Daya Beli Lesu, Masyarakat Pilih Menunda Beli Mobil
Pandemi membuat mayoritas masyarakat menunda pembelian mobil sampai tiga bulan ke depan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Membeli mobil baru menjadi keinginan sebagian masyarakat yang membutuhkannya untuk mendukung mobilitas harian. Namun, dengan menurunnya perekonomian karena pandemi virus korona jenis baru, masyarakat cenderung menunda pembelian mobil baru atau beralih mencari mobil bekas.
Yahya (31), misalnya, berencana menjual kontan dua mobil pribadi yang sebenarnya dibelinya secara kredit dan masih dicicilnya. Hasil jual mobil tersebut hendak dibelikan toko bahan kebutuhan pokok di salah satu pasar tradisional di Jakarta Timur dan satu mobil bekas.
”Alasannya karena masalah ekonomi. Rencananya tukar dua mobil itu dengan satu mobil saja biar enggak terbebani utang kredit,” katanya saat ditemui di tempat penjualan mobil bekas di WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, Kamis (25/6/2020).
Tanggungan kredit mobil yang ia miliki saat ini menurut dia cukup membebani finansialnya. Apalagi, hasil usahanya sebagai penjual bahan kebutuhan pokok juga terimbas pembatasan sosial sejak beberapa bulan lalu.
Sementara itu, Anggi Hasiholan (30), yang belum memiliki mobil, memilih menunda pembelian meski sudah direncanakan sejak setahun lalu. Mobil dibutuhkan karena sepeda motor dirasa tidak cukup lagi untuk mengantar anak yang sudah mulai sekolah atau saat istri berbelanja.
”Sementara ditunda dulu,” kata karyawan swasta yang berdomisili di Bekasi, Jawa Barat, itu.
Pandemi korona membuat ia dan istri menunda keinginan membeli. Uang yang sebelumnya sudah dikumpulkan untuk membeli mobil pun akan disimpan dulu guna berjaga-jaga di tengah ketidakpastian ekonomi.
Penjualan lesu
Berbagai alasan masyarakat untuk menunda atau mengurangi nilai kepemilikan mobil berdampak pada penjualan mobil. Pada Mei 2020, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, volume penjualan mobil dari pabrik ke diler (wholesale) hanya sebanyak 3.551 unit.
Nilai itu lebih kecil dibandingkan dengan April 2020 yang sebesar 7.868 unit. Secara tahunan, volume penjualan mobil baru tahun ini minus 95,8 persen dibandingkan dengan Mei 2019 yang mencapai 84.367 unit.
Tren yang sama juga dirasakan penjual mobil bekas. Apin, anggota staf penjualan salah satu usaha penjualan mobil bekas di WTC Mangga Dua, mengatakan, penjualan mobil bekas masih sangat lesu, sekalipun harga pasaran mobil bekas cenderung turun.
”Semenjak mal ini tutup karena PSBB, tidak ada penjualan sama sekali. Bulan Juni ini, setelah orang bisa datang ke sini, ada satu penjualan kami bersyukur banget,” ujarnya.
Yusuf, penjaga salah satu toko mobil bekas di Pasar Mobil Kemayoran, Jakarta Utara, mengatakan, penjualan benar-benar anjlok sejak pembatasan sosial berskala besar diterapkan di Jakarta. Penjualan yang rata-rata 15-20 mobil di masa normal, beberapa bulan terakhir maksimal 5 mobil.
”Kami kehilangan pasar, yang sebagian dari luar Jakarta, seperti Yogyakarta, Kalimantan, Papua. Sekarang, toko sudah kembali dibuka hampir sebulan. Ada tanda-tanda kenaikan, tetapi masih lambat sekali,” tuturnya.
Survei perusahaan e-dagang OLX dan Belimobilgue.co.id pada 17 Mei hingga 1 Juni 2020, kepada ratusan penjual mobil, mencatat, penjualan mobil bekas di masa pandemi turun rata-rata 62 persen per minggu dibandingkan dengan masa normal.
Penurunan itu lebih besar pada penjualan mobil bekas senilai Rp 100 juta-Rp 200 juta, dengan persentase 45-50 persen. Penurunan terkecil, dengan porsi 25-30 persen, terjadi pada mobil bekas senilai Rp 400 juta ke atas.
Potensi
CEO Belimobilgue.co.id Johnny Widodo kepada Kompas menjelaskan, industri mobil bekas ikut terkena imbas pandemi karena konsumen lebih mementingkan kebutuhan primer.
Ini terbukti dari survei yang sama, dengan 78 persen responden mengaku menunda pembelian mobil. Alasannya, 60 persen disebabkan penghasilan yang hilang karena pengurangan gaji (40 persen) atau dihentikan dari pekerjaan (19 persen).
”Akan tetapi, kami melihat adanya indikasi rebound yang cukup kuat sesudah Idul Fitri dan saat PSBB transisi dikarenakan konsumen merasa pentingnya memiliki mobil sebagai bagian dari keamanan,” kata Johnny.
Penundaan yang disampaikan responden mayoritas hanya sampai tiga bulan ke depan sejak survei dilakukan. Selama menunggu waktu pasti membeli mobil, 71 persen responden masih aktif mencari informasi mengenai kendaraan yang mau dibeli. Sebanyak 54 persen orang juga mengalihkan rencana pembelian mobil baru ke mobil bekas untuk menekan biaya.
”Jadi, kami melihat prospek jual mobil bekas di new normal ini dengan positif. Kuncinya adalah selalu memastikan keselamatan dan kesehatan pelanggan dan melakukan solusi inovatif, seperti mengalihkan penjualan offline ke