Pandemi Covid-19 memindahkan sebagian rutinitas warga selama Ramadhan ke layar gawai. Kegiatan seperti mendengarkan ceramah dan mengaji, kini dilakukan secara virtual. Semua itu untuk mencegah penularan pandemi.
Oleh
Aditya Diveranta
·4 menit baca
Hari-hari awal Ramadhan, Sahbani (35) sama sekali tidak pergi ke masjid. Warga Cengkareng, Jakarta Barat, ini berupaya mematuhi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan sekitar sebulan terakhir. Hingga Selasa (28/4/2020), berbagai ibadah kini lebih banyak dilakukan keluarganya di rumah.
Dia yang beberapa hari ini shalat di rumah justru merasa kurang menghayati ibadah. Satu hal yang dia rasakan berbeda, yakni tiadanya khotbah saat selesai shalat di rumah. Begitupun seusai shalat, dia tidak bisa mengobrol ringan dengan tetangga saat akan pulang.
"Banyak yang berbeda dari Ramadhan sekarang ini. Hal yang terasa banget mungkin enggak ada lagi kultum di masjid. Buka puasa di rumah masing-masing, shalat di rumah juga paling berjamaah dngan keluarga," kata dia saat dihubungi Kompas.
Pengalaman Sahbani mungkin juga dirasakan warga yang menjalani PSBB saat ini. Sebagian dari mereka kini berusaha agar tetap bisa beraktivitas ibadah semaksimal mungkin di rumah. Baru-baru ini, sebagian warga memanfaatkan teknologi untuk melenyapkan batasan jarak antara umat dengan masjid.
Sahbani, misalnya, baru tahu belakangan sejumlah masjid menyiarkan ceramah secara jarak jauh. Melalui pesan berantai dari warga setempat, dia mendapat informasi bahwa Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat menyiarkan ceramah saat jelang shalat Tarawih. Ceramah itu disiarkan lewat saluran televisi, radio, dan kanal telekonferensi internet.
Begitu pula Nurin Shafa (29), warga Bogor, Jawa Barat, yang memanfaatkan kanal Youtube untuk menyimak ceramah. Minggu (26/4/2020) kemarin, dia mengakses tontonan ceramah dari pemuka agama Quraish Shihab lewat kanal Youtube Narasi TV.
"Menonton ceramah dari televisi, video Youtube, atau dari Instagram sekalipun aku coba untuk tetap bisa memetik hikmah Ramadhan dari cendekiawan agama. Mudah-mudahan pahala mendengar ceramah itu tetap sama meski ibadahnya di rumah," ungkap Nurin.
Kegiatan Ramadhan yang semakin virtual terpaksa dijalani demi mencegah rantai penularan Covid-19. Seperti diketahui sebelumnya, virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, mampu menular dengan cepat melalui tetesan kecil saat batuk dan bersin (droplets). Sehingga, kondisi kerumunan orang dalam jarak yang sangat dekat perlu dihindari.
Satu orang positif Covid-19 mampun menularkan virus minimal pada dua orang. Ditambah lagi, keberadaan virus ini bisa menjadi sangat mematikan untuk sebagian orang yang berusia lanjut dan memiliki penyakit penyerta.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI HM Asronun Ni\'am Sholeh memahami pandemi saat ini sebagai kemudaratan tidak hanya bagi umat Muslim, tetapi juga seluruh umat manusia. Dengan kondisi tersebut, sudah semestinya manusia melawan kemudaratan itu.
Asronun menegaskan, perlawanan terhadap kemudaratan itu menjadi wajib hukumnya bila dibandingkan mengejar ibadah yang sifatnya sunah. Maka itu, beberapa rutinitas yang biasa umat muslim lakukan, seperti shalat Tarawih, mengaji, mendengarkan khotbah di masjid, bahkan mudik, untuk sementara dapat dilakukan di rumah demi mencegah penularan pandemi.
"Di masa seperti ini, insya Allah, diamnya kita di rumah dengan tujuan mencegah penularan itu sendiri dapat dikatakan sebagai ibadah. Begitupun dengan ibadah di rumah, insyaallah tidak akan mengurangi keutamaan dan nilai ibadah di sisi Allah," ungkapnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan, pilihan beribadah di rumah itu pun sudah berlaku di seluruh dunia. Bahkan, Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah juga tak menggelar shalat Jumat dan Tarawih.
Haedar kembali mengingatkan prinsip la dharara wa la dhirara, jangan berbuat yang menyebabkan kerusakan untuk diri sendiri dan bagi orang lain. Karena itu, semestinya dalam situasi darurat pandemi, umat jangan beragama dengan semaunya sendiri. Akan lebih baik jika umat mengikuti pendapat mayoritas yang disiarkan pada Al Quran dan As-Sunnah serta konteks situasi darurat umat manusia sedunia yang tengah dihadapi.
Sebagai saran, Anda bisa memanfaatkan siaran khotbah serta pengajian virtual dari kanal Youtube TV MUI dan NU Channel. Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah juga menuturkan, Masjid Istiqlal kini menyiarkan khotbah setelah Tarawih dari TVRI dan RRI setiap pukul 19.00. "Kegiatan khotbah disiarkan agar dapat diakses oleh semua umat Muslim yang kini berdiam di rumah," jelas dia.
Sejumlah kanal daring juga dapat dimanfaatkan warga. Salah satunya, yakni kanal Youtube Narasi TV yang menyiarkan khotbah dari pemuka agama Muhmmad Quraish Shihab. Ada pula akun Instagram @Yukngajiid yang aktif menyampaikan pesan dakwah dengan kemasan video naratif.
Terkait itu, Asronun menekankan segala aktivitas ibadah yang dilakukan secara virtual kini, insyaallah, masih bernilai ibadah selama diniatkan sebagai wujud Tholabul Ilmi Faridhotun Alaa Kulli Muslimin. Ungkapan tersebut berarti "menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah, sejak dari ayunan hingga liang lahat".
"Selama niatnya menuntut ilmu, segala kegiatan virtual tadi mudah-mudahan tetap bernilai ibadah. Tentunya, melawan kemudaratan pandemi saat ini lebih penting daripada mengejar manfaat berbagai ivadah sunah yang mestinya masih ibsa dilakukan di rumah," tutur Asronun.