Usapan Nyaman Sabun Artisan
Bersih, nyaman, dan berkhasiat bagi kulit membuat semakin banyak orang terpikat sabun artisan berbahan natural. Ditambah wangi aromatik lembut yang mengirimkan getaran halus nan menenangkan ke otak
Bersih, nyaman, dan berkhasiat bagi kulit membuat semakin banyak orang terpikat sabun artisan berbahan natural. Ditambah wangi aromatik lembut yang mengirimkan getaran halus nan menenangkan ke otak, mandi dua kali sehari serasa tidak cukup.
Harum lemongrass alias serai meruap memenuhi kamar mandi. Wanginya tipis, tetapi indera penciuman tetap mengenalinya. Usapan sabun menghasilkan busa yang sedang saja di kulit. Bilasan air menyisakan rasa kesat bersih, tetapi tidak kering.
Kurang lebih begitulah sensasi yang dirasakan saat membasuh badan dengan sabun natural buatan tangan ini. ”Itulah ciri khas sabun natural yang memakai minyak atsiri atau essential oil. Wanginya tidak akan semerbak, tetapi kalau dihirup, tetap nyangkut di otak. Yang pasti tidak ada efek kering yang menggigit. Jadi feeling good setelah mandi,” tutur Novilia Mayasari, pemilik jenama Mayalia Soap, Selasa (16/6/2020).
Berawal dari kegemaran pada sabun, Maya, sapaan akrabnya, membuat sendiri sabun artisan. Dia pernah mencoba sabun natural jenis tertentu, tetapi terasa berminyak di kulit. Rasanya seperti belum mandi.
Berbekal pelatihan di sejumlah lokakarya yang diikutinya, Maya memberanikan diri membuat sabun. ”Awalnya saya takut karena membuat sabun melibatkan soda api. Setelah mendapat pengetahuan tentang penanganan yang benar, ternyata tidak semenakutkan itu,” imbuhnya.
Berhubung hanya eksperimen, dia tidak menjual hasilnya. Namun lama-kelamaan, sabun buatannya menumpuk. Ketika diunggah di media sosial, ternyata peminatnya banyak. Maya pun antusias membuat beragam varian sabun artisan.
Maya menggunakan bahan dasar minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak sawit untuk sabunnya. Tak jarang dia menambahkan minyak jarak (castor oil). Kadang-kadang dia juga menambahkan shea butter, grape seed, atau minyak bunga matahari.
Untuk aroma, dia menggunakan minyak atsiri dan minyak wewangian (fragrance oil). ”Kalau pakai minyak atsiri ada khasiatnya untuk kulit sesuai bahan naturalnya, tetapi kalau minyak wewangian hanya dapat wanginya. Aromanya lebih tajam,” lanjutnya.
Sabun dibuat berbentuk persegi dengan bagian atas yang tidak rata. Pada bagian tengah sabun terdapat aneka dekorasi, seperti gelombang, mozaik, dan pola-pola acak. Dengan padu-padan warna cerah atau kalem, tampilannya jadi cantik.
Ada beberapa metode pembuatan sabun artisan. Melt and pour, yakni sabun dicairkan ditambah minyak atsiri lalu dihias dengan bunga kering, biji-bijian, pewarna, dan sebagainya. Hot process, yakni dengan memanaskan bahan-bahan sehingga prosesnya lebih cepat. Cold process, yakni tanpa pemanasan bahan dan dibuat apa adanya.
Setelah melalui cara itu, sabun harus melalui proses pengistirahatan untuk menghilangkan kandungan soda api dan air. Dengan hot process, waktu istirahat sabun bisa lebih cepat, sekitar 2-3 pekan. Adapun dengan cold process, waktunya bisa 5-6 pekan. Sabun akan memadat dengan baik dan awet saat digunakan.
Mayalia Soap menawarkan sejumlah varian sabun natural dengan kandungan minyak atsiri yang bisa dinikmati, antara lain Rosemary Lavender dengan aroma rosemary dan lavender serta sentuhan ylang-ylang atau kenanga, Classic Lemongrass dengan serai dan patchouli, Blue Pine dengan wangi pinus tipis, dan Fresh Lemongrass dengan aroma serai dan sentuhan eukaliptus dan bunga calendula atau marigold.
