Virus Aquascape dan Paludarium yang Enggan Mengalah dengan Korona
Kegemaran terhadap aquascape dan paludarium kini meningkat. Di tengah waktu luang saat PSBB, para figur publik berhasil menebar virus tersebut kepada masyarakat yang lebih luas.
Di saat lomba kicau burung atau kontes anjing mandek, kegemaran terhadap aquascape dan paludarium kini justru meningkat. Para figur publik berhasil menebar virus tersebut kepada masyarakat yang lebih luas.
Pada 27 Juni 2020, figur publik Irfan Hakim, melalui kanal Youtube ”deHakims” mengunggah video tentang super megatank di rumahnya. Video berjudul ”Setting Aquascape Super Megatank Dimulai” itu ditonton oleh lebih dari 1,1 juta warganet.
Sekitar tiga bulan sebelumnya, tepatnya pada 14 Maret 2020, figur publik Baim Wong juga mengunggah video tentang paludarium yang diset di kantornya melalui kanal Youtube ”Baim Paula”. Video tersebut berhasil menarik perhatian lebih dari 3 juta warganet.
Baca juga: Gang Hijau, Sumber Pangan Warga Jakarta di Kala Pandemi Covid-19
Secara umum, aquascape adalah sebuah seni menata ekosistem air menggunakan tanaman, batu, atau kayu dalam akuarium. Sementara, paludarium adalah seni dalam menggabungkan ekosistem yang ada di darat dan air pada akuarium.
Perbedaan paling mendasarnya, seluruh ekosistem aquascape berada di dalam air. Sementara pada paludarium, sebagian ekosistemnya terendam di dalam air dan selebihnya tumbuh alami di luar air.
Baca juga: Menakar Peluang dari Budidaya Ikan Cupang
Menurut Roni (36), pemilik toko Roni Aquascape di Jalan Pos Pengumben, Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, saat ini semakin banyak orang yang menggemari aquascape. Sebagai gambaran, pesanan aquascape yang ia terima meningkat dua kali lipat semenjak PSBB.
”Ada yang datang dan langsung minta dibuatkan set seperti punya Irfan Hakim, tetapi versi kecil,” katanya saat ditemui di Jakarta, Sabtu (18/7/2020).
Di sisi lain, pandemi Covid-19 membuat sebagian orang lebih sering menghabiskan waktu di rumah. Aquascape menjadi media bagi mereka untuk mengatasi kejenuhan.
Pada hari normal, biasanya Roni menerima 1-3 pesanan dalam seminggu. Namun, semenjak pandemi Covid-19, minimal ada 7 pesanan yang ia terima dalam seminggu. Tidak hanya menerima pesanan di toko, Roni juga menerima panggilan untuk datang ke rumah konsumen.
”Bahkan, beberapa kali menerima tiga pesanan dalam sehari. Namun, akhir-akhir ini sih tidak sebanyak saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB), tetapi setiap hari pasti ada,” ujar pria yang menekuni aquascape sejak 2015 ini.
Pada hari normal, biasanya Roni menerima 1-3 pesanan dalam seminggu. Namun, semenjak pandemi Covid-19, minimal ada 7 pesanan yang ia terima dalam seminggu.
Aquascape yang banyak dipesan di tempat Roni salah satunya adalah aquascape berukuran sedang atau 50 cm x 25 cm ×50 cm. Harga untuk aquascape ukuran ini berkisar Rp 800.000-Rp 1,5 juta.
Beberapa perlengkapan aquascape di toko Roni bahkan sempat langka pada beberapa bulan lalu. Salah satunya adalah media bakteri. Dalam aquascape, media bakteri ini menjadi unsur yang penting untuk menjaga agar air tetap jernih.
Untuk mengakalinya, Roni membuat bakteri alami. Caranya, dengan tidak mencuci pasir malang yang ia miliki sehingga lama-lama akan menimbulkan bakteri. ”Itulah kendalanya. Kami kehabisan bahan karena hampir semua toko aquascape kebanjiran pesanan,” katanya.
Tidak hanya perlengkapan aquascape, perlengkapan paludarium di toko Roni juga sempat langka, terutama setelah paludarium milik Baim Wong booming beberapa bulan yang lalu. Salah satu yang paling sulit dicari adalah mist maker atau mesin pembuat asap.
Roni juga banyak menerima pesanan paludarium dari para konsumen. Sebagai gambaran, Paludarium berukuran 80 cm × 40 cm × 80 cm buatan Roni dihargai sekitar Rp 3,5 juta. Tanaman darat yang digunakan biasanya adalah jenis tanaman bonsai.
