Departemen Luar Negeri AS menyetujui permintaan Indonesia untuk membeli delapan pesawat tiltrotor MV-22 Osprey. Jika berjalan mulus, Indonesia akan menjadi negara ketiga yang mengoperasikan pesawat ini.
Oleh
Dahono Fitrianto
·4 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA — Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyetujui rencana penjualan delapan pesawat tiltrotor MV-22 Osprey Block C kepada Indonesia. Jika rencana pembelian ini berjalan dengan mulus, Indonesia bisa menjadi negara ketiga di dunia yang mengoperasikan pesawat angkut militer unik dan canggih ini setelah AS dan Jepang.
Hal tersebut terungkap dalam siaran pers Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan AS (Defense Security Cooperation Agency/DSCA) yang dikeluarkan di Washington DC, AS, Selasa (6/7/2020) atau Rabu (7/7/2020) waktu Indonesia. Disebutkan, DSCA telah mengirim notifikasi akan kemungkinan penjualan Osprey tersebut ke Kongres AS pada hari yang sama.
Menurut siaran pers resmi tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengajukan pembelian delapan pesawat MV-22 Osprey Block C kepada Pemerintah AS, beberapa waktu lalu. Nilai total pembelian ini mencapai 2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 28,9 triliun dengan kurs hari ini. Tidak disebutkan kapan transaksi pembelian ini akan dilakukan.
MV-22 Osprey adalah pesawat angkut militer yang menggabungkan keunggulan sebuah helikopter dengan pesawat sayap tetap (fixed wing). Saat baling-balingnya menghadap ke atas, pesawat ini bisa lepas landas dan mendarat secara vertikal layaknya helikopter serta bisa melakukan terbang diam (hovering) seperti helikopter.
Namun, saat sudah mengudara, orientasi baling-balingnya bisa diputar menghadap ke depan dan pesawat pun bisa terbang layaknya pesawat biasa, dengan kecepatan dan daya jelajah yang lebih besar daripada helikopter. Hingga hari ini, baru Angkatan Bersenjata AS dan Pasukan Bela Diri Jepang yang mengoperasikan pesawat ini. Militer AS bahkan baru saja menerima pesawat ke-400 bulan lalu.
MV-22 Block C adalah versi terbaru yang kini juga dioperasikan militer AS.
Siaran pers tersebut mengategorikan rencana penjualan Osprey ini sebagai penjualan militer besar (major military sales). Menurut DSCA, penjualan dan dukungan yang diberikan dalam paket ini akan menambah kapabilitas Indonesia dalam hal operasi kemanusiaan dan tanggap darurat bencana, serta dalam mendukung operasi-operasi amfibi. Hal ini disebabkan karena Osprey juga dirancang untuk bisa mendarat di kapal. Meski belum diketahui apakah kapal-kapal perang yang dioperasikan TNI Angkatan Laut ada yang sudah memenuhi syarat untuk didarati Osprey.
Di sisi lain, penjualan Osprey ke Indonesia ini, yang akan menjadikan Indonesia sebagai negara operator pertama pesawat itu di kawasan Asia Tenggara, tidak akan mengubah keseimbangan militer di kawasan. Penjualan ini disebut justru akan menopang kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional AS dengan menambah keamanan negara mitra regional yang penting.
Secara tidak langsung, Indonesia disebut sebagai mitra regional penting yang merupakan kekuatan penjaga stabilitas politik dan kekuatan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. ”Vital bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan mempertahankan kapabilitas pertahanan diri yang kuat dan efektif,” demikian bunyi pernyataan resmi tersebut.
Kontraktor utama untuk penjualan Osprey ke Indonesia ini adalah perusahaan Bell Textron Inc di Amarillo, Texas; dan Boeing Company di Ridley Park, Pennsylvania. Penjualan ini juga akan meliputi sistem perencanaan misi bersama (joint mission planning systems/JPMS); dokumentasi teknis dan publikasi, suku cadang dan onderdil reparasi pesawat, biaya perbaikan dan pengembalian (repair and return), layanan pengiriman pesawat dengan diterbangkan langsung (aircraft ferry services), dukungan pesawat tanker, peralatan pendukung dan pengujian, pelatihan personel dan perlengkapan pelatihan, perangkat lunak, dan layanan dukungan teknis, logistik, dan engineering kontraktor dari Pemerintah AS, serta berbagai unsur dukungan teknis dan program lainnya.
Menurut DSCA, permintaan Pemerintah Indonesia juga meliputi pembelian delapan unit MV-22 Osprey Block C dengan dilengkapi sejumlah perangkat, antara lain 24 mesin Rolls Royce AE 1107C, 20 radar FLIR (forward looking infra red) AN/AAQ-27, 20 sistem peringatan rudal AN/AAR-47, 20 penerima peringatan radar (radar warning receivers) AN/APR-39, 20 AN/ALE-47 countermeasure dispenser systems, 20 AN/APX-117 identification friend or foe systems (IFF), 20 AN/APN-194 radar altimeters, 20 AN/ARN-147 VHF omnidirectional range (VOR) instrument landing system (ILS) beacon navigation systems, 40 ARC-210 629F-23 multi-band radios (Non-COMSEC), 20 AN/ASN-163 miniature airborne global positioning system (GPS) receivers (MAGR), 20 AN/ARN-153 tactical airborne navigation systems, 20 traffic collision avoidance systems (TCAS II), 20 senapan mesin 7,64 mm M-240-D, dan 20 senapan mesin GAU-21.