Menabung Kenangan Wisuda
Wisuda menjadi momentum pijakan melangkah ke tahap baru dalam jenjang pendidikan. Sebagai sebuah perayaan, wisuda tak lantas batal akibat pandemi.
Wisuda menjadi momentum pijakan melangkah ke tahap baru dalam jenjang pendidikan. Sebagai sebuah perayaan, wisuda tak lantas batal akibat pandemi.
Di tengah keterbatasan kontak fisik, wisuda dari TK hingga SMA terselenggara berbalut kreativitas, mulai dari drive thru atau layanan pemberian ijazah tanpa turun dari mobil hingga wisuda daring.
Baca juga : Teknologi Animasi, Cara Unika Soegijapranata Gelar Wisuda Virtual Berkesan
Mobil yang dinaiki desainer Mel Ahyar, suaminya, dan putra putrinya berjalan perlahan memasuki Rumah Main Cikal di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, pada Jumat (12/6/2020). Di depan sekolah, guru-guru sudah menyambut dengan memakai topi toga. Hari itu menjadi hari pembagian ijazah bagi putra pertama Mel, Beau Makkah Arie dan putrinya, Bijou Madinah Arie.
Beau lulus taman kanak-kanak, sedangkan Bijou menyelesaikan tahap kelompok bermain. Begitu kaca mobil dibuka, senyum anak-anak segera mengembang ketika ibu-ibu guru mengabarkan kelulusan. Ijazah diserahkan plus bendera Merah Putih yang harus dikibarkan pada wisuda lewat aplikasi Zoom, Rabu (17/6).
Sebuah spanduk bertulis nama sekolah dibentangkan di samping mobil, si ayah kemudian melepas kemudi dan pindah ke deretan kursi belakang agar mereka bisa berfoto. Di mobil, Mel mengisahkan tentang apa itu wisuda dan kenapa harus dirayakan. ”Drive thru enggak bisa lama. Anakku bilang, kok, sebentar banget,” ujar Mel, Selasa (16/6).
Meskipun anak-anaknya belum mengerti, Mel menyebut wisuda sebagai peristiwa penting. ”Merasakan achievement, berhasil memasuki fase baru. Supaya ada excitement meski belum ngerti. Untuk apresiasi hasil kerja selama ini,” tambahnya.
Secara psikologis, menurut psikolog Ajeng Raviando, anak-anak di usia kelompok bermain hingga SD memang belum menangkap makna dari wisuda. Perayaan kelulusan di level pendidikan dasar ini lebih sebagai perayaan seremonial. Namun, wisuda menjadi sesuatu yang penting terutama bagi orangtua.
Baca juga: Wisuda Kala Pandemi, Sistem ”Drive Thru”, Virtual, hingga Diwakili Robot
Apalagi, peran orangtua dalam pendidikan anak semakin membesar ketika mereka menjalani sekolah dari rumah. Wisuda baru mulai menemukan maknanya pada saat anak-anak lulus SMP. Mereka akan melalui tahapan perkembangan baru dan wisuda membantu mempersiapkan kematangan mental.
”Sudah mulai dewasa, mulai lebih mengenali diri, waktunya berpikir lebih serius. Wisuda jadi momen mereka lebih berpikir tentang masa depan. Momen pijakan munculnya kesadaran diri akan memasuki tahapan hidup baru,” ujar Ajeng.
Persiapan matang
Meskipun wisudanya hanya virtual, kerepotan yang menyertainya ternyata tetap sama. Wisuda tetap identik dengan pakaian bernama toga dan topinya. Mengutip dari esai berjudul Academic Dress in American Universities yang dibuat David T Boven, toga dan topinya dipakai sejak tahun 1700-an di Amerika, sedangkan di Eropa sudah sejak abad ke-12.
