Selaksa Rasa Kolaborasi
Kolaborasi di era kekinian, bahkan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, menjadi kata kunci. Tak terkecuali dalam konteks cita rasa masakan. Laksa pun dikolaborasikan untuk menghasilkan selaksa rasa mengesankan.
Kolaborasi di era kekinian, bahkan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, menjadi kata kunci. Tak terkecuali dalam konteks cita rasa masakan. Laksa pun dikolaborasikan untuk menghasilkan selaksa rasa mengesankan.
Hingga 22 Juli 2020 sebuah kolaborasi unik digelar, menghadirkan kelezatan klasik ala Rumah Makan Betawi Soto H Ma’ruf dan sentuhan kontemporer dari Cork & Screw Country Club, di Jakarta
Bintang utamanya adalah kuah laksa betawi ala Rumah Makan Betawi Soto H Ma’ruf. Atas inisiatif dan dukungan media kuliner digital Top Tables, kuah laksa betawi legendaris itu disajikan dalam dua variasi pilihan di Cork & Screw Country Club.
Versi pertama berupa sajian klasik laksa betawi istimewa, yang menurut Mufti Maulana (27), generasi ketiga penerus usaha rumah makan Soto Betawi H Ma’ruf, adalah hidangan spesial turun-temurun di keluarga besarnya.
”Dahulu laksa betawi hanya disajikan di keluarga sendiri untuk momen spesial seperti hari raya Idul Fitri. Selain menu soto betawi, di tempat kami hidangan laksa ini kemudian juga jadi andalan,” ujar Mufti, yang bersama sang ayah, Muchlis Ma’ruf, datang ke Cork & Screw Country Club, Kamis (2/7/2020).
Dibandingkan dengan menu sejawatnya, soto betawi, hidangan laksa betawi menurut Mufti diolah dengan tak kalah istimewa. Selain menggunakan santan dari kelapa pilihan serta bumbu-bumbu, kuah laksa betawi juga diperkaya dengan sedikitnya 15 macam rempah dan herbal.
Racikan rempah yang digunakan jauh lebih banyak ketimbang yang diracik untuk olahan soto betawinya. Tak heran jika rasa kuah laksa yang dihasilkan sangat aromatik serta kaya dengan cita rasa rempah dan gurihnya santan kelapa.
Saat dicicipi, rasa lezatnya yang beraroma wangi rempah tadi terasa melekat kuat di lidah dan seperti menguasai rongga mulut. Rasa gurih dan lezatnya seolah enggan pergi. Ditambah suwiran daging ayam, irisan telur rebus, dan tak lupa daun kemangi. Kelezatan versi klasik laksa betawi seolah mutlak dan tak terbantahkan lagi.
Lebih lanjut, kerja sama keduanya sekaligus sebagai bagian dari perayaan dan syukuran hari jadi ke-493 Kota Jakarta tahun ini. Selain laksa betawi versi klasik, Chef Fernando Sindu dari Cork & Screw Country Club juga menghadirkan hasil olahan kreasi serta interpretasinya atas kuah laksa betawi yang legendaris tadi.
Berbeda dengan versi klasiknya, kreasi olahan Chef Sindu menggunakan tambahan beragam hidangan laut, mulai dari ikan tuna, cumi, hingga udang berukuran lumayan besar. Tak hanya disajikan langsung, bahan-bahan sari laut itu juga diolah dengan cara yang tak kalah unik dan menarik.
Salah satunya mi yang digunakan ditambahi tinta cumi. Selain berpenampilan unik berwarna hitam, aroma serta rasa gurih dari cairan tinta cumi juga justru semakin menguatkan sajian laksa sari laut olahan Chef Sindu.
”Dari awal saya memang enggak kepingin bikin laksa menggunakan mi kuning biasa. Nah, di tempat kami (Cork & Screw Country Club), kan, ada menu andalan burger hitam, menggunakan charcoal. Saya pikir, kenapa enggak saya bikin juga mi hitam, tapi (pewarnanya) dari tinta cumi. Jadi memang sengaja saya bikin agak sedikit nyeleneh, tetapi tetap berciri khas restoran kami,” ujar Chef Sindu.
Selain mengolah mi dengan pendekatan unik seperti tadi, Chef Sindu juga memasukkan sejumlah bahan olahan lain yang juga tak kalah menarik. Beberapa seperti dua macam bakso, berbahan daging sapi dan ikan, serta sate lilit berbahan ikan tuna.
Daging cumi juga diolah dengan dua cara. Bagian tubuhnya diiris tipis dan direbus seperti biasa, sementara bagian kepala ditepungi lalu digoreng.
Kepala cumi goreng tepung itulah yang menurut Chef Sindu kemudian menghadirkan tekstur renyah (crispy) di dalam hidangan laksa saat dinikmati.
Sementara tambahan sate lilit juga dihadirkan dengan tujuan memberi tambahan cita rasa khas sajian ala Cork & Screw Country Club. Selain menu-menu ala Barat, restoran bernuansa alam ini juga menyajikan beragam pilihan menu Nusantara, salah satunya nasi bali.
”Menu nasi bali juga signature kami. Di dalamnya ada sate lilit. Saya memang tak ingin daging ikan disajikan biasa saja bersama kuah laksa betawinya. Makanya kemudian saya olah jadi sate lilit, yang juga bagian dari menu signature kami,” tambah Chef Sindu.
Klasik vs kontemporer
Kedua menu olahan laksa betawi tadi masing-masing memang memiliki ciri khas dan penampilan yang kuat. Menikmati menu klasik seolah menghadirkan semacam nostalgia orisinalitas rasa dari hidangan menu legendaris Rumah Makan Betawi Soto H Ma’ruf.
Chef Sindu juga cukup royal menyertakan berbagai pendampingnya. Mulai dari lontong, mi kuning, bihun, dan kentang rebus. Tak lupa pula tomat ceri dan daun kemangi sebagai penyegar dan penambah aroma.
Sementara dari versi kreasi baru hasil interpretasi sang chef orang dapat merasakan semacam petualangan kuliner, yang tak kalah mengasyikkan sekaligus menggugah selera.
Saat dicicipi, cita rasa kuat yang khas dari kuah laksa memang terasa menjalar di dalam mulut. Tak berhenti sampai di situ, kelezatan tadi lantas seolah diakhiri di bagian ujung, dengan kejutan aroma dan cita rasa hidangan laut.
Walau begitu, kedua menu tersebut tetap sama-sama kuat dipertautkan cita rasa gurih, lezat, dan berempah dari kuah laksa betawi kreasi warisan sang legenda, mendiang H Ma’ruf.
”Jadi pelanggan bisa memilih dari dua menu tadi. Kalau memang mau dan lebih suka yang versi klasik, kami menyediakan. Tapi kalau mau coba yang versi sedikit nyeleneh, kami juga menyediakan. Buat saya, semua menu makanan Indonesia bisa diolah dan dibuatkan sedikit twistnya,” ujar Chef Sindu.
Mau coba keduanya? Enggak dilarang kok.