Besok Kita Makan Masakan Hari Ini
Mia, ibu dua remaja asal Tasikmalaya, Jawa Barat, tengah bingung. Mia bercerita, bukan hal mudah untuk merancang menu masakan setiap hari agar anak-anaknya yang seharian berada di rumah dan penuh selera makan
Mia, ibu dua remaja asal Tasikmalaya, Jawa Barat, tengah bingung. Mia bercerita, bukan hal mudah untuk merancang menu masakan setiap hari agar anak-anaknya yang seharian berada di rumah dan penuh selera makan itu tetap sehat dan tidak lantas bosan.
Sejak penerapan kebijakan jaga jarak fisik dan sosial akibat pandemi Covid-19, Mia dan keluarganya tentu banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Pada masa normal biasanya dia lebih sering memasak hanya saat libur atau setiap akhir pekan.
”Bingung mau masak apalagi. Mana sekarang masuk bulan puasa. Setiap tanya ke anak-anak mereka, mah, selalu jawabnya, bebas,” ujar Mia di grup aplikasi percakapan.
Kebingungan seperti itu kini jadi hal jamak, bukan hanya dirasakan Mia. Saat dihubungi per telepon, Chef Ahmad Nurseha dari Hotel Le Meridien, Jakarta, Rabu, (22/4/2020), mengatakan, sebetulnya ada banyak pilihan variasi pengolahan makanan untuk menghindari kejenuhan.
Salah satunya dengan memanfaatkan dan mengolah kembali masakan sisa (leftover) menjadi berbagai hidangan lezat dan variatif. Kebiasaan mengolah kembali sisa-sisa makanan menjadi menu baru yang lezat sudah lama dikenal di masyarakat Indonesia.
Lewat akun media sosial Hotel Le Meridien, Chef Ahmad mendemonstrasikan sejumlah menu berbahan utama makanan sisa atau berlebih. Tentu yang kualitasnya masih baik dikonsumsi. Beberapa menu olahan itu, antara lain, nasi bakar rendang, tahu ebi balado, dan sup bening blender.
Untuk menu pertama, nasi bakar rendang, baik bahan-bahan maupun pembuatannya, tidak sulit. Bahan-bahannya terdiri dari nasi putih, sisa tempe orak-arik, sisa sambal goreng terong, dan sisa rendang daging.
Semua bahan sebelumnya dicampur lalu dioseng bersama di atas api sedang. Daging rendang terlebih dahulu disuwir sehingga bisa tercampur merata. Setelah itu hasilnya ditambahi daun jeruk dan beberapa buah cabai rawit merah lalu dibungkus daun pisang untuk kemudian dibakar atau dipanggang di atas wajan panas.
”Menu makanan berbahan leftover ini bisa jadi pilihan jika memang sudah bingung mau masak apa lagi supaya tidak bosan dan terbuang-buang. Seperti nasi bakar yang kita buat kali ini mungkin bisa jadi pilihan daripada mengolahnya sekadar menjadi nasi goreng,” tambah Chef Ahmad.
Pada menu kedua, Chef Ahmad memanfaatkan sisa tahu putih yang belum dimasak. Tahu terlebih dahulu dihancurkan untuk kemudian ditumis ringan bersama bumbu-bumbu, seperti sambal balado dan daun ketumbar untuk menetralkan rasa amis dari tambahan putih telur. Selain itu, ditambahkan pula udang ebi yang sudah terlebih dahulu digerus. Tak lupa kecap manis untuk mengangkat cita rasa.
Dua menu tadi merupakan olahan dari bahan-bahan sisa makanan yang bersifat kering alias tak berkuah. Pada menu ketiga Chef Ahmad juga membagi kiat mengolah sisa bahan makanan berkuah macam sayur sup dengan isian kentang, wortel, dan bahan sayuran lain.
Kuncinya ada pada langkah memperkaya bahan sisa sayuran tersebut dengan tambahan santan kelapa. Potongan-potongan sayuran, yang terdiri dari kentang, wortel, dan sayuran lain, terlebih dahulu ditiriskan. Selanjutnya dihaluskan dengan cara diblender.
Dari situ semua bahan kemudian kembali disatukan dengan tambahan santan. Kuah yang dihasilkan menjadi lebih kental mirip dengan kuah krim. Bahan sayuran yang dihancurkan tadi juga bisa diolah dengan cara lain, semisal dijadikan bahan perkedel, digoreng dengan terlebih dahulu dibentuk bulat lalu dilumuri telur yang telah dikocok.
Biasa mengolah lagi
Saat dihubungi secara terpisah, pegiat gastronomi dan penulis buku kuliner, Kevindra Soemantri, mengatakan, kebiasaan mengolah kembali sisa-sisa makanan sebenarnya sudah lama dikenal dan dilakukan masyarakat Tanah Air.
Sayangnya, ketika industri kuliner terus dan semakin berkembang, pola konsumsi dan kebiasaan masyarakat juga ikut berubah. Industrialisasi pengalengan dan makanan awetan juga membuat orang berperilaku pragmatis dan praktis.
Orang atau keluarga-keluarga di Indonesia semakin jarang memasak sendiri dan lebih memilih untuk membeli makanan jadi atau olahan. Tambah lagi di masa sekarang ketika aktivitas makanan pesan antar lewat aplikasi daring sudah terbilang sangat mendominasi.
Sejak dulu
”Sebetulnya kebiasaan memasak sendiri di rumah sudah biasa ada di dunia sejak sebelum abad ke-19. Saat lemari pendingin belum ditemukan, orang atau setiap keluarga dituntut kreatif mengolah bahan-bahan makanan yang terbatas agar bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu lama,” ujar Kevindra.
Gaya memasak dengan mencampur beragam jenis bahan, terutama sayuran, diyakini awalnya untuk memanfaatkan bahan-bahan sisa agar tak terbuang. Menurut Kevindra, hal itu juga bisa dilihat dalam beberapa jenis kuliner Nusantara.
Sebut saja seperti gado-gado, sayur lodeh, oblok-oblok, dan brongkos. Bahkan, hidangan capcay yang diyakini merupakan kreasi para perantau China di masa lalu demi bisa hidup irit di negeri orang. Secara filosofis makanan serba campur dengan memanfaatkan bahan sisa itu juga berakar pada tradisi dan prinsip kepercayaan masyarakat Hindu nenek moyang bangsa Indonesia.
”Setiap bahan makanan, kan, identik dengan makhluk hidup atau dewa dewi macam beras atau nasi yang digambarkan perwujudan Dewi Sri. Dengan begitu masyarakat masa lalu tidak membolehkan ada makanan yang dibuangbuang dan kebiasaan itu terus terbawa sampai sekarang,” ujar Kevindra.
Pascapandemi Covid-19 nanti, Kevindra memprediksi tren home cooking atau memasak di rumah akan kembali meluas. Hal itu lantaran semasa pandemi orang memang terpaksa tinggal di rumah dan membiasakan kembali untuk memasak sendiri makanan yang akan dikonsumsi. Sebagian juga memasak sendiri lantaran terbatasnya anggaran akibat krisis ekonomi yang menjadi dampak pandemi.
Boleh jadi ada berkah tersembunyi ketika orang tak lagi terlalu bergantung pada makanan siap saji. Buku resep keluarga pun ditengok kembali. Jika masakan tak habis, jangan dibuang. Besok kita makan masakan hari ini dengan cita rasa yang berbeda.