Meskipun digelar secara digital, pekan mode busana pria Paris Fashion Week tak kehilangan pamor mewah.
Oleh
Mawar Kusuma
·5 menit baca
Meskipun digelar secara digital, pekan mode busana pria Paris Fashion Week tak kehilangan pamor mewah. Koleksi musim semi dan musim panas 2021 yang disuguhkan menonjolkan busana formal pria dipadukan dengan fleksibilitas sehingga bisa sekaligus dipakai dalam suasana santai.
Paris Fashion Week untuk koleksi busana pria ini seharusnya berlangsung pada 23-28 Juni 2020. Badan mode di bawah Pemerintah Perancis, Fédération de la Haute Couture et de la Mode (FHCM), kemudian menggelarnya secara digital pada 9-13 Juli. ”Ini bukan pengganti, tapi sesuatu yang baru,” kata Pascal Morand, Presiden Eksekutif FHCM, di laman FHCM.
Rumah mode yang terlibat dalam peragaan busana kali ini, antara lain, Hermès, Dior Homme, Dries Van Noten, Berluti, dan Lanvin. Hermès menampilkan kesegaran 18 tampilan busana kasual pria dalam siluet yang bersih dan sederhana. Desainer Hermès, Véronique Nichanian, berkolaborasi artistik bersama direktur eksperimental Cyril Teste dalam pertunjukan video.
Video mempertontonkan aktivitas model yang bersiap untuk pengambilan gambar di rumah Les Ateliers Hermès di pinggiran Paris. Mereka turun satu per satu menggunakan lift. Di bawah arahan Véronique dalam bahasa Perancis, model memakai kemeja bervolume serupa jaket, jaket kulit, sweter rajutan, rompi retsleting, dan jas dominan biru langit dengan sorotan utama pada motif garis-garis.
Jas tanpa kancing berpadu dengan bawahan celana panjang kain. Meskipun tampak formal, celana ini memakai tali karet di bagian pinggang sehingga nyaman untuk bersantai. Penampilan para model makin keren ketika menenteng tas berlogo Hermès. Dalam koleksi yang ringan, Véronique membagikan optimisme dalam balutan nuansa penuh tawa.
Bahan-bahannya yang segar dan ringan cocok dengan hawa pada musim panas. Suasana santai musim panas lantas dibangun dari keriangan para model pria yang berdiri dekat dinding kaca yang berlimpah sinar matahari. Detail aksesori seperti kantong untuk tempat telepon seluler di balik jas bagian atas hingga arloji dari baja tahan karat dan bertali kulit anak sapi disorot dengan detail oleh lensa kamera.
Saling terhubung
Formal tetapi santai juga ditonjolkan oleh perancang busana asal Korea Selatan, Woo Young Mi. Koleksi yang kebanyakan berupa atasan jas ukuran longgar yang panjangnya hingga bawah lutut ini berpadu dengan celana panjang formal, juga dilengkapi dalaman kaus santai. Terinspirasi penari Pina Bausch, Woo mempresentasikan koleksi dalam wujud koreografi tari.
Pengambilan gambarnya dilakukan di teater tua di Paris, Théâtre des Bouffes du Nord. Tinggal di Seoul, Woo mengirim koleksi busana pria yang kental warna krem dan netral. ”Saya percaya bahwa saat ini kita dikelilingi oleh begitu banyak benda yang membuat orang lelah,” kata Woo dalam wawancara Zoom yang dimuat di Vogue.com pada Kamis (9/7/2020).
Dalam kalimat pembuka video, Woo berkata, ”Tahun ini, di seluruh dunia, kita bersama-sama dalam tarian virtual dari persatuan. Sekarang, kita bergandengan tangan dan menarikan jalan menuju masa depan, disatukan oleh kekuatan keanekaragaman, inklusivitas, dan harapan. Kita semua terhubung.”
Lewat tari yang menekankan gerakan tangan dan lengan, Woo mampu menghidupkan koleksi pakaiannya yang bernuansa androgini. Koleksi itu berbalut dengan tikaman kecemasan akibat pandemi yang terepresentasi dari gerakan tubuh. Pada satu titik, model saling menekan kepala mereka dengan sebuah buku yang memisahkan wajah.
Bagi desainer Rick Owens yang kali ini juga menyuguhkan tampilan jas formal pria santai, format digital juga menjadi peluang untuk memamerkan proses berkarya. Dalam video bergaya CCTV, Owens menjadi satu-satunya model yang difoto memperagakan setiap tampilan dari koleksi berjudul Phlegethon. Phlegethon menggambarkan salah satu sungai dalam perjalanan ke neraka.
Setiap elemen tampilan kali ini didaur ulang dari ide-ide sebelumnya. Potongan busana yang disuguhkan kebanyakan berupa jas yang dipadukannya dengan dalaman rajutan atau pakaian renang sehingga menumbuhkan ekspresi segar. Atasan tanpa lengan dengan dua lapisan bahan kulit longgar, misalnya, merupakan daur ulang dari koleksi yang diluncurkan tahun 2012.
”Saya tidak benar-benar melakukannya dengan sengaja, tapi begitulah hasilnya. Saya memang melihat ke belakang dan menggunakan arsip saya sendiri. Karena saya berada dalam pola pikir itu, bahwa kita tidak akan membuang apa pun,” ujarnya dalam wawancara Zoom yang dikutip oleh Vogue.com pada Jumat, 10 Juli.
Balutan seni
Kesegaran dalam busana yang sekilas tampak formal juga ditonjolkan dengan sentuhan seni. Kali ini, Direktur Artistik Pria Dior Kim Jones menghadirkan seni lewat kolaborasi dengan seniman muda kelahiran Ghana, Amoako Boafo. Dalam lamannya, Benua Afrika disebut sebagai sumber inspirasi yang konstan dan tak terbatas untuk House of Dior.
Setiap karya adalah kolaborasi: dialog. Boafo merupakan seniman yang memotret tentang maskulinitas Afrika dan membuka jendela ke gaya hidup Afrika kontemporer. Apalagi, ibu kota Ghana, Accra, dikenal memiliki sejarah tekstil yang kaya. Karya seni lukisan Boafo kemudian dialihkan—secara harfiah dan metaforis—ke pakaian yang ekspresif.
Warna setiap tampilan diambil dari warna-warni karya lukisan Boafo yang surealis dengan warna seperti kuning stabilo, biru, dan hijau. Dari kanvas, palet warna berani dari Boafo itu lantas dicetak ke koleksi. Karya Boafo juga diterjemahkan ke garis, sulaman, dan rajutan pada bahan tulle. Siluet sempit, ramping, dipengaruhi pakaian olahraga, tetapi dengan karakteristik jahitan detail rumah adibusana.
Keindahan seni pula yang disuguhkan Direktur Kreatif Lanvin Bruno Sialelli dalam video bertajuk ”Le Palais Ideal”. Le Palais Ideal yang menjadi lokasi pengambilan gambar merupakan istana yang dibangun oleh seorang tukang pos Perancis, Ferdinand Cheval, selama 33 tahun.
Karya busana formal pria koleksi Lanvin kali ini lahir dari perjalanan eksplorasi ke dalam gagasan, lamunan, kenangan, hingga khayalan. Lamunan yang membawa ekspresi segar.