Solidaritas dan Hakikat Manusia sebagai Makhluk Sosial
Gerakan solidaritas masyarakat terus bergulir selama pandemi berlangsung beberapa bulan terakhir. Solidaritas ini menunjukkan hakikat manusia sebagai makhluk sosial.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pengikut akun @tiktok_stage di platform TikTok meningkat pesat, khususnya menjelang pukul 15.00, Senin (25/5/2020). Warganet beramai-ramai memencet tombol ”Follow” demi bisa menonton siaran langsung ”TikTok Stage Live from Seoul.” Hingga Senin petang, jumlah pengikut akun tersebut mencapai 273.400 orang.
Siaran itu menampilkan konser daring gratis bagi para penyuka budaya pop Korea Selatan. Ada beberapa musisi yang tampil, antara lain AKMU, Apink, Monsta X, dan iKon. Konser ini ditonton oleh puluhan ribu orang di seluruh dunia.
Head of Marketing TikTok Indonesia Dina Bhirawa mengatakan, konser digelar untuk menggalang dana bantuan Covid-19. TikTok akan mendonasikan 0,5 dollar AS per satu penonton siaran langsung. Dana yang terkumpul akan dibagikan ke orang-orang terdampak pandemi.
”Kami berkomitmen menghubungkan komunitas kami dan penggemar K-pop dari rumah mereka masing-masing. Itu dilakukan selagi kita membantu penanganan Covid-19,” kata Dina melalui keterangan tertulis.
Sebelumnya, pada April 2020, TikTok menyerahkan dana bantuan sebesar Rp 100 miliar kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Dana tersebut akan digunakan untuk pengadaan alat kesehatan serta santunan bagi keluarga korban Covid-19.
Solidaritas masyarakat juga hadir dalam bentuk yang lebih mikro. Salah satu contohnya adalah penggalangan dana yang dilakukan Azizah (24), pemilik kedai kopi di Samarinda. Ia berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp 5 juta dalam waktu 1-2 minggu.
Gerakan solidaritas ini ia mulai dengan mengunggah laporan warganet ke Instagram. Laporan tersebut mencakup, antara lain, kebutuhan alat pelindung diri (APD) di rumah sakit dan masker. Para donatur kemudian menyalurkan bantuannya melalui Azizah.
”Aku tidak punya uang (untuk menolong orang lain). Itu sebabnya aku minta tolong pada orang-orang yang punya uang lebih. Sementara itu, kami akan bantu membuat program bantuan dan menyalurkannya,” kata Azizah.
Dana yang terkumpul kemudian diserahkan dalam bentuk APD dan uang tunai. Bantuan dana diberikan ke sejumlah puskesmas di daerah perbatasan kecamatan.
Solidaritas merupakan fakta bahwa manusia adalah makhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Adanya pandemi kemudian memperkuat hakikat manusia sebagai makhluk sosial.
Bantuan lain yang diberi berupa 30 paket sembako. Paket ini diberikan kepada warga yang membutuhkan. Paket makanan juga dibagikan setiap hari selama satu bulan. Sedikitnya ada 400 paket makanan yang dibagi dalam periode tersebut.
Saat dihubungi terpisah, sosiolog Universitas Gadjah Mada Derajad S Widhyharto mengatakan, solidaritas merupakan wujud manusia sebagai makhluk sosial. Solidaritas juga merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat yang saling tolong-menolong.
”Solidaritas merupakan fakta bahwa manusia adalah makhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Adanya pandemi kemudian memperkuat hakikat manusia sebagai makhluk sosial,” ujar Derajad.
Solidaritas tidak lagi muncul sebagai respons terhadap konflik atau bencana yang menimpa masyarakat. Namun, konsep solidaritas berkembang untuk menjamin kehidupan sesama manusia.
Ia memberi contoh solidaritas dalam lingkup agama, misalnya umat Islam yang membayar zakat 2,5 persen dan umat Kristen membayar perpuluhan atau 10 persen dari pendapatannya.
Konsep solidaritas pun turut berkembang dengan kemajuan teknologi. Hal ini memungkinkan orang menggalang dana atau bantuan secara virtual, seperti konser amal daring. ”Masyarakat kini menciptakan bentuk solidaritasnya masing-masing,” kata Derajad.
Menurut Charities Aid Foundation melalui World Giving Index 2018, Indonesia merupakan negara paling dermawan di dunia. Skor kedermawanan Indonesia adalah 59 persen. Skor diukur dari pertolongan kepada orang asing yang membutuhkan, mendonasikan uang, dan kesediaan menjadi sukarelawan.
Indonesia menduduki peringkat kedua dengan skor 78 persen dalam hal berdonasi. Sementara itu, Legatum Prosperity Index pada 2019 menaruh Indonesia di posisi kelima dari 167 negara dalam kategori modal sosial. Kategori tersebut menakar kemampuan personal dan hubungan sosial, nilai-nilai sosial, dan partisipasi masyarakat sebagai warga negara (Kompas, 18/5/2020).