Mempertemukan mi dengan pugasan yang selaras di lidah bukan perkara mudah. Racikan mi dan ayam yang sudah demikian populer pun kadang masih bisa meleset ketika bertemu.
Oleh
FRANSISCA ROMANA NINIK
·5 menit baca
Mempertemukan mi dengan pugasan yang selaras di lidah bukan perkara mudah. Racikan mi dan ayam yang sudah demikian populer pun kadang masih bisa meleset ketika bertemu. Kolaborasi mi dan pugasan unik bisa menjadi tawaran mengusir kejenuhan rasa yang itu-itu saja.
Inilah yang dilakukan Demie Bakmie 69 untuk memberi petualangan baru bagi penggemar mi di Jakarta dan sekitarnya. Demie menggandeng pegiat dan pencerita kuliner, Ade Putri Paramadita, untuk menyajikan menu spesial: demie lidah sambal matah.
Menu ini disebut spesial karena hanya tersedia di Demie Bakmie 69 di Crumble Crew, kawasan SCBD. Semakin spesial karena hanya tersedia selama 16 Maret hingga 16 April 2020.
”Kolaborasi ini memberi pengunjung pilihan dan pengalaman lebih banyak,” ujar Adewale Ajamu, salah satu pemilik Demie Bakmie 69, yang akrab disapa Wale.
Wale bersama Ade menemani sembari bercerita kepada sejumlah pengunjung yang mencicipi menu spesial tersebut sebelum diluncurkan ke publik, Sabtu (14/3/2020).
”Mau pilih mi keriting atau mi tebal?” kata Ade. Benar, menu demie lidah sambal matah bisa dinikmati dengan dua jenis mi khas Demie Bakmie 69 tersebut. Lidah sapi lokal yang diolah menjadi kornet (corned beef tongue) merupakan salah satu menu unggulan yang biasa dimasak Ade.
”Lidah sapi lokal ini dibumbui, lalu ditimpa batu, disimpan di kulkas tiga hari. Setelah itu baru dimasak perlahan selama 6-8 jam sampai matang sempurna. Prosesnya tradisional sekali,” ujar Ade.
Selain lidah sebagai pugasan, Ade mencari paduan yang tepat sebagai teman mi dan lidah tersebut. Tebersitlah ide untuk memadukan sambal matah yang beberapa waktu belakangan ini demikian digemari orang. Ternyata rasanya berbaur dengan pas. Irisan kornet lidah berwarna merah muda dengan tekstur yang lembut itu bercita rasa gurih yang ringan.
Sambal matah dibuat dengan ciri khas daerah Sanur, Bali, yang isinya berupa bawang merah, cabai, dan bawang putih yang dicincang halus tanpa minyak panas, hanya diberi tetesan minyak kelapa. Perasan jeruk limau melengkapi sajian tersebut menyisipkan rasa segar di antara rasa gurih.
Lidah empuk bercampur sambal matah di atas mi keriting yang tipis menjanjikan rasa ketagihan pada indera pengecap. Pedas sambal matahnya pun sedang saja sehingga tidak menenggelamkan rasa gurih mi dan asin lidah. Jika disantap dengan mi karet yang teksturnya lebih kenyal dan tebal, pugasan lidah sambal matah menghasilkan cita rasa yang sedikit berbeda.
Dengan ukuran yang lebih besar, mi karet menangkap pugasan lebih banyak sehingga tingkat gurih, asin, dan pedas yang dihasilkan pun lebih terasa. Demie lidah sambal matah ditemani semangkuk kuah kaldu bening. Ada sebagian orang yang senang mencampurkan langsung kuah pada semangkuk mi.
”Aku lebih suka kuah itu tetap terpisah, jadi disantap untuk membasuh lidah setelah beberapa suap mi,” ujar Ade.
Wale mengungkapkan, Demie Bakmie 69 berupaya menggandeng para pegiat kuliner untuk mengajak pencinta mi memperluas khazanah rasa dalam kuliner yang legendaris tersebut.
”Ini semacam cross-promotion. Kami sediakan waktu terbatas untuk menikmatinya sehingga orang akan mencari,” katanya.
Seperti bar ramen
Sejak dibuka pada September 2018 di kawasan Dharmawangsa, Demie Bakmie 69 langsung mencuri perhatian. Tidak hanya pada konsep restorannya yang seperti bar ramen di Jepang, tetapi tentu saja pada menu yang ditawarkan.
Dengan dapur terbuka, pengunjung bisa melihat proses pengolahan mi. Terdapat kursi tinggi dengan meja panjang di hadapan. Kursi yang tersedia tidak banyak karena seperti konsep bar ramen ala Jepang, pengunjung menyantap mi dengan cepat.
Ruangan didominasi warna putih dan biru serta lampu yang tidak terlalu terang sehingga tetap tercipta ambience yang hangat. Peralatan makan dari porselen juga bernuansa biru sehingga menimbulkan kesan oriental.
Menu yang ditawarkan pada umumnya mi ayam dengan tambahan pugasan, seperti jamur, bakso, dan suikiaw atau semacam pangsit isi ayam dan udang. Di antaranya demie karet/keriting ayam jamur, demie karet/keriting ayam jamur bakso, demie karet/keriting ayam rebus, demie karet/keriting ayam rebus suikiaw, dan demie karet/keriting ayam komplet bakso.
Namun, di setiap cabang Demie Bakmie terdapat menu spesial. ”Di sini menu spesialnya demie keriting bebek panggang. Di Demie Dharmawangsa, menu spesialnya demie lebar daging cincang,” tutur Wale.
Demie keriting bebek panggang tak kalah menggoda. Mi keriting tipis berpadu dengan bebek panggang yang empuk dan gurih.
Menu terlaris, kata Wale, adalah menu mi keriting/karet komplet bengeudh, yang isinya rangkuman semua menu, yakni mi dengan ayam rebus, jamur, bakso, dan suikiaw. Barangkali karena dalam satu mangkuk semua menu bisa disantap sekaligus.
Demie Bakmie membuat sendiri mi yang disajikan. Wale, bersama rekannya, Luhur Adiprasetyo, mengeksplorasi mi di Jakarta Utara dan Jakarta Barat yang merupakan gudang kuliner mi untuk menciptakan kekhasan Demie Bakmie. Ade menambahkan, orang terbiasa dengan olahan mi buatan sendiri yang marak terdapat di kawasan yang didominasi keturunan Tionghoa tersebut. Rata-rata mi di daerah itu berupa mi karet yang kenyal tetapi lembut.
”Awalnya kami agak kesulitan ketika membawa mi karet ke daerah selatan. Jadilah kami memperkenalkan kepada pengunjung sampai akhirnya bisa diterima,” ujar Wale.
Selain mi keriting dan mi karet berbagai pugasan, Demie juga menawarkan teman bersantap mi, seperti pangsit goreng, bakso goreng, bakso ikan, dan bakso sapi. Menu tambahan paling favorit, menurut Wale, adalah bakso goreng. Sayangnya sore itu bakso goreng sudah ludes.
Kreasi yang unik dari kolaborasi semacam mi lidah sambal matah inilah yang membuat pencinta kuliner tidak pernah bosan untuk kembali berpaling pada sajian mi.