Terbentur-bentur, Lalu Terbentuk
Kalangan sineas terus berkreasi di tengah beragam keterbatasan akibat pandemi. Boleh jadi, saat inilah kesempatan emas bagi dunia perfilman untuk melahirkan mahakarya.
Kalangan sineas terus berkreasi di tengah beragam keterbatasan akibat pandemi. Boleh jadi, saat inilah kesempatan emas bagi dunia perfilman untuk melahirkan mahakarya. Bagaimanapun, manusia adalah juga Homo ludens yang butuh bermain-main.
Sutradara Upie Guava serius memantau dua laptop di depannya, Rabu (10/6/2020), di Restoran Busy Beans, Jakarta Selatan. Sementara jauh di lokasi berbeda, Nazril Irham alias Ariel Noah siap beraksi di apartemennya, juga di Jakarta. ”Tapi, bentar, ya, Pie. Gue cukur rambut dulu,” kata Ariel.
Upie tergelak. Ia sedang menyutradarai secara virtual video klip Noah berjudul Kala Cinta Menggoda. Lewat aplikasi Zoom, Upie menyutradarai Ariel secara jarak jauh. Tiada gambaran kru film yang bergerombol memegang kamera, tripod, dan lampu. Kemutakhiran teknologi menjadi ”dewa penyelamat” pada masa pandemi.
”Coba, lampunya dari depan dan belakang. Ruangan digelapin, Riel,” kata Upie ringan saja memandu pengaturan cahaya. Musisi itu santai mencopot kain, menggeser lampu, dan melipat rangka sendiri. Lewat telekonferensi, layar-layar laptop di depan Upie menampilkan Ariel yang sedang bergaya di beberapa spot berbeda.
”Tunduk sedikit. Bagus. Pelan-pelan tengok ke kamera,” ucap Upie saat giliran mengarahkan Lukman Noah.
Instruksi terdengar dari pelantang laptop. Sejak pukul 09.00, Upie sudah terpaku di kursinya. Ia baru menuntaskan shooting keesokan harinya pukul 01.00. Lokasi shooting di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.
Hanya sedikit kru yang dikirim. Model dan para personel Noah bergantian dikunjungi oleh dua kru di Jakarta dan satu kru di Bandung. Mereka pakai masker, membawa pembersih tangan, dan menjaga jarak. Protokol Produksi Audio Visual yang dikeluarkan Badan Perfilman Indonesia diterapkan.
Pertimbangan kesehatan diutamakan dengan mempekerjakan kru yang belum lanjut usia atau paling tua 42 tahun. Peranti yang dibawa hanya kamera. ”Gue lagi bikin karya yang beda. Kreativitas saat pandemi. Bukan terkekang, gue malah pengin menghasilkan video klip unik,” katanya.
Ia bertekad melahirkan karya monumental yang identik dengan masa pandemi. Di tengah kendala mobilitas, prosedur kebersihan, dan pembatasan medium, justru daya cipta dimaksimalkan. Saat mengintip sedikit saja kreasi Upie, tampaklah visi yang out of the box tanpa meninggalkan kualitas artistiknya.
Baca juga : Mengapa Film
”Wabah ini bisa bikin pasrah atau tertantang. Gue pengin penonton ingat video klip ini dibuat dalam keterbatasan. Visualnya jadi beda banget. Bakal sulit gue jual kalo lagi enggak pandemi. Seniman bekerja baik kalau kejepit.” ucap Upie.
Itulah sekilas gambaran sebagian proses produksi film (tak hanya video klip) yang berupaya beradaptasi pada masa pandemi dan normal baru kelak. Dunia kreatif, seperti industri hiburan, yang notabene bukan industri esensial, justru sangat tertantang untuk mempertahankan relevansi dan eksistensinya pada masa pandemi. Manusia memang bisa hidup tanpa hiburan, tetapi kontribusi dunia hiburan pada kesehatan mental manusia tentu tak perlu dipertanyakan lagi.
Sejak diberlakukannya pembatasan sosial, orang-orang di industri perfilman yang cukup padat karya mulai bergeliat sendiri, bersiasat mengasah kreativitas tanpa mengabaikan risiko kesehatan.
Siasat jeli akibat terjepit kondisi juga digulirkan tim dari film Guru-guru Gokil. Sedianya film itu sudah tayang April lalu, tetapi tertunda. Produser Shanty Harmayn, bersama dua produser lain, Dian Sastrowardoyo dan Aoura L Chandra, merilis serial audio delapan episode dari film itu. Setiap episode berdurasi 5 menit dan tayang di sejumlah platform digital, iRadio Network, akun Instagram Guru-guru Gokil, Youtube BASE Indonesia, dan Spotify.
Wabah ini bisa bikin pasrah atau tertantang.
”Serial audio itu untuk ajang perkenalan para tokoh yang ada dalam film. Semacam pemanasan. Kami perkenalkan karakter, drama, dan konflik di antara mereka. Justru karena enggak ada gambarnya, jadi sangat menarik. Yang bisa dirasakan adalah theatre of mind-nya,” ujar Dian, yang juga memerankan guru Kimia bernama Nirmala.
Para pemain di film itu juga ikut aktif terlibat dalam proses merekam suara. Masing-masing melakukannya di rumah sendiri dengan fasilitas seadanya. Tak semua dari mereka punya ruangan kedap suara. Kerap kali banyak suara luar ”bocor” ikut terekam. Menurut Aoura, serial audio tadi sama sekali tak bertujuan profit, tetapi memanfaatkan kesempatan untuk terus kreatif.
Energi kreatif juga dirasakan Ruth Marini, yang lega bisa menyelesaikan proses shooting miniserinya, Sementara, Selamanya. Dalam miniseri enam episode itu, dia beradu akting dengan aktor Reza Rahadian sebagai pemeran utama. Proses shooting dilakukan dengan jumlah kru pendukung dibatasi. Lokasi shooting pun bertempat di sebuah rumah yang tertutup bagi orang luar dan ketat protokol kesehatan.
Alih-alih kelelahan, Ruth justru merasa excited. Sepanjang proses shooting, dia seolah merasa menemukan oase sekaligus pelepasan energi psikis dan hasratnya berkreasi.
Baca juga : ”Kencan” Normal Baru di Akhir Pekan
Protokol kesehatan
Meski berbagai upaya kesadaran mandiri tadi telah dijalani sebagian insan film, sutradara Riri Riza meminta awak produksi film tetap berhati-hati jika ingin tetap berproses produksi. Sebab, hingga kini aturan protokol kesehatan pemerintah masih belum jelas.
Namun, kondisi tadi tak lalu membuatnya diam saja. Riri membuat kebijakan untuk mengerjakan dulu apa saja yang bisa dikerjakan di rumah. Contohnya, mencari bakal lokasi shooting, menyeleksi pemain, dan pengembangan skenario.
Menurut rencana, di bawah bendera Miles Films, ia akan menyutradarai dua film. ”Sebenarnya tak banyak hal berubah. Hanya ada sejumlah prosedur yang memang harus dipenuhi. Seperti mengarantina semua kru di satu lokasi selama dua pekan sebelum shooting,” ujar Riri, Rabu (10/6/2020).
Tak hanya di Indonesia, industri film di beberapa negara juga tengah bergeliat bangkit dan menyusun kerangka panduan baru untuk kelak diterapkan dalam proses produksi film. European Film Commissions Network, misalnya, seperti dikutip dari situsnya, tengah menyusun panduan keamanan yang detail dan disesuaikan dengan tiap-tiap negara. Mengingat setiap pembuatan film bisa amat beragam, berbagai risiko harus diukur sangat spesifik.
Dalam industri Bollywood di India, misalnya, keluar panduan yang melarang adegan berciuman dan berpelukan. Seperti dikutip dari The Strait Times, adegan intim seperti itu diganti tampilan visual metaforis, misalnya bunga mekar perlahan.
Berbagai penyesuaian yang kelak diterapkan dalam produksi film bisa jadi berujung pada budget. Produser sekaligus pemilik rumah produksi MD Entertainment, Manoj Punjabi, mengatakan, kalau toh konsekuensi itu membuat ongkos produksi bertambah, ia tak menganggapnya sebagai beban.
Bagi Manoj, yang penting adalah kejelasan aturan protokol dari pemerintah. ”Kami ini mau disuruh menunggu sampai berapa lama lagi?” ujar Manoj.
Soal protokol kesehatan industri perfilman, Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) Chand Parwez Servia berharap protokol sudah keluar setidaknya pekan ini. Dengan begitu, bioskop bisa dibuka lagi.
Dari draf yang diterima Kompas, ketentuan dalam protokol produksi film diatur cukup terperinci, baik untuk shooting film di lokasi terkontrol maupun tak terkontrol atau berdasarkan lamanya proses shooting. Termasuk soal pengecekan kesehatan (rapid test), karantina, dan tindakan yang harus dilakukan saat ada kru terpapar Covid 19.
Sembari menunggu kejelasan, bagi kalangan perfilman sendiri, merawat optimisme adalah fondasi utama. Sutradara dan penulis film Gina S Noer mengingatkan, bagi orang kreatif, kondisi sesulit apa pun justru jadi tantangan emas. Dia mencontohkan film-film Charlie Chaplin yang lahir pada masa krisis ekonomi melanda Amerika Serikat.
”Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk!” begitu Gina mengutip Tan Malaka.
Kepal tangan, jangan patah!
(DWA/FRO/BAY/WKM/MHF)