Badannya memang kecil. Mesinnya ”hanya” empat silinder. Tapi ini adalah sedan tanpa buntut rancangan AMG. Performanya hanya bisa ditaklukkan oleh kaki Anda sendiri.
Oleh
Herlambang Jaluardi dan Dahono Fitrianto
·5 menit baca
Mercedes-AMG A35 4Matic ini disebut sebagai tunggangan pemula dalam kancah kendaraan bermesin kencang besutan AMG. Selama Kompas mengujinya, mobil tanpa buntut ini terasa sebagai tunggangan santai para penggila kecepatan.
Sedan tanpa buntut, atau disebut hatchback, bukan pemandangan langka di garasi rumah-rumah di Indonesia. Honda Civic atau Toyota Starlet, misalnya, pernah jadi kendaraan favorit di negeri ini, terutama di pengujung abad ke-20 lalu. Volkswagen Golf, misalnya, adalah hatchback populer di dunia.
Mercedes-Benz, pabrikan besar asal Jerman, ”agak terlambat” memproduksi mobil hatchback. Mereka baru melirik kelas mobil mungil ini dengan A Class generasi pertama pada 1997. Namun, baru pada generasi ketiga A-Class tahun 2013 mobil ini jadi benar-benar pantas disebut hatchback.
Saat ini, hatchback A Class telah memasuki generasi keempat yang lahir pada 2018, dengan kode model W 177. Beberapa bulan kemudian, versi Mercedes-AMG A35 menyusul meluncur di pasaran.
AMG adalah divisi pembuat mobil-mobil kencang dari Mercedes. Artinya, setiap mobil yang menyandang nama AMG dipastikan memiliki DNA performa tinggi. Maka terbayang, walau menjadi mobil terkecil dan pembuka di jajaran AMG, A35 tetap memiliki DNA sama.
Bayangan performa aduhai itu bahkan sudah tecermin dari tampilan luarnya saja. Ukurannya kompak, dengan panjang 4,436 meter, lebar 1,992 meter, dan tinggi 1,405 meter. Posisinya lebih rendah ke aspal dibandingkan A Class standar, dan dipenuhi dengan peranti aerodinamis racikan AMG.
Grilnya menggunakan desain ikonik AMG dengan aksen bilah ganda alias twin-louvre, dengan logo bintang bersudut tiga tepat di tengah-tengah. Bagian bawah bumper punya dua rongga di sisi kiri dan kanan yang menyalurkan angin untuk mendinginkan rem di roda depan sekaligus memaksimalkan aerodinamika depan.
Di bagian luar samping masing-masing rongga itu terpasang bilah-bilah berwarna hitam menyerupai cakar yang juga meningkatkan aerodinamika di bagian depan ini. Bilah-bilah ”cakar” itu dan desain lampu utama yang menyipit memunculkan kesan agresif.
Di bagian belakang, kesan itu juga muncul. Di bawah bumper, terpasang diffuser yang membantu mengalirkan angin dengan tepat. Di atas kaca belakang, terpasang sayap spoiler berwarna hitam.
Kesan sporty dari body kit sematan AMG itu pas betul dipadukan dengan velg warna hitam berdiameter 19 inci, yang dibalut ban profil tipis. Kebetulan, mobil yang kami coba berwarna kuning cerah sehingga aksen-aksen hitam tersebut membuat mobil terlihat bagus difoto dari sudut mana pun.
Agresivitas ini tak berhenti di tampilan luar. Sebagai mobil yang menyandang nama AMG tulen, mobil ini juga mengusung performa tak main-main.
Di balik bonetnya terpasang mesin bensin 4 silinder berkapasitas 2.0 liter (1.991 cc) dilengkapi turbo. Mesin itu mengeluarkan tenaga maksimum 306 HP pada putaran mesin 5.800 rpm dan torsi puncak 400 Nm pada rentang 3.000 hingga 4.000 rpm. Spesifikasi itu membuat A35 ibarat ”anak bengal” di kelas hatchback.
Di atas kertas, Mercedes mengklaim mobil ini mampu melesat dari kondisi berhenti hingga 100 km per jam dalam waktu 4,7 detik. Kecepatan maksimumnya 250 km per jam. Mustahil membuktikan klaim itu di jalanan Indonesia. Namun, Kompas pernah menggebernya sampai 253 km per jam di jalur autobahn tanpa limit kecepatan di Jerman, Mei 2019.
Gesit berkelit
Di Jakarta dan sekitarnya, kami membawa A35 ini melintasi berbagai kondisi lalu lintas selama lebih kurang empat hari, akhir Juni 2020, ketika aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) melonggar. Mobil bermuatan empat penumpang ini sungguh menyenangkan untuk dikendarai, baik di jalan tol minim hambatan, maupun di jalan padat.
Ruang kokpitnya futuristik. Pengaturannya serba digital terpampang pada layar sentuh memanjang dari bagian tengah dasbor hingga belakang setir. Kenop-kenop fisik hanya ada di palang setir dan konsol tengah.
Mobil berada di mode Comfort saat melintasi ruas Jalan Kebayoran Lama yang dipadati pemotor di sore hari. Lalu lintas sedang ramai, tapi tak mengapa karena kami ditemani lagu-lagu jazz yang terpancar dari sembilan speaker berdaya total 225 watt besutan Mercedes Hi-Fi Sound System.
Bahkan di mode paling nyaman ini, akselerasi dan ketepatan putaran kemudinya menebalkan keyakinan ketika berkelit merebut ruang di jalanan. Ketika harus balik arah di u-turn, setir berlapis paduan kulit Napa dan serat mikro Dinamica ini begitu mudah membuat mobil memutar. Ini juga sangat membantu ketika berbelok-belok di ruang parkir bawah tanah apartemen, kantor, maupun mal.
Urusan parkir dipermudah dengan bantuan teknologi semi-swakemudi Parktronic. A35 ini bisa parkir sendiri, baik paralel maupun seri. Pengemudi cuma perlu menyiapkan kaki di pedal rem, sementara perubahan gigi transmisi dan putaran roda kemudi sepenuhnya otomatis.
Rasa tulen
Mode berkendara Comfort pun digeser ke Sport kemudian Sport+ begitu melewati pintu tol. Akselerasi dan putaran setirnya jadi lebih mantap. Beginilah lumrahnya menyetir sebuah AMG. Kami memacunya ketika melintasi Tol Jakarta-Merak menuju Perumahan Suvarna Sutera di Tangerang, Banten, pada pagi hari.
Raungan suara mesin keluar dari knalpot bermulut ganda di buritan. Tenaga yang terus-menerus bertambah melintasi tujuh percepatan transmisi kopling ganda seolah membujuk untuk mengendarai A35 ini lebih gesit lagi. Terdengar pula letupan-letupan kecil yang membuat kami hampir lupa pada batasan kecepatan di jalan tol.
Daya geber itulah yang membuat A35 ini terasa AMG tulen meskipun mesin yang dipangku masih tanpa tanda tangan teknisi perakit mesinnya, seperti lazimnya AMG di kasta lebih tinggi. Namun, agresivitas dan kegesitannya membuat mobil ini bukanlah Mercedes kebanyakan.
Performa tinggi itu membuat A35 tergolong hot hatchback, dengan harga yang juga ”hot”, yaitu Rp 1,225 miliar (off the road), atau hampir dua kali lipat Mercedes-Benz A 200 hatchback.
Kalau Anda menggemari mobil hot hatch, A35 ini bisa jadi pengobat kerinduan. Sebab, para pesaingnya, seperti VW Golf R dan Audi RS3 Sportback, tak masuk Indonesia melalui ATPM masing-masing.