Kuliner Bertualang Rasa di Masa Pandemi
Masa tiga hingga empat bulan terakhir terasa berat bagi Hanny Abrielle. Instruktur pilates penikmat kuliner ini merasa pandemi Covid-19 memaksanya terkungkung di dalam rumah.
Masa tiga hingga empat bulan terakhir terasa berat bagi Hanny Abrielle. Instruktur pilates penikmat kuliner ini merasa pandemi Covid-19 memaksanya terkungkung di dalam rumah.
Memang sudah lama sejak terakhir kali Hanny berkuliner menikmati beragam santapan lezat di beberapa restoran kegemarannya. Baik sendiri, bersama pasangan, maupun dengan teman-temannya.
Kegiatan bertualang rasa dan memanjakan palet lidah itu kini sangat dirindukannya. Saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial berskala besar, hati Hanny sontak berbunga-bunga. Kerinduannya yang sudah memuncak pun pecah saat dibolehkan lagi makan di lokasi (dine in).
”Tapi, aku sempat ragu-ragu juga. Apa benar sudah aman? Apa restorannya menerapkan protokol kesehatan sesuai aturan?” ujar Hanny, Rabu (17/6/2020).
Lewat informasi dari sejumlah akun media sosial (medsos) restoran favoritnya, Hanny memilih pesan tempat untuk makan malam di Animale Restaurant. Sejumlah foto promosi yang diunggah restoran di kawasan Kuningan, Jakarta, itu meyakinkannya. Sebelum masuk, para pelanggan diperiksa terlebih dahulu suhu tubuhnya. Mereka juga diminta mengenakan masker dan membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer yang telah disediakan.
Sebelum pelanggan duduk, seorang petugas lengkap bermasker, perisai wajah, dan sarung tangan menyinari sandaran dan alas sofa dengan tongkat sanitasi ultraviolet (UV-C sanitizing wand). Sinar ultraviolet dianggap ampuh membunuh kuman yang menempel di permukaan benda. Pihak restoran mengaku membeli tongkat pembunuh kuman itu dengan harga lumayan mahal dari Amerika Serikat.
Seperangkat alat makan (cutlery) macam sendok, garpu, pisau, piring kecil, dan alas metal, serta selembar kertas menu sekali pakai dan serbet, juga dibungkus plastik transparan. Dengan demikian, perangkat alat makan tadi terjaga kebersihannya. Kalau masih belum yakin, Restoran Animale juga menyediakan tisu pembersih yang dikucuri cairan pembersih aman untuk makanan (food-grade sanitizer). Saat mencatat pesanan dan menyajikan makanan atau minuman, para pelayan juga menerapkan jaga jarak.
Pelayan bahkan menawarkan apakah botol minuman atau anggur akan dituang sendiri atau dituangkan. Jarak antar-meja dan penempatan antartamu juga ditentukan, sekitar 1 meter. Satu hal lagi yang membuat Hanny yakin, konsep restoran dapur terbuka membuatnya bisa mengawasi langsung para juru masak, terutama protokol kesehatan yang mereka terapkan.
Hari itu, Hanny menikmati menu kegemarannya. bonemarrow pasta (Malloredus), yakni pasta jenis gnocchi, yang dimasak dan disajikan dengan campuran sumsum tulang. Selain itu, ia juga memesan pizza, ravioli, dan hidangan penutup, Oops Cheesetart, yang kaya berlumuran keju.
Chief Marketing Officer Animale Restaurant Astrid Suryatenggara juga memastikan protokol kesehatan diterapkan ketat di internal. Beberapa hari menjelang Animale dibuka kembali, seluruh kru termasuk dirinya dites PCR.
Mereka juga menerapkan sistemsif. Jika ada kru yang sedang tidak enak badan, dia harus melapor dan diwajibkan cuti di luar tanggungan, mengarantina diri selama dua pekan. Kelengkapan kru restoran mulai dari masker, sarung tangan, dan perisai wajah juga disediakan.
Makan dengan aman
Jaminan keamanan dan kebersihan makanan serta lokasi boleh jadi kini memang menjadi pertimbangan yang ikut menentukan apakah seseorang akan datang dan makan di satu tempat. Seperti Hanny, pasangan Muhammad Sulaiman (39) dan Lili Meliawati (39) juga teliti sebelum mengajak keluarga mereka makan di Restoran Bebek Kaleyo Outlet Lenteng Agung.
Muhammad, istri, dan anak-anak siang itu menjamu sang kakek dan nenek. Kebetulan lokasi restoran itu tak jauh dari kediaman mereka. ”Ceritanya sekalian nyari udara segar. Sudah tiga bulan. Masak mau di rumah melulu. Asal (restorannya) mengikuti protokol kesehatan, sudah okelah,” tambahnya.
Pilihan Muhammad kali ini tak salah. Area Supervisor Restoran Bebek Kaleyo Outlet Lenteng Agung, Syarif Hidayatulloh, memastikan pihaknya cukup ketat menerapkan protokol kesehatan. Syarif mengaku enggan mengambil risiko jika berkompromi. Semua tamu yang datang harus diperiksa terlebih dahulu kelengkapan dan suhu tubuhnya. Kalau sang tamu datang tak bermasker atau suhu tubuhnya di atas 37,4 derajat celsius, Syarif tak segan meminta sang tamu agar membeli makanan untuk dibawa pulang saja.
Para tamu yang lolos pemeriksaan pun masih diminta mencuci tangan terlebih dahulu dengan air dan sabun cair di wastafel yang telah disediakan di depan outlet.
Untuk memenuhi syarat menjaga jarak fisik, pihak restoran juga membatasi jumlah tamu di dalam tak lebih dari 50 persen kapasitas maksimal. Jarak antarmeja pun diatur sejauh 1,5-2 meter. Demi memaksimalkan keamanan, di setiap meja juga dipasang pembatas berbahan kaca akrilik transparan. Ukuran panjangnya 120 sentimeter dan tinggi 48 sentimeter. Para pelayan dan kasir pun mengenakan masker, sarung tangan, dan perisai wajah.
Pelanggan pun disarankan membayar secara nontunai (cashless). Kalaupun terpaksa tunai, sebuah kotak disediakan di meja kasir untuk meminimalkan persentuhan fisik antara kasir dan pelanggan.
”Alhamdulillah sejak dibuka, konsumen sangat antusias. Apalagi, ada pembatas akrilik di setiap meja. Para pelanggan suka,” tambah Syarif. Jadi, mari makan dengan aman!