Untuk varian minyak wewangian, Mayalia Soap menawarkan Rose in French dengan wangi rose burgundy, Rich Jasmine dengan aroma melati, dan Blossom Scent dengan wangi floral.
Warna-warni sabun artisan membuatnya tampak menawan. Maya biasanya memakai clay atau lempung berwarna. ”Terakhir saya bikin pakai kopi, rebusan kunyit, dan pandan,” katanya.
Metode kuno
Sthefanni, pemilik jenama Monimici, juga merasakan khasiat sabun natural ini lebih dulu sebelum memutuskan untuk membuatnya. Bahan simpel, cara membuat mudah, dan kreasi desain yang luas membuat dia tertarik menggeluti produksi sabun tersebut. Sepengetahuan dia, proses membuat sabun ini sebenarnya sudah dikenal sejak zaman Babilonia. Namun, waktu tunggu yang lama menyebabkan cara ini ditinggalkan. Kini saat proses lambat digandrungi, pembuatan sabun alami kembali dilirik.
”Saya pakai bahan utama minyak zaitun, minyak kelapa, dan cocoa butter. Bahan lokal sebisa mungkin dipakai untuk mengurangi jejak karbon,” ujarnya.
Wangi sabun didapatkan dari minyak atsiri dan minyak wewangian. Minyak atsiri yang dipakai, misalnya, dari serai, madu, melati, dan yang terbaru eukaliptus. Warna juga menggunakan bahan alami, seperti lempung merah, daun kelor untuk warna hijau, dan arang aktif untuk hitam atau abu-abu.
Monimici menawarkan beragam varian, seperti Nourishing Black Olive dengan zaitun hitam; Honey Grail dari minyak zaitun, madu hutan liar, cocoa butter, dan yogurt buatan sendiri; Milk Choco; White Terazo dengan aroma apel; Goat Milk Frangipani; Classic Lavender; serta Charcoalnella dengan serai dan citronella.
Dia sering menonton film kartun atau membaca buku desain interior untuk mendapatkan inspirasi nada warna yang jenaka. Untuk desain bagian atas sabun, dia memanfaatkan potongan-potongan sabun yang tidak terpakai. Potongan itu dibuat bentuk bulat kecil, diberi warna keemasan dari bahan pembuat kosmetik pemulas mata, jadilah ”pugasan” yang indah. Potongan kecil-kecil dibuat mozaik yang bertaburan pada batang sabun.
Pembuatannya tidak sampai satu jam, tetapi proses pematangan bisa mencapai satu bulan. ”Ibarat wine, semakin lama didiamkan semakin matang dan lezat, sabun pun demikian,” kata Sthefanni.
Isu lingkungan
Mels Soap Story menyisipkan kepedulian terhadap lingkungan dalam produk sabun natural buatannya. Imelda Suryani, sang pemilik, menuturkan, para peminat sabun jenis ini adalah mereka yang memiliki perhatian lebih terhadap isu lingkungan dan kesehatan.
”Setelah mengolah ide pembuatan sabun ini, saya ketahui bahwa peminatnya memang banyak. Sayangnya, masih banyak juga yang tetap lebih suka sabun berpemutih,” tutur Imelda.
Dia membuat dua varian sabun, yakni untuk kulit normal dan kulit kering. Bahan utamanya minyak kelapa, minyak zaitun, dan cocoa butter, ditambah minyak atsiri. Awalnya Mels Soap Story hanya memproduksi sabun polos tanpa warna, tanpa pewangi. Imelda kemudian memakai bahan alami untuk pewarna, seperti lempung dan daun kelor.
Kini terdapat varian, seperti Flower-Lavender dan Fresh Lemon-Sweet Orange dalam produk Mels Soap Story. Tak hanya untuk mandi, banyak pembeli sabun natural yang memesan untuk suvenir dan bingkisan.
Berkat sabun natural, mandi kini tak lagi sekadar ritual membersihkan tubuh. Jadi pengin mandi lagi....