Mengajak Xpander Cross Menjelajah Bali
November 2019, Mitsubishi meluncurkan hasil pengembangan Xpander, bernama Mitsubishi Xpander Cross, untuk meramaikan pertarungan di segmen low SUV. Mitsubishi berharap sukses Xpander akan berlanjut di sini.
Di era SUV ini, semua produsen otomotif berlomba-lomba menghadirkan model SUV semasif mungkin. Jika perlu, seluruh segmen pasar memiliki wujud SUV
untuk dipasarkan.
Di Indonesia, segmen dengan harga di bawah Rp 300 juta tadinya tak punya banyak pilihan SUV (sport utility vehicle). Paling-paling, calon konsumen mendapatkan MPV-MPV yang menonjolkan kepraktisan, misalnya berkapasitas 7 tempat duduk.
Belakangan, tuntutan menghadirkan SUV di segmen itu pun makin besar. Jalan paling cepat dan efisien adalah mengembangkan SUV dengan basis MPV yang sudah lebih dulu diterima masyarakat.
Salah satunya Mitsubishi, yang dua tahun terakhir menuai sukses besar dengan jagoannya di segmen low MPV, yakni Mitsubishi Xpander.
Akhir 2019, pabrikan berlogo tiga berlian ini meluncurkan hasil pengembangan Xpander, bernama Mitsubishi Xpander Cross, untuk meramaikan pertarungan di segmen low SUV. Mitsubishi berharap sukses Xpander akan berlanjut di sini.
Kompas menjadi salah satu media yang diundang menjajal purwarupa Xpander Cross di Jepang di sela-sela acara Tokyo Motor Show 2019, Oktober tahun lalu. Namun, kala itu uji kendara masih sangat terbatas.
Awal Februari 2020, PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) mengajak awak media menjajal langsung sejumlah produk baru Mitsubishi, termasuk Xpander Cross, dalam uji jarak jauh. Uji kendara digelar dalam tiga kelompok, masing-masing ke Banyuwangi, Jawa Timur; Bali, dan Lombok.
Kompas dapat giliran mengikuti kelompok kedua di Bali. Begitu rombongan mendarat dari Jakarta, perjalanan pun dimulai menempuh jarak 264 kilometer.
Dari titik start di The Patra Bali Resort dekat Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, kami dibawa menyusuri jalan Denpasar-Tabanan ke arah Gilimanuk. Di sini rata-rata perjalanan melintasi medan perkotaan yang padat.
Saatnya mengenal karakter dasar mobil. Terutama menyingkap berbagai ciri-ciri tampilan eksterior Xpander Cross yang membedakan dengan Xpander.
Secara umum, tak banyak perubahan terjadi. Perubahan paling mencolok yang langsung membedakan Xpander Cross dengan Xpander adalah over fender berwarna hitam di atas ruang roda.
Pemasangan aksesori ini langsung membuat tampilan mobil lebih kekar dan gagah. Tak heran, over fender menjadi semacam aksesori ”wajib” bagi sebuah SUV.
Perubahan pada desain gril dan bumper depan dengan perubahan letak lampu kabut juga mendongkrak tampilan sedikit lebih gahar. Desain underguard di bawah pintu belakang juga mengalami perubahan jadi lebih sederhana.
Sementara penerapan tailgate garnish berwarna hitam pada pintu belakang di sekitar kluster lampu membuat tampilan langsung berbeda dibandingkan Xpander. Satu lagi sentuhan ”wajib” SUV pada Xpander Cross adalah pemasangan roof rail di atap.
Lebih jangkung
Penerapan velg dengan ukuran lebih besar, yakni berdiameter 17 inci (dari sebelumnya 16 inci pada Xpander), langsung berdampak pada postur Xpander Cross yang terlihat lebih jangkung. Dipadukan dengan perubahan di sektor kaki-kaki mobil, lembar spesifikasi menyebut jarak terendah mobil dari tanah (ground clearance) mobil ini menjadi 225 milimeter atau bertambah 20 mm dibandingkan dengan Xpander.
Dampak positifnya, Xpander Cross menjadi lebih bisa diajak ”blusukan” dibandingkan Xpander. Jalan rusak atau medan yang sedikit off-road tak lagi menjadi halangan untuk menjelajah bersama keluarga.
Namun, dengan basis sasis dan bodi yang sama, penambahan ketinggian ini bisa berdampak pada terganggunya stabilitas saat mobil dikendarai. Itu sebabnya para engineer Mitsubishi kemudian melakukan rekayasa dengan menerapkan peredam kejut yang dilengkapi katup khusus (shock absorber valve).
”Ini membuat mobil tidak limbung saat diajak bermanuver, tanpa kehilangan keempukannya,” tutur Rifat Sungkar, pereli nasional sekaligus brand ambassador Mitsubishi yang turut dilibatkan pada pengembangan Xpander Cross.
Hal ini belum terlalu terasa saat mobil masih melewati medan yang relatif datar dan tak terlalu berkelak-kelok. Namun begitu, kami meninggalkan jalan raya utama lalu berbelok ke kanan menuju medan bergunung-gunung di utara, efek suspensi ini mulai terasa.
Walau mobil terasa jangkung, manuver melewati tikungan-tikungan tajam di jalur menuju restoran The View di Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali utara, itu terasa masih mantap. Gejala limbung tetap terasa, namanya juga mobil berpostur tinggi, tetapi tidak sampai level mengganggu pengendalian dalam kecepatan normal.
Saat tanjakan makin curam di dekat The View, beberapa kali kickdown harus dilakukan agar gigi transmisi turun ke posisi lebih rendah, bahkan harus menggeser tongkat persneling ke posisi 2. Tak ada perbedaan mesin antara Xpander Cross dan Xpander.
Namun, semuanya terlewati juga dengan lancar. Begitu juga dengan sisa perjalanan hari itu dengan mampir ke sejumlah titik wisata, seperti Danau Tamblingan dan Kebun Raya Bedugul.
Banyak fitur
Dalam perjalanan menuju tempat menginap di Ubud, baru terasa manfaat lampu standar Xpander Cross yang kini sudah semuanya berteknologi LED. Pemandangan ke depan diterangi dengan optimal.
Selain itu, mobil yang dipasarkan dalam tiga level trim dengan rentang harga Rp 270.700.000-Rp 289.700.000 (on the road Jakarta) ini juga sudah dilengkapi berbagai fitur kenyamanan dan keselamatan aktif. Cruise control, misalnya, jadi perlengkapan standar. Begitu juga dengan active stability control (ASC), hill start assist (HSA), dan emergency stop signal (ESS).
Head unit layar sentuh berukuran 7 inci juga sudah mendukung konektivitas Apple Car Play dan Android Auto, yang biasanya baru ada di mobil-mobil di kelas lebih tinggi. Fitur konektivitas ini sangat membantu karena berbagai aplikasi hiburan dan navigasi bisa langsung ditampilkan di layar tersebut.