Pengelola Tunggu Regulasi untuk Kembali Buka Bioskop
Bioskop-bioskop masih ditutup sementara. Seiring dijalankannya masa transisi, pengelola bioskop menunggu regulasi agar usahanya bisa berjalan lagi. Mereka siap menerapkan protokol kesehatan jika bioskop kembali dibuka.
Oleh
DWI BAYU RADIUS/WISNU DEWABRATA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para pengelola bioskop menunggu regulasi pemerintah agar penayangan film layar bisa diselenggarakan lagi. Sementara bioskop tak beroperasi, mereka menggelar pelatihan untuk karyawan, membersihkan teater, dan mempertahankan relasi dengan penonton.
Brand Marketing and Partnership Manager Cinepolis Indonesia Indriana Listia Rahmawati di Jakarta, Selasa (16/6/2020), berharap pemerintah memperbolehkan bioskop dioperasikan lagi. Bioskop dianggap memiliki kontribusi yang amat besar terhadap industri film dan kreatif.
”Di sejumlah negara, sebagian bioskop akan dibuka pada Juli mendatang. Setelah bioskop beroperasi lagi dampaknya pasti sangat besar untuk perekonomian,” katanya. Saat diminta tanggapannya soal rencana kembali beroperasi, Indriana berharap bisa membuka bioskop pada bulan yang sama.
”Kami menunggu dan mendukung keputusan pemerintah. Jika dibuka lagi, Cinepolis akan mengadakan promosi,” kata Indriana. Cinepolis rutin membersihkan bioskop termasuk kios makanan, toilet, dan ruang tunggu. Secara berkala, semua peralatan juga dicek.
Jika kembali beroperasi, karyawan Cinepolis akan memberlakukan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mengukur suhu tubuh pengunjung, dan menjaga jarak penonton. Jarak 1,5 meter sesama pegawai dan penonton juga akan diterapkan di ruang tunggu dan antrean.
”Cinepolis menunggu aturan kesehatan dan keselamatan resmi dari pemerintah untuk bioskop. Banyak pencinta film menunggu bioskop kami kembali buka,” kata Indriana. Cinepolis telah meningkatkan kemampuan semua karyawan dengan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme.
”Kami memberikan pengetahuan kepada karyawan. Berbagai kegiatan juga dilakukan di medsos untuk menjaga hubungan dengan para pecinta Cinepolis,” ucap Indriana. Respons mereka sangat positif dan berharap pandemi segera berakhir sehingga Cinepolis bisa beroperasi lagi.
Selain itu, menurut Indriana, Cinepolis menyemprotkan disinfektan dalam bioskop secara berkala dan menyediakan pembersih tangan. ”Kami memastikan semua staf telah diberikan pelatihan yang komprehensif dan disertifikasi untuk menjalankan aturan itu,” ucapnya.
Cinepolis memiliki 308 studio yang tersebar di 62 lokasi. Jaringan bioskop tersebut ditutup sementara sejak 28 Maret 2010. ”Masa pandemi menyulitkan sebagian besar industri di dunia. Kami pun termasuk bagian dari Cinepolis global,” kata Indriana.
Head of Corporate Communications and Brand Management Cinema XXI Dewinta Hutagaol mendukung instruksi pemerintah pusat dan daerah untuk meredam laju pandemi dan menerapkan normal baru. Cinema XXI berupaya menjalankan protokol kesehatan.
”Protokol itu akan menjadi acuan sehingga keamanan sekaligus kenyamanan petugas dan konsumen bisa dijaga. Kami masih menonaktifkan kegiatan operasional,” ucapnya. Menurut Dewinta, pihaknya mengikuti arahan dan menyokong pemerintah memutus mata rantai penyebaran pandemi.
Cinema XXI berkomunikasi mengenai kemungkinan dibukanya bioskop dengan Gugus Tugas Covid-19, Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. ”Jadi, ketika waktunya dibuka, kami siap menyambut pengunjung dan menerapkan normal baru,” katanya.
Protokol itu seperti mewajibkan tak hanya pengunjung, tetapi juga petugas bioskop menggunakan masker, dicek suhu tubuhnya, dan menjaga kebersihan tangan. Jarak fisik juga diterapkan minimal 1 meter di dalam dan sekitar bioskop yang dilengkapi pembersih tangan.
Cinema XXI memiliki standar operasional prosedur yang ketat untuk memastikan kebersihan bioskop. Sejak Januari 2020, Cinema XXI rutin menyemprotkan disinfektan. ”Aman untuk manusia. Sudah tersertifikasi secara internasional. Maskapai penerbangan global juga menggunakan disinfektan itu,” katanya.
Cinema XXI berharap pandemi segera usai sehingga pelaku usaha melakukan kegiatannya seperti semula dan perekonomian kembali stabil. ”Kami berdoa dan berharap agar kondisi ini dapat membaik sehingga kondisi perekonomian dapat pulih lagi,” ujar Dewinta.
Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) Chand Parwez Servia mengatakan, saat normal, rata-rata okupansi per film sekitar 50 persen, maksimal 80 persen. ”Kerinduan besar masyarakat saat ini adalah kembali berkumpul, nonton, dan makan. Manusia butuh bersosialisasi,” ujarnya.