Luwes Meniti Masa Pagebluk
Pandemi tak pelak berdampak terhadap para pelaku industri film dan sektor pendukungnya. Produksi film dan arus penonton yang mandek tak lantas menekuk mereka hingga berpangku tangan.
Pandemi tak pelak berdampak terhadap para pelaku industri film dan sektor pendukungnya. Produksi film dan arus penonton yang mandek tak lantas menekuk mereka hingga berpangku tangan. Siasat dan kreativitas diterapkan untuk melepaskan diri dari kelesuan ekonomi.
Manoj Punjabi bertutur antusias tentang sinema dan pagebluk. Ia tetap berhati-hati. Di tengah keyakinannya, pemilik rumah produksi MD Entertainment itu mengenakan masker hitam. ”Banyak film tak bisa tayang. Salah satu produksi terbaru kami, KKN di Desa Penari, kena getahnya,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Penayangan film itu ditunda sejak 19 Maret 2020. Pembatasan sosial berskala besar membuat banyak lokasi hiburan tutup, termasuk bioskop. Selain film horor tersebut, pengambilan gambar untuk film Surga yang Tak Dirindukan 3 yang tersisa delapan hari juga ditangguhkan. Meski demikian, di tengah nuansa muram itu, raut wajah Manoj menunjukkan optimisme.
Baca juga : Masa Depan Industri Film di Tengah Pandemi Covid-19
”Kondisi ini malah peluang besar. Saya serius melirik bisnis lain, peluang kerja sama dengan OTT (platform tontonan streaming berbayar),” ucapnya. Platform ini dianggap peluang masa depan yang sangat menjanjikan. Akibat pandemi, penetrasi OTT kepada konsumen kian cepat.
Sebagai penyedia konten hiburan, menurut Manoj, MD Entertainment didekati sejumlah OTT, termasuk pemain global. Keniscayaan terbuka ketika permintaan hiburan semakin naik, sementara MD Entertainment tergolong perusahaan penyedia konten yang lengkap.
Sebelumnya, MD Entertainment bekerja sama dengan HOOQ, perusahaan asal Singapura. Sayangnya, akhir April lalu, HOOQ menutup layanannya di Indonesia.
Hasrat Manoj tak padam. Ia kemudian menunjukkan sejumlah studio dan fasilitas produksi filmnya. Sembari berkeliling, gestur Manoj ekspresif menyelingi uraiannya tentang upaya membidik ceruk-ceruk pasar lain.
”Untuk jangka panjang, saya memprediksi (platform OTT) jauh lebih cepat lagi (penetrasinya). Mereka akan lebih agresif. Apalagi, orang sudah keenakan bekerja di rumah,” ujarnya. Dengan pertimbangan itu, MD Entertainment yakin dapat terus bertahan dan optimistis meraup untung saat pandemi dan era normal baru.
Keyakinan itu membuat Manoj bertahan walau kerugian yang dialami lumayan besar karena banyak produksi dan peluncuran film terpaksa ditunda. Ketika keluar rumah dibatasi, sementara orang butuh hiburan, permintaan tontonan streaming akan meningkat. Maka, kebutuhan OTT akan tayangan pun tetap tinggi.
Baca juga : Mengapa Film
”Banyak OTT, seperti Disney+, Netflix, Viu, dan Tencent, secara agresif datang ke sini. Kalau enggak cepat, kesempatan bisa hilang. Nanti, film Barat lagi masuk. Jangan sampai ada yang tanya, kenapa konten lokal enggak ada,” tuturnya.
Masa tersulit
Kejelian Manoj mengincar celah-celah pasar berbeda menegaskan keluwesan kiatnya yang adaptif untuk meniti masa pagebluk. Roda komersial utama industri film dan sektor pendukungnya yang terhenti tak membuat pelakunya bertopang dagu.
Head of Corporate Communications and Brand Management Cinema XXI Dewinta Hutagaol mengakui, kondisi sekarang merupakan waktu paling sulit sejak jaringan bioskop itu berdiri. Meski belum ada kegiatan operasional, perusahaan itu tetap menyelesaikan kewajiban, seperti gaji, BPJS, dan perawatan studio. ”Manajemen berupaya keras dan maksimal mempertahankan bisnis sekaligus keutuhan keluarga besar Cinema XXI,” ucapnya.
Guna mendukung upaya tersebut, jajaran komisaris dan direksi tak menerima remunerasi sejak April 2020 hingga keadaan normal. ”Semua dilakukan agar bisa membantu membiayai sejumlah pengeluaran dan kewajiban selama pandemi,” ujar Deswinta.
Baca juga: ”Bioskop Misbar”, Pemacu Kreativitas Anak Muda Purbalingga
Hingga Januari 2020, Cinema XXI telah menghadirkan 1.182 layar di 218 lokasi bioskop yang tersebar di 52 kota. Cinema XXI secara berangsur menonaktifkan sejumlah jaringan bioskopnya sejak 22 Maret 2020 hingga keseluruhan pada 26 Maret 2020.
”Saat berhenti melakukan kegiatan operasional, kami pun tak diam. Pemeliharaan dan pembersihan dilakukan setiap hari,” katanya. Satuan tugas khusus membersihkan dan menyemprotkan cairan disinfektan, memelihara peralatan bioskop, serta menghindari munculnya jamur.
Seperti dikutip dari Weforum.org, tutupnya bioskop-bioskop di banyak negara di dunia diperkirakan telah menyebabkan pendapatan anjlok hingga 17 miliar dollar Amerika Serikat per Mei lalu.
Di sejumlah negara, bermacam siasat dan persiapan sedang digodok untuk menghadirkan bioskop yang adaptif dengan dunia baru di era pandemi. Di London, Inggris, bioskop art deco Rio Cinema yang legendaris, misalnya, tengah menyiapkan skenario pembukaan kembali dengan menerapkan jarak antar-penonton hingga 2 meter. Demikian dikutip dari Euronews.com. Bioskop ala drive-in cinema kini juga bermunculan kembali, seperti di Milan, Italia; New York, AS; dan belakangan di Bekasi, Jawa Barat.
Menambah layar
Dalam webinar bertajuk ”Mengawal Film Nasional: Saat Tayang di Era New Normal”, Jumat (12/6), pemerhati film Yan Widjaya menyebutkan, sejak awal Januari sampai 23 Maret lalu, hanya 28 film yang tayang. Masih ada 122 judul film yang dijadwalkan tayang hingga akhir tahun 2020.
Tak hanya penyintas-penyintas ekonomi yang berupaya lepas dari dampak pandemi. Mereka yang menuai berkah tersembunyi dengan bertambahnya konsumen pun tak lantas berdiam diri. Inovasi-inovasi terus dilakukan untuk mempertahankan pelanggan.
Berdasarkan pernyataan resmi Netflix, perusahaan itu merasa beruntung dapat menyuguhkan layanan bermakna lewat internet saat orang-orang diam di rumah. ”Fokus kami sekarang mempertahankan kualitas layanan,” demikian tertulis dalam pernyataan itu.
Sesuai data Netflix, selama kuartal pertama 2020, jumlah keanggotaan berbayarnya secara global tumbuh 15,8 juta anggota atau naik 22,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Jumlah total pengguna Netflix pun bertambah menjadi 183 juta anggota.
Lonjakan pelanggan direspons dengan menambah 2.000 agen sehingga layanan tetap berjalan lancar meski permintaan meningkat. Lebih dari 200 proyek pascaproduksi digarap secara jarak jauh. Netflix juga menambah kontrol pengawasan untuk orangtua.
Content Acquisitions Manager Southeast Asia Netflix Raphael Phang mengatakan, pihaknya selalu percaya bahwa cerita-cerita hebat bisa datang dari mana saja, termasuk Indonesia. ”Dalam enam bulan terakhir, kami menambah lebih dari 40 judul film Indonesia,” katanya.
Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia Chand Parwez Servia menilai, saat tatanan normal baru berlaku, orang akan tetap ke bioskop. Meski begitu, protokol kesehatan diperkirakan mengurangi jumlah penonton.
Bioskop juga tempat bersosialisasi. Film semakin sarat makna yang kerap didiskusikan.
Dalam sebuah webinar, akhir Mei 2020, anggota Lembaga Sensor Film (LSF), Noorca Massardi, menyebut, pencapaian 1 juta penonton per film dalam waktu sepekan akan sulit terwujud. Akan tetapi, Parwez yakin, persoalan itu bisa disiasati. Penyelenggara bioskop bisa selektif memilih film. Namun, jumlah layar untuk setiap film ditambah. Dengan begitu, jumlah penonton terkompensasi.
”Di Indonesia, movie going habit tumbuh sangat baik. Bioskop bukan sekadar tempat hiburan,” ujarnya. Bioskop juga tempat bersosialisasi. Film semakin sarat makna yang kerap didiskusikan.
”Bioskop sudah home. Sementara rumah sekadar house (bangunan) lantaran keluarga menonton terpisah lewat gawai. Di bioskop, keluarga terharu dan gembira bersama. Itulah keajaiban bioskop,” kata Parwez.