Rifat Sungkar, ”Anak Baru yang Dibantai” di Reli Daring
Rifat Sungkar piawai menguasai beragam trek. Itu kalau reli sungguhan. Tak demikian di lomba daring. Ia remuk redam dilibas ABG-ABG yang lebih cekatan menguasai kontrol gim video. Pereli nasional itu cuek dan tancap gas.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
Rifat Sungkar menggerutu dengan gemas sembari menggenggam setir ketika tak mampu menyalip mobil lain. Saat memasuki garis akhir, hasilnya tak sesuai harapan. Tak urung pereli nasional itu terbahak juga. Istri Rifat, Sissy Prescillia turut terkekeh-kekeh waktu mencoba balapan tersebut.
Aktris itu menjerit-jerit yang membuat Rifat mengernyitkan alis sambil nyengir. Bahkan, anak-anak Rifat juga histeris waktu bermanuver dengan mobil tersebut. Mobil mereka terperosok berkali-kali. Tak ada yang celaka. Keluarga itu malah bergembira.
Tak heran, lantaran reli itu dilakukan dengan simulator. Aksi Rifat tampak dalam video yang diunggah ke Youtube lewat akunnya, Rifato. Reli dengan simulator di rumah menjadi lazim pada masa pandemi ini. Sejak awal Mei 2020 misalnya, Digital Asia Pacific Rally Championship (APRC) telah digelar.
Kompetisi daring dengan jadwal menyerupai pertandingan asli itu memang diadakan karena merebaknya Covid-19. Reli daring menjadi tren baru. ”Di Indonesia pun begitu. Gue punya banyak teman di luar negeri. Di negara-negara mereka ada kejuaraan sendiri,” kata Rifat di Jakarta, Sabtu (9/5/2020).
Chile, Australia, dan China umpamanya, menggelar reli virtual. Pembalap beradaptasi dari pemandangan dan pengendali mobil sport nyata menjadi simulator. Trek-trek bertempat di lokasi reli sungguhan, seperti Whangarei di Selandia Baru, Tasmania di Australia, dan Hokkaido di Jepang.
”Mereka enggak bisa ngapa-ngapain jadi semua main simulator. Meski daring, lomba APRC, misalnya, itu resmi dari FIA (Federasi Otomotif Internasional),” katanya. Hasrat memacu mobil yang menggebu pun dirasakan Rifat. Ia harus tetap balapan.
Rifat turut menyalurkan gairah menjajal panasnya pertarungan di trek reli. Ia mengikuti kompetisi ”Reli Di Rumah” yang diikuti pembalap sungguhan hingga pemain gim video. ”Bisa dibilang, ini normal baru buat pereli karena lomba dijalani di rumah,” ucapnya sambil tersenyum.
Pergelaran itu tak hanya membedakan pereli dan pemain gim video. Reli Di Rumah juga membuka kesempatan pemain gim video menjadi pembalap. ”Kami yang pereli benaran malah dibantai anak-anak belasan tahun. Soalnya, kontrol mobil reli sungguhan dengan simulator beda,” ucapnya seraya tertawa.
Mereka yang posisinya lebih unggul bersorak-sorai. Rifat cuek dan tancap gas. Ia malah ingin menyemangati pemain-pemain lain. ”Banyak juga pereli beneran enggak siap kalah, jadi ogah ikutan. Kalau guepengin, kekalahan justru jadi motivasi buat para pesaing,” katanya.
Meski acap kali keteteran, Rifat berbesar hati dengan memuji pereli yang menang. Ia ingin peserta reli itu lebih banyak. ”Posisi gue paling bagus belasan. Pernah sekali 10 besar habis itu 20 ke bawah. Biar saja mereka ngomong, ‘Gila Rifat saja gue bantai’. Gue berani malu,” ujarnya.
Maklum saja. Rifat baru mencoba simulator baru-baru ini. Ia sering mendatangi arena mesin permainan tetapi sudah tak lagi dilakukan sejak 15 tahun lalu. ”Gue bilang sama mereka yang menang, ’Gila, hebat banget kalian’. Semoga ketemu di reli beneran, ya,” katanya.
Tak ada masalah. Malah, Rifat suka agar pemain-pemain lain tak berkecil hati. Di gelanggang, ia dikenal piawai menguasai medan. ”Gue di reli daring cuma orang biasa. Anak baru yang mau menikmati proses. Sudah ketinggalan tiga tahun,” ucapnya.