Awalnya, toga dikenakan oleh pendeta di Eropa, lalu berlanjut digunakan para mahasiswa yang hendak lulus sebagai pembeda dengan tamu di prosesi kelulusan. Namun, ketetapan mengenakan toga dan topi yang kemudian diadopsi di seluruh dunia ini memiliki makna kesetaraan karena tak lagi ada batasan kelas sosial di antara para akademia yang merayakan kelulusan.
Baca juga: Perayaan Wisuda dari Gedung Kosong Undip
Kerepotan terkait toga dan wisuda dialami oleh artis penyanyi Yuni Shara ketika mempersiapkan acara wisuda anak sulungnya, Cavin Obrient Siahaan. Awal pekan lalu, Cavin lulus SMA dan mengikuti wisuda daring dari rumah Yuni di Pondok Labu, Jakarta. Toga dan ijazah dari sekolah sudah diserahkan beberapa hari sebelumnya.
Pada Jumat (5/6), Cavin mengikuti wisuda di depan laptop. Ada sambutan dari kepala sekolah dan wali kelas. Lalu ada video dari adik-adik kelasnya. ”Dia bilang, Bunda, aku sebenarnya kepingin acara (wisuda) yang riil. Terus aku jawab, ya, mau bagaimana lagi, Nak,” kisah Yuni, Selasa (16/6).
Yuni lantas menyiapkan kue-kue dan buket bunga. Tampak pula adik Cavin, Cello Obin Siahaan, serta sang nenek dan tantenya ikut membantu. Ruang tamu dijadikan semacam studio dadakan, lengkap dengan sejumlah peralatan studio. Sang juru foto adalah adik bungsu Yuni, Kartikasary, yang juga merekam video proses wisuda lalu diunggah di akun Youtube Yuni Shara Channel.
Usai wisuda, Cavin masih kumpul daring dengan teman-temannya. Yuni meminta Cavin mengundang beberapa teman dekatnya mengadakan semacam pesta syukuran kecil-kecilan di rumah. Karena sebagian rekan Cavin berasal dari negara lain, kesempatan kali ini adalah yang terakhir mereka bisa bertemu di Jakarta.
Sayangnya, kebanyakan teman Cavin tidak bisa memenuhi undangan itu lantaran mereka sangat tertib menjaga jarak fisik. ”Ya, namanya juga anak masih umur segitu. Apalagi, sejak awal Maret mereka sudah bersekolah dari rumah,” tambah Yuni, yang juga menggelar acara makan malam di luar bersama keluarga.
Baca juga : Wisuda Daring Penuh Makna Saat Pandemi Covid-19
Bagi Wien Yuni dan putrinya, Flora (15), wisuda daring juga sungguh jauh dari bayangan. Flora lulus SMP dan hendak melanjutkan ke sekolah menengah musik. ”Ibarat balapan, sudah hampir sampai, tapi disuruh putar balik,” tutur Flora, yang sempat masih berharap bisa wisuda seperti biasa, Rabu (17/6).
Akhirnya dia pasrah dengan wisuda melalui aplikasi Zoom. Demi mengobati kekecewaan, dia tetap tampil memakai kebaya, mencatok rambut, memakai riasan, dan menyemprotkan parfum ke badan. ”Meskipun kakinya cakar ayam, ha-ha-ha,” ujar Wien Yuni.
Pada hari wisuda, Sabtu (13/6), Wien Yuni dan Flora sudah rapi di depan laptop. Setelah acara ibadat, sambutan, pengumuman siswa berprestasi, mereka pun menanti nama Flora dipanggil dan sang ibu mengalungkan medali. ”Waktu hampir sampai giliran, tiba-tiba di layar ada peringatan sinyal tidak stabil. Aduh... saya langsung panik,” tambahnya.
Keintiman keluarga
Oleh karena wisuda di rumah, perupa Putu Sutawijaya justru bisa menunjukkan kasih sayangnya dengan merangkul pundak putranya, Putu Zhengkang Vijaya. Zhengkang yang lulus dari SMA Tumbuh di Yogyakarta khidmat mengikuti prosesi wisuda secara daring dari komputer jinjing bersama sang ayah dan ibunya, Jenny Vi Mee Yei.
”Ketika tiba saatnya, orangtua diminta mewisuda anaknya dengan memindahkan tali toga dari kiri ke kanan. Lalu, sah…” ujar Putu, Rabu (17/6).
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Oki Rahadianto, menuturkan, momen kelulusan bisa menjadi sangat spesial terutama ketika anak-anak mengetahui bagaimana perjuangan orangtuanya. ”Telah menginvestasikan banyak hal. Pemaknaannya kemudian tak lepas dari kelas sosial. Itu akan menjadi sangat emosional karena ada sense of struggle,” ungkap Oki.
Di sisi lain, Oki melanjutkan, ada juga sebagian yang memaknai kelulusan sebagai bentuk kebanggaan dan keriaan yang lebih menonjolkan kesan bergembira. ”Mereka berfoto, unggah di sosial media, bawa bunga atau boneka,” tambahnya.
Keriaan wisuda itu pula yang dirindukan penyanyi Adyla Rafa Naura Ayu (15). Ia sempat dijadwalkan akan bernyanyi saat kelulusan yang sedianya digelar awal Juni lalu. Namun, rangkaian acara kelulusan yang biasanya digelar oleh sekolah dan prom night yang disiapkan oleh wali murid batal terlaksana.
”Sempat sedih saat lihat teman-teman dari sekolah lain. Mereka posting duduk bareng orangtuanya, terus Zoom Meeting dan sama-sama ucapin, ’Congrats’. Ini bener-bener enggak ada sama sekali. Cuma dikirim e-mail dan sertifikat ke rumah,” ungkap Naura, yang melepas jenjang pendidikan menengah pertamanya.
Sepi tanpa perayaan kelulusan dan tanpa prom night juga dialami dalang sekaligus sinden remaja asal Solo, Woro Mustika Siwi, yang baru saja lulus dari SMAN 1 Kartosuro. ”Ya sudahlah, tapi pengen juga foto ala-ala wisuda,” katanya. Ia berencana membuat foto-foto sendiri agar tetap ada kenangan lulus SMA, apalagi kebaya juga sudah telanjur dibuat.
Keriaan dan perayaan memang menjadi hal lain dalam ritual kelulusan. Terbukti, Youtube pada awal Mei lalu berupaya memberikan suguhan bertajuk ”Dear Class 2020” bagi lulusan 2020 di seluruh dunia dengan menghadirkan Barack Obama dan Michelle Obama untuk berpidato, kemudian ada BTS, Katy Perry, hingga Lady Gaga tampil menghibur.
Kenangan manis wisuda itu pula yang membuat orangtua, seperti Mel, Yuni, Wien, dan Putu, tetap berusaha menghadirkan keceriaan wisuda bagi anak-anaknya di rumah. Yuni, misalnya, bercerita tentang kegembiraan tak terlupa ketika lulus SMA dengan spontan saling corat-coret pakaian sekolah.
Kegembiraan itu pun dirasakan ketika wisuda. ”Biasalah kalau anak cewek, kan, harus dirias dahulu, kebayaan, datang lebih awal bareng mama, terus wisuda. Sudah begitu saja. Tapi memang dari semalam sebelumnya sampai pagi sudah sibuk. Cuma sepertinya enggak serepot wisuda virtual Cavin sekarang, ya,” tambah Yuni.
Putu yang tamatan Institut Seni Indonesia Yogyakarta menyebut kenangan wisudanya sebagai wisuda milik bersama karena melibatkan kebersamaan dengan teman. ”Bangunlah sejarahmu ini di dalam hati,” begitu ujar Putu, mengenang pesannya yang disampaikan ketika mewisuda anaknya.
Generasi lulusan 2020 memang membangun sejarah mereka sendiri dalam tabungan kenangan wisuda tanpa teman di sisi.
(DOE/FRO/IAN/NAW/DWA/WKM)