Bayu, pemilik toko Bayu Aquascape di Jalan Joglo Raya, Kembangan, Jakarta Barat, membenarkan bahwa aquascape tengah naik daun selama pandemi Covid-19. Selama pandemi Covid-19, ia bisa menerima panggilan ke rumah konsumen untuk mengeset aquascape sebanyak tiga kali dalam seminggu.
”Gambarannya, stok kayu rasamala dari ukuran M, L, atau XL selalu habis dalam rentang 7-10 hari,” katanya.
Hendri, salah satu pengunjung di Bayu Aquascape, mengaku baru dua bulan ini mulai menggemari aquascape. Sebelumnya, ia sudah lebih dulu memiliki akuarium di rumahnya. Melihat tren aquascape sedang menanjak, ia lalu menyulap akuarium tersebut menjadi aquascape.
”Iya memang lebih menarik walaupun jadinya fokus ke tanamannya ya. Kalau dulu, kan ikannya yang dibagusin,” katanya.
Pembersihan
Menurut pemilik Java Aquatic, Nico Christy Susanto, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan penggantian air dalam aquascape. Pada satu bulan pertama, penggantian air bisa dilakukan lebih cepat agar pertumbuhan lumut terhambat.
”Bisa dibersihkan setiap hari atau setidaknya seminggu selama tiga kali,” katanya dalam pelatihan daring Meningkatkan Keahlian dan Peluang Usaha yang diadakan oleh Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Selatan, Rabu (15/7/2020).
Baca juga: Tips Membuat Lanskap Mini dalam Akuarium
Setelah melewati fase satu bulan pertama tersebut, penggantian air bisa dilakukan lebih minimal. Kira-kira dalam satu minggu, air yang diganti 10-20 persen dari kapasitas aquascape.
Untuk bagian kaca akuarium, proses pembersihannya bisa menggunakan magnet pembersih kaca yang banyak dijual di pasaran. Sementara, untuk membersihkan kayu bisa menggunakan sikat gigi.
Di sisi lain, ada beberapa biota air yang bisa digunakan untuk membersihkan aquascape. Biota tersebut adalah keong tanduk, udang dan ikan molly (Poecilia sphenops). Ketiganya bisa membersihkan algae atau lumut pada batu dan tanaman aquascape.
”Karena kami tidak mungkin memakai ikan sapu-sapu. Ukurannya terlalu besar,” tambah Nico.
Menurut Nico, semua jenis tanaman darat yang merambat umumnya bisa dipakai untuk paludarium. Adapun untuk bagian aquascape, tanaman yang biasa dipakai adalah tanaman jenis anubias, rotala, atau moss (bryophyta).
”Tumbuhan seperti ini banyak sekali dijumpai. Jika ingin tahu yang paling lengkap, ada di Pasar Parung, Bogor,” tambahnya.
Dalam aquascape ataupun paludarium, lampu LED merupakan salah satu unsur yang harus dipenuhi. Sebab, lampu tersebut bisa menjadi pengganti sinar matahari yang diperlukan bagi tanaman untuk berfotosintesis.
Nico mengatakan, ada beberapa gaya yang populer digunakan untuk menyusun aquascape. Pertama adalah gaya natura, yakni perpaduan antara kayu, tanaman, dan batu-batuan.
Selain itu, ada iwagumi, yakni aquascape yang didominasi oleh batu-batuan. Ada juga gaya forest, di mana tanaman-tanaman tinggi lebih mendominasi isi aquascape. Terakhir adalah biotope, yakni aquascape yang didominasi oleh kayu-kayuan.
Beberapa bahan yang dibutuhkan dalam menyusun aquascape, umumnya adalah akuarium, kayu rasamala, batu seiryu, media bakteri, soil, serta tanaman darat atau laut.
”Soil ini berguna untuk menyimpan nutrisi di dalam air dan melepaskannya secara perlahan. Ini penting untuk kesuburan tanaman,” kata Nico.
Aquascape umumnya bisa diisi oleh semua jenis ikan hias. Namun, ia menyarankan untuk menghindari jenis ikan berukuran besar. Sebab, jenis ikan ini sangat mudah merusak tanaman.
Ikan yang bisa digunakan misalnya ikan neon cardinal (Paracheirodon axelrodi) atau red nose (Hemigrammus bleheri). ”Pokoknya hindari ikan-ikan besar karena bisa memakan atau mengacak-acak tanaman,” katanya.