Tabungan Kenangan Teater Rakyat
Teater rakyat memiliki tabungan kenangan yang tidak mudah lekang oleh waktu. Misalnya, Japin Carita, teater tradisional Kalimantan Selatan,
Teater rakyat memiliki tabungan kenangan yang tidak mudah lekang oleh waktu. Misalnya, Japin Carita, teater tradisional Kalimantan Selatan, yang memiliki tabungan kenangan jejak masuknya peradaban Arab ke dalam rumpun Melayu hingga wilayah pesisir, seperti di Kalimantan Selatan, dengan tradisi yang terpelihara sampai sekarang.
”Setiap pemeran teater terlebih dahulu harus menarikan tarian japin sebelum masuk pentas. Ini menjadi tradisi teater tradisional kami sampai sekarang,” ujar Irwan Budiman, yang akrab disapa dengan nama panggungnya, Iwan Lawang, Kamis (11/6/2020).
Iwan menjadi salah satu penggiat teater tradisional Japin Carita Kalimantan Selatan yang belum lama ini menggarap pementasan berjudul Kada Ma’asi. Judul itu bermakna ’ketidakpatuhan di masa pandemi Covid-19’.
Karya tersebut dipentaskan secara daring di Youtube Budaya Saya yang dikelola Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin lalu.
Iwan menuturkan dramaturgi dari kisah dirinya sendiri selama masa pandemi Covid-19 ini. Tidak tahan melawan kebosanan selama tinggal di rumah, Iwan mencoba bertandang keluar untuk menjumpai teman-teman seprofesinya. Bukan semata karena merasakan ketidaknyamanan berada di rumah selama pandemi, melainkan Iwan mulai meresahkan keadaan ekonomi keluarganya.
Sebagai seniman, masa pandemi Covid-19 membuyarkan semua rencana pementasan kelompoknya, termasuk rencana pentas untuk memenuhi undangan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Juni 2020, ini.
Teman-temannya meresahkan hal sama. Niat berdiam di rumah tetap ada. Akan tetapi, bagaimana bisa tetap produktif alias mendapatkan nafkah. Ada kemauan, ada jalan. Ternyata pepatah itu benar adanya.
Suatu ketika, ada rekan mereka yang bertugas di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan bercerita tentang platform Budaya Saya dari pemerintah pusat. Penjajakan untuk ikut pentas di Budaya Saya membuahkan hasil. Japin Carita mendapat lampu hijau untuk pentas secara daring.
Bersama para pemain lain, di antaranya M Syahriel M Noor, Abdussukur MH, Henny Apriana Nisa, dan beberapa pemain musik, pementasan yang dimimpikan Iwan selama pandemi Covid-19 pun terwujud.
Baju kebesaran
Sebuah makna simbolik dan satire dipetik dari sebuah baju kebesaran tokoh raja sebagai perlengkapan pentas. Iwan mengenakan baju pentas itu untuk keseharian ketimbang tidak pernah dipakai karena jarang pentas.
Ujaran satir kemudian muncul. Baju itu tidak lagi menjadi baju kebesaran karena selama tinggal di rumah semasa pandemi Covid-19 ini tubuh mereka bertambah gemuk.
Kebiasaan sehari-hari itu, makan dan tidur, membuat badan bertambah gemuk. Nada satire mereka, baju kebesaran sudah tidak lagi kebesaran.
Adegan berlanjut menyinggung aturan pembuatan jarak di tengah masyarakat (physical distancing). Tiga pemeran dengan nama Aruk, Anem, dan Zuljajali lagi-lagi mengungkap nada satire dengan memperagakan melalui permainan catur.
Mereka bermain catur dengan menjaga jarak. Satu pemain ada di dekat papan catur, ketika mendapat giliran menjalankan bidaknya. Setelah itu, buru-buru menjauhinya.
Lawannya sudah bersiap dari kejauhan. Ia bergantian melakukan hal serupa. Setelah jatuh gilirannya, ia mendekati papan catur dan menjalankan bidaknya.
