A-Class Sedan, Si Kecil Tanpa Ragu
Dengan dimensi dan mesin lebih kecil, serta berpenggerak roda depan, Mercedes-Benz A-Class sedan menjadi sedan ”entry level” terbaru pabrikan asal Stuttgart itu. ”Kompas” pun mengujinya dalam perjalanan 500 kilometer.
Dengan dimensi dan mesin lebih kecil, serta berpenggerak roda depan, Mercedes-Benz A-Class Sedan menjadi sedan entry level terbaru pabrikan asal Stuttgart itu. Paling tidak dari sisi teknologi. Namun, jangan pernah ragu dengan si kecil ini.
Dalam sejarahnya, A-Class pertama kali hadir dalam bentuk city car, yang dalam evolusinya kemudian menjadi hatchback pada generasi ketiga. Pada generasi keempat saat ini, untuk pertama kalinya model sedan disertakan dalam lini produk A-Class.
Secara kodrati, sebenarnya A-Class masih ditujukan untuk transportasi perkotaan. Namun, dengan tambahan bagasi di buritannya, sisi kepraktisan mobil ini pun bertambah. Tantangan untuk mengendarainya jarak jauh pun menggoda.
Tantangan untuk mengendarainya jarak jauh pun menggoda.
Itu sebabnya, PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), selaku distributor resmi mobil penumpang Mercedes di Indonesia, menggelar acara uji kendara bertajuk ”A Road Trip”, 29-30 Januari 2020. Tidak tanggung-tanggung, mobil ini diajak menjelajah hingga Semarang dan Bawen, berjarak total sekitar 500 kilometer dari Jakarta.
Ini menjadi kesempatan kedua bagi Kompas untuk menjajal Mercedes-Benz
A-Class ini setelah sebelumnya ikut dalam uji kendara internasional di Kroasia pada 2018. Waktu itu varian Mercedes-Benz A 200 hatchback yang digunakan melintasi rute sepanjang sekitar 200 kilometer di seputar kota Split.
Namun, uji kendara ke Semarang kali ini terasa lebih komprehensif, mengingat yang dipakai adalah mobil dengan setir kanan dan diuji di jalanan ”rumah” sendiri.
Tak ada perbedaan dalam spesifikasi mesin antara A 200 sedan dan hatchback. Kedua varian dibekali mesin bensin empat silinder berkode M282 dengan kapasitas 1.3 liter (1.322 cc) yang dilengkapi turbo.
Baca juga: Hey Mercedes, Kamu Sexy...!
Tenaga yang keluar dari mesin mungil itu mencapai 163 HP dan torsi puncak 250 Nm. Sebuah angka yang di atas rata-rata untuk mesin berkapasitas 1.3 liter. Walau demikian, masih ada keraguan, apakah mobil yang berdimensi kecil untuk ukuran sebuah Mercedes (panjang 4.549 mm, lebar 1.796 mm, dan tinggi 1.446 mm) ini masih nyaman dikendarai menyusuri Tol Trans-Jawa hingga Semarang dan Bawen.
Maka, rombongan pun berangkat dari kompleks perkantoran Cibis Nine di bilangan TB Simatupang, Jakarta Selatan, tempat kantor PT MBDI berada, Rabu (29/1/2020) pagi. Kami langsung memasuki Tol JORR menuju ke timur.
Interior sama
Dengan konfigurasi dua jurnalis per mobil, Kompas memilih menjadi penumpang untuk etape pertama perjalanan ini. Saat mobil melaju di Tol JORR dan disambung ke Tol Layang Cikampek, kesempatan untuk mencermati interior mobil ini.
Secara umum tak ada perbedaan tampilan dengan A 200 hatchback. Di bagian dasbor terdapat dua layar yang terintegrasi dengan manis. Satu layar berfungsi sebagai panel instrumen dan multi-information display (MID), sementara satu layar lagi berfungsi sebagai monitor utama untuk menampilkan fungsi hiburan dan menu utama.
Fitur MBUX (Mercedes-Benz User Experience) memungkinkan kita mengatur berbagai fungsi, mulai dari tampilan panel instrumen sampai ambient lighting, di menu yang ditampilkan pada dua layar tersebut.
Ada tiga pilihan cara mengoperasikan MBUX ini, yakni langsung dengan menyentuh layar berteknologi layar sentuh (touchscreen), melalui touchpad di bagian tengah konsol, atau melalui tombol sentuh (touch button) di kedua sisi roda kemudi. Atau dengan perintah suara ”Hey, Mercedes...”.
Saat telepon pintar kita hubungkan dengan kabel di soket USB di kotak konsol tengah, konektivitas Apple Carplay langsung aktif sembari mengecas baterai gawai tersebut. Aplikasi navigasi, komunikasi, dan hiburan pun langsung terpampang di layar monitor utama.
Kedua kursi depan yang berlapis kulit sintetis Artico Leather, juga sudah bisa diatur secara elektronik dengan fungsi memori dan lumbar support. Fitur ini bahkan dihilangkan pada varian terendah C-Class, yakni C 180 yang baru diluncurkan.
Sistem penyejuk udara juga sudah menggunakan Thermotronic automatic climate control dua zona. Sementara fitur hiburan diperkuat sistem audio dengan 9 speaker dan 1 subwoofer berkekuatan 225 watt. Suara yang terdengar sudah cukup mumpuni untuk sebuah sedan entry level.
Jika ada keluhan dari kondisi interior ini adalah saat harus duduk di kursi belakang. Sebagai turunan dari mobil hatchback, posisi duduk pada A-Class sedan ini terasa terlalu tegak pada bagian sandaran kursi. Selain itu, bantalan kursi juga terasa tipis dan terlalu dekat dengan lantai.
Baca juga: A Class Sedan, Keluarga Baru Mercedes-Benz
Jarak antarporos roda sebesar 2.729 mm memberikan ruang yang tak terlalu leluasa bagi kaki penumpang belakang. Kompas yang memiliki tinggi badan sekitar 160 cm merasakan betis sudah hampir menyentuh sandaran kursi depan.
Sementara ruang bagasi cukup untuk memuat dua koper ukuran bagasi kabin pesawat (20 inci) dan beberapa ransel. Atau bisa juga satu koper ukuran besar (30 inci), ditambah satu atau dua koper ukuran kabin dengan pengaturan khusus.
Kenikmatan berkendara
Namