Selama pembatasan sosial untuk menghindari paparan virus korona baru, warga perlu mengantisipasi kebosanan di rumah. Salah satu pilihan yang bisa diambil adalah memelihara peliharaan.
Oleh
Aditya Diveranta
·4 menit baca
Masa pembatasan sosial di rumah membuat Novia (26) kalut marut. Selama tiga pekan, dia dirumahkan perusahaan tanpa kepastian. Selama itu pula, dia berdiam di rumah dengan kesibukan baru, yaitu merawat sejumlah anak kucing yang baru lahir dua bulan terakhir.
Novia tidak menyana kegiatan merawat kucing tersebut kini menjadi rutinitas baru. Saat dihubungi, Senin (27/4/2020), Novia masih asyik menunggui Puput, induk kucing, saat sedang menyusui empat anak kucingnya.
”Saya terbiasa ngasih makan Puput, lalu berangkat kerja, begitu saja selama setahun terakhir. Dua bulan lalu, dia beranak dan saya biarkan agar tetap di rumah. Mulanya merawat iseng-iseng karena sedang menganggur, tapi sekarang malah jadi keterusan,” kata perempuan asal Yogyakarta ini.
Novia mengakui, dirinya masih awam dengan bermacam hal terkait perawatan kucing. Dia bahkan tidak tahu apa jenis kucing yang ada di rumahnya saat ini. Namun, satu hal yang terasa pasti baginya kini, yakni keberadaan hewan peliharaan yang ternyata turut mengisi keramaian di rumah.
Hal serupa diucapkan Dyta (27). Dia kerap membiarkan Arlin, anjing peliharaannya, tetap berada di dalam kamar. ”Kamar jadi lebih ramai kalau ada Arlin. Kebetulan, dia pun masih kecil, jadi kalau keluyuran di sekitar kamar, malah terlihat gemas,” ujar warga Jakarta ini.
Tren memiliki hewan peliharaan pun tampak semakin populer di masa pandemi Covid-19. Di Amerika Serikat (AS), banyak warga yang berbondong-bondong mengadopsi hewan peliharaan dari tempat penampungan hewan. Kini, semua hewan di sejumlah lokasi penampungan di AS kosong.
Di Indonesia, sebagian warga juga keranjingan berbagai jenis hewan peliharaan. Zainal Arifin (35), misalnya, turut merawat kelinci selama masa pembatasan sosial di rumah. Warga Jakarta Selatan ini merasa dirinya menjadi pribadi yang tenang semenjak merawat hewan peliharaan.
”Sebenarnya sudah ada banyak kelinci di rumah, tetapi belakangan baru tambah satu lagi. Niatnya lebih ke komitmen untuk menyayangi binatang saja, sih, tetapi momennya jadi pas saat sedang di rumah saja,” ujar pria beranak satu ini.
Kegandrungan mengadopsi hewan peliharaan umumnya dipercaya dapat mengurangi stres dan menyalurkan emosi. Hal itu dapat dipahami karena sikap hewan peliharaan yang tidak terlalu menuntut dibandingkan manusia. Dengan pengalaman tersebut, sebagian orang justru memperoleh kebutuhan penerimaan sosial dari hewan peliharaan mereka.
Hal tersebut pun menjadi kebutuhan di masa pandemi seperti sekarang. Sebagian orang yang berdiam di rumah bersama hewan peliharaan saling menumbuhkan ikatan emosional. Dengan kata lain, Anda mungkin menjalin komunikasi dengan hewan peliharaan meski bukan dengan cara berbahasa yang lazim dilakukan sesama manusia.
Bisa dikatakan, hewan peliharaan melengkapi dukungan sosial yang sudah ada, terlebih karena saat ini interaksi fisik setiap orang semakin berjarak selama pembatasan sosial. Meski begitu, keberadaan hewan peliharaan hanyalah sebagai dukungan sosial, bukan untuk menggantikan interaksi sosial dengan manusia. Hal itu dikatakan pengajar psikologi di Universitas Gadjah Mada, Idei Khurnia Swasti
”Tentunya, interaksi sesama manusia tetap menjadi kebutuhan utama. Hewan peliharaan hanya bersifat sebagai dukungan yang menambah fungsi sosial,” ujar Idei.
Kecintaan warga terhadap hewan peliharaan, terutama di kawasan Jabodetabek, terungkap dalam jajak pendapat Kompas akhir Januari lalu. Sekitar 40 persen dari 525 responden warga Jabodetabek mengaku memiliki hewan peliharaan.
Hewan yang banyak dipelihara adalah kucing (44 persen), burung (22,5 persen), dan ikan (12,5 persen). Sementara itu, sebagian responden juga memiliki anjing, yakni sekitar 8,5 persen.
Sebagian besar responden mengungkapkan alasan memelihara hewan karena kecintaan. Alasan lainnya, keberadaa hewan peliharaan di rumah dipercaya dapat mengurangi stres (19 persen).
Berbagai penelitian psikologi menunjukkan, saat para responden dihadapkan pada situasi tertekan dan diminta mengelus hewan, hal itu akan membuat mereka lebih tenang. Bahkan, rasa tenang juga didapatkan oleh responden yang sebelumnya mengatakan tidak suka binatang.
Mengadopsi hewan peliharaan tidak semudah membawanya ke dalam rumah. Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) menganjurkan Anda untuk berkonsultasi dengan dokter hewan sebelum proses adopsi hewan peliharaan. Hal ini untuk mencegah kemungkinan penyakit yang dibawa hewan sebelum adopsi.
”Sebaiknya rutin periksakan hewan peliharaan secara berkala kepada dokter hewan. Konsultasikan apa hewan perlu divaksin demi mencegah penyakit yang dikhawatirkan dapat menular ke manusia. Beberapa contoh penyakit yang riskan menular ke manusia, salah satunya, jamur ringworm,” katanya.
Munawaroh menegaskan, sejauh ini belum ada potensi penularan Covid-19 dari hewan ke manusia. Sejumlah kasus yang menyebut kucing tertular Covid-19 di luar negeri justru tertular dari manusia.
”Hal yang terjadi sejauh ini, penularan Covid-19 terjadi melalui manusia ke hewan. Untuk itu, saya menyarankan agar kita manusia yang tetap menjaga kebersihan sebelum menyentuh hewan peliharaan. Pembatasan sosial tetap dilakukan dalam jarak yang wajar,” ucapnya.