Mereka ingin memperagakan kekonyolan dalam menjaga jarak selama pandemi Covid-19 ini. ”Akhirnya, kisahnya menemukan puncak sekaligus edukasi ketika tokoh Acil Mesah menutup adegan dengan pesan-pesan penting selama pandemi Covid-19,” ujar Iwan.
Sebagai teater rakyat, Japin Carita menyuguhkan dramaturgi yang amat lazim. Ada satire, ada kekonyolan, dan klimaks pada pesan tentang menyikapi keadaan terkini.
Sisi menariknya bukan pada dramaturgi itu, melainkan kekhasan mempertahankan ”ritual” menarikan tarian japing di awal pentas.
Tarian japin menunjukkan kemampuan bertahan. Meski tampil sekilas untuk membuka sebuah pentas teater, tari japin sebagai karya seni tradisi ingin dilanggengkan.
Ketahanan seni
Pada kesempatan berbeda, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyinggung persoalan ketahanan seni-seni tradisi yang kita miliki. Ragam seni tradisi kita mampu bertahan dengan berbagai cara. Akan tetapi, masih butuh dikenali energi-energi sosial yang terus menghidupinya.
Japin Carita setidaknya memberikan sedikit jawaban tentang energi- energi yang selalu menjaga seni tradisi itu. Iwan Lawang menuturkan, gerak tari japing beragam dan sangat memungkinkan inovasi kreasinya.
”Dalam pementasan kami kali ini gerakannya masih sangat sederhana dengan gerak dasar kaki langkah dua dan empat,” ujar Iwan, yang mendirikan Sanggar Lawang ini.
Tarian japing di wilayah rumpun Melayu lainnya memiliki eksistensi tersendiri. Misalnya, dari laman kebudayaan tentang Warisan Budaya Tak Benda situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disinggung tarian ini meski dengan penulisan zapin, bukan japin. Tetapi, keduanya merujuk pada hal sama.
Disebutkan, istilah zapin berasal dari bahasa Arab, zaffan, yang berarti ’penari’ dan alzafin yang berarti ’gerak kaki’. Tercatat, karya seni pertunjukan Zapin Siak Sri Inderapura dengan nomor registrasi 201900840 sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Provinsi Riau.
Tabungan kenangan pun tersibak tentang Kerajaan Siak di Riau yang pernah memiliki kekuatan bahari cukup diperhitungkan pada masanya. Kerajaan Siak muncul di tengah maraknya imperialisme dan kolonisasi Eropa sekitar abad ke-17 dan ke-18.
Alkisah, tarian zapin dikenal sebagai suguhan tarian hiburan di istana Kerajaan Siak. Di masa selanjutnya hingga kini banyak tarian zapin dihadirkan sebagai hiburan berbagai perhelatan.
Semula, penari zapin hanya dilakukan oleh laki-laki diiringi musik ensambel marwas, gendang, suling, biola, akordion, dumbuk, harmonium, dan vokal. Para penari mengenakan baju kurung melayu yang longgar hingga memudahkan gerak tari.
Tarian ini memiliki beragam filosofi gerak tari. Filosofi gerak alif sembah, misalnya, bermakna sikap hormat untuk pembuka tarian. Kemudian filosofi siku keluang, menggambarkan gerakan siku yang jelas dan tegas yang mengandung makna kejelasan dan ketegasan sikap dalam bertindak.
Filosofi anak ayam patah memiliki makna kedisiplinan tinggi, saat seekor ayam memiliki kaki patah tetap berjuang dengan kemauan yang keras.
Berikutnya, filosofi pusing angin yang terinspirasi datangnya angin bisa dari berbagai arah. Ini menyiratkan ketahanan yang dibutuhkan setiap waktu.
Masih banyak lagi gerak tari itu dengan makna-makna filosofi yang unik, seperti gerak sut mundur, pecah delapan pusing, atau mintak tahto. Inilah tabungan kenangan dari seni tradisi yang menantang telaah dan pengemasan kehadiran yang mungkin menjadi karya-karya kontemporer kekinian.