Potret dunia berubah setelah dihantam pandemi. Konsistensi untuk tetap di rumah sembari menajamkan empati sejatinya menjadi kunci.
Oleh
Riana A Ibrahim
·4 menit baca
ARSIP PATRICK OWEN
Patrick Owen Quarantine Diary 2020
Potret dunia berubah setelah dihantam pandemi. Konsistensi untuk tetap di rumah sembari menajamkan empati sejatinya menjadi kunci. Dikemas dengan konsep jenaka tanpa kehilangan makna, desainer Patrick Owen menyalakan tanda pengingat lewat karyanya bertajuk ”Quarantine Diary 2020”.
Dua bulan sudah anjuran tetap berada di rumah dilakukan sebagian orang untuk menghambat laju penularan Covid-19. Nyatanya, angka warga terpapar yang terdeteksi kian melonjak. Beraktivitas dari rumah saja juga tak semudah yang dibayangkan. Akibatnya, tidak sedikit yang memutuskan untuk melonggarkan diri.
Patrick memahami situasi itu. Namun, dalam kondisi saat ini, karantina mandiri sepatutnya masih dijalani. Protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak aman jika terpaksa keluar rumah, juga semestinya dipatuhi. Ia heran karena sejumlah orang yang dia temui tak mematuhi protokol. Namun, hal ini justru memantiknya untuk melahirkan karya.
ARSIP PATRICK OWEN
Patrick Owen Quarantine Diary 2020
”Enggak bisa menyalahkan masyarakat juga. Sudah dua bulan di rumah, lumayan enggak betah juga. Apalagi kita ini makhluk sosial. Jadi, salah satu misinya sekarang adalah untuk ngajakin orang agar tetap di rumah dulu dan mengikuti yang seharusnya dengan enggak nakutin. Di rumah juga bisa kok seru-seru gitu, semisal clean toilets with boots. Bukan karena extravagant, tapi lebih ke protection,” tutur Patrick.
Konsep ini pun dituangkan dalam motif sepatu bot bersanding dengan ember dan alat pembersih lantai yang disablon pada salah satu kaus rancangannya dengan tulisan berbunyi ”Le boots are made for disinfecting”. Ada lima desain komikal lainnya yang juga ditampilkan lewat gambar kartun dan pesan bernada satir.
Yang menonjol dari pesan yang digoreskan di atas kaus besutannya itu adalah gaya bahasa Perancis yang coba ditampilkan. Seperti penggunaan le, bukan the pada tulisan ”Le boots are made for disinfecting” atau pada ”How to SANEtize: le gloves, le toothbrush, le wine”.
ARSIP PATRICK OWEN
Patrick Owen Quarantine Diary 2020
Kemudian, ada juga ungkapan ”Je m’appelle sanitized. You???” dengan gambar telapak tangan dan telapak kaki. Bahkan memelesetkan kosakata ‘l’homme’ menjadi ‘l’homme.
”Tujuannya memang distract orang, biar enggak layu-layu lagi seperti era Nouvelle Vague yang ada di Perancis. Gerakan Nouvelle Vague saat itu, kan, fun and colorful. Itu juga yang mau disampaikan di sini, makanya pakai bahasa Perancis juga,” jelas Patrick.
Semangat yang diambil dari generasi Nouvelle Vague memang relevan dengan kondisi belakangan ini. Kelahiran gerakan itu di Perancis pada era 1950-an bermula dari upaya untuk membangkitkan ekonomi Perancis yang terpuruk pasca-Perang Dunia II lewat dobrakan besar di dunia film. Perubahan pakem kala itu juga berimbas pada dunia mode yang berani keluar jalur menjadi lebih kasual, tapi tetap trendi dengan paduan kaus dan jins.
ARSIP PATRICK OWEN
Roy Sungkono
Patrick sendiri identik dengan karyanya yang bergaya kasual, tetapi tak kehilangan sentuhan mewah, sejak ia menekuni bidang mode pada 2012. Namun, pada koleksi kali ini, pemilihan kaus sebagai bahan utama bukan tanpa alasan.
”Ini, kan, juga sesuai mood di rumah, ya pakai kaus oblong. Tapi bukan berarti nggakfancy. Tetap fashionable dan fancy. Cara berpakaian ke depannya juga nantinya lebih rileks,” ungkap Patrick.
Selain itu, kondisi tim yang bekerja terpisah di rumah masing-masing membuat dirinya tak bisa memantau banyak sehingga T-shirt menjadi pilihan. Meski begitu, pemilihan bahan kaus ini tetap pada materi katun premium yang juga digunakan dalam koleksi sebelumnya dengan warna terbatas hanya kuning dan putih.
”Warna memang terbatas. Ini dibuat dari sisa bahan koleksi sebelumnya karena enggak mungkin cari bahan baru lagi. Masih ada stok untuk warna itu. Jadi, kita gunakan. Untuk detail, koleksi dari saya ini selalu terbalik jahitannya. Obrasan dalam itu selalu di luar,” ungkap Patrick.
ARSIP PATRICK OWEN
Elvira Devinamira
Galang dana
Enam tampilan yang dihadirkannya kali ini juga bertujuan untuk mengumpulkan dana. Sekitar 37 pesohor ikut terlibat sebagai pendukung untuk mempromosikan koleksi kali ini sekaligus berdonasi. Di antara para pesohor ini ada Wulan Guritno, Olla Ramlan, Rio Dewanto, Raisa, Sherina, Daniel Mananta, hingga atlet Kevin Sanjaya dan Marcus Fernaldi Gideon.
Para pesohor ini akan mengunggah foto mereka memakai kaus dari Patrick dengan desain yang mereka pilih sendiri di media sosial masing-masing sebagai bentuk kepedulian. Ini juga menjadi sebentuk kampanye agar masyarakat tetap disiplin berada di rumah, mengenakan masker, dan menjaga jarak saat terpaksa keluar rumah.
Total dana yang diperoleh nantinya akan disalurkan kepada Habitat for Humanity Indonesia untuk menyediakan tempat tinggal sementara bagi para tenaga medis setelah bertugas menangani Covid-19.
Selain itu, pembuatan koleksi kali ini juga dilakukan Patrick untuk bertahan di tengah pandemi agar tim kerja juga tetap memperoleh pendapatan. Terlebih lagi, setelah rencana pergelaran busana pada April lalu dan peluncuran koleksi batal karena pandemi.
ARSIP PATRICK OWEN
Denny Weller
”Ini salah satu bentuk kontribusi. Saya enggak mau dunia mode dipandang hanya sekadar hura-hura saja. Justru saat ini waktunya menunjukkan kami enggak stay quiet dalam keadaan seperti ini dan tetap berupaya membantu dengan apa yang kami punya dan kami mampu,” ungkap Patrick.
Masyarakat umum yang juga ingin memiliki salah satu T-shirt keluaran Patrick juga dapat membeli lewat market place. Selengkapnya, Patrick juga berencana menggelar presentasi virtual untuk karyanya kali ini pada 18 Mei 2020 melalui Instagram TV akun media sosialnya dengan menggandeng sejumlah model dari Wynn Models. ”Tapi modelnya nanti tetap berada di rumah,” ujar Patrick.
Jadi, jangan ke mana-mana dulu! Tetaplah menjadi diri, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita.