebih murah dibandingkan dengan buatan Amerika Serikat, yang harganya bisa sampai puluhan juta rupiah. Tambah lagi kalau kita mau memodifikasi, biaya tentunya bertambah, ha-ha-ha,” ujar Eko.
Hobi lama
Aneka permainan lain pada masa pandemi turut bersemi. Mulai dari sepatu roda, drone mini, atau juga skuter listrik. Kegiatan menghibur pengusir kejenuhan itu dilakukan kala senggang. Bisa dimainkan di sekitar rumah, di tempat yang disewa khusus, atau sambil berkeliling kota.
”Terakhir main sepatu roda tahun 2014. Semasa pandemi ini saya mulai lagi,” ujar Fabian Januarius (30).
Sementara Dini Akbari (32) bercerita, sebelum pandemi, dirinya sudah rutin menjalankan hobi bersepatu roda. Dua lokasi favorit untuk bermain yakni area Gelora Bung Karno (GBK) dan Skate Park Cipinang, Jakarta Timur. Di lokasi terakhir, dia dan beberapa rekan sehobinya menyewa Rp 35.000 per orang per tiga jam.
Semasa pandemi, dia mencoba memaksimalkan waktu dengan datang sepagi mungkin dan menyewa dua sesi sekaligus. Sementara di GBK, dia mencoba mencari lokasi sepi. Dini juga mengurangi jumlah rekan bermainnya menjadi tak lebih dari lima orang saja. Protokol kesehatan memang sangat mereka perhatikan.
”Sejak PSBB (pembatasan sosial berskala besar) di Jakarta dilonggarkan, saya main bareng lagi di GBK. Kami selalu memakai masker dan membawa hand sanitizer. Selain itu juga bawa baju ganti. Pada dasarnya kami ini, kan, semuanya parnoan (penakut),” gurau Dini.
Kisah berbeda disampaikan Acang Hassan (41), seorang operator drone profesional untuk pembuatan iklan komersial. Pria asal Bandung, Jawa Barat, itu pada masa pandemi kekurangan panggilan kerja (order). Alih-alih hanya berdiam diri di rumah, Acang memilih bermain dan mengajari kedua anaknya, Kianu (11) dan Kalandra, mengoperasikan drone mini berukuran 2-3 inci. Dengan ukurannya yang kecil, jenis drone itu bisa leluasa diterbangkan dan dimainkan di dalam rumah.
”Di masa pandemi, micro drone bisa untuk melepas stres, refreshing, sekaligus melatih skill. Kalau lama tidak dipakai skill-nya bisa hilang. Dengan begini saya juga bisa bermain bersama anak,” tambah Acang.
Micro drone seukuran kepalan tangan orang dewasa itu bisa terbang bermanuver melintasi antar-ruang di dalam rumah. Terbang ke kolong meja dan kursi, lalu menembus jendela yang terbuka. Acang juga memodifikasi drone-nya agar bisa merekam gambar foto dan video dengan menambahkan kamera sudut pandang orang pertama (FPV). Kamera itu terkoneksi ke kacamata khusus penerima gambar. Dengan begitu, si penerbang drone bisa merasakan dan melihat seolah dirinya berada di dalam drone serta menerbangkannya langsung tanpa pengendali jarak jauh. Seru!
Radius terbang micro drone itu tak lebih dari 10 meter. Sumber tenaganya bisa diisi ulang dengan baterai. Drone jenis itu banyak dijual secara daring, mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 500.000.
Permainan lain yang juga populer pada masa pandemi adalah skuter listrik. Menurut Joey Inkiriwang (39), Ketua Glisser Scooter Club, hal itu bisa dilihat dari lonjakan jumlah skuter listrik yang terjual. Harga skuter listrik beragam, dari kisaran Rp 2 juta, Rp 5 juta, hingga di atas Rp 25 juta per unit. Masing-masing bergantung pada ukuran, spesifikasi, dan juga merek barang. Joey menyebut, untuk merek terkenal harganya bisa mencapai Rp 220 juta.
Skuter listrik bisa dipakai untuk perjalanan jarak dekat ataupun jauh. Joey sendiri mengaku pernah menjajal skuter listriknya menempuh perjalanan sejauh 70 kilometer. Mengendarai skuter listrik, tambahnya, tetap harus tertib.
Pengendara harus mengenakan helm penuh, kacamata pelindung, dan juga sarung tangan. Skuter listrik juga dilengkapi rem, standar, dan lampu.
”Pokoknya naik skuter listrik asyik. Ramah lingkungan pula. Semua yang ngetes naik skuter listrik, turunnya pasti dengan tersenyum,” ujar Joey bangga.
Cegah stres
Dokter spesialis kesehatan jiwa Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, dr Yossy Agustanti, membenarkan kondisi krisis akibat pandemi Covid-19 rentan memicu beragam masalah mental.
Sebuah penelitian yang digelar Texas A&M University, ”Epidemiology of Mental Health Problems in Covid 19: A Review”, sedikit banyak menggambarkan keterkaitan kedua hal tadi. Dari total 1.593 responden yang berusia 18 tahun ke atas, 43,7 persen rentan depresi. Sementara 37,4 persen responden telah mengalami gangguan kecemasan (anxiety).
Stres dan kecemasan lebih lanjut membuat orang depresi, yang juga ditandai dengan beragam gejala psikosomatis serta perubahan suasana hati. Jika masalah-masalah tadi berlangsung lebih dari dua pekan, hal itu, menurut Yossy, sudah masuk kategori gangguan jiwa. Banyak cara bisa dilakukan untuk mencegah stres, depresi, dan bahkan gangguan kejiwaan akibat krisis pada masa pandemi. Salah satunya dengan mengelola perasaan dan pikiran.
”Berbagi cerita kepada orang yang dipercaya atau sayangi bisa jadi pilihan. Atau mencari kesibukan dan hobi baru, yang tak hanya menyenangkan, tapi juga produktif,” ucapnya.
Berhubung manusia adalah juga Homo ludens—pemain yang memainkan permainan— jangan ragu untuk tetap bermain hingga usia tua. Yang penting tetap ingat, jangan anggap pandemi Covid-19 ini cuma main-main, lho!
(Mawar Kusuma/Dwi Bayu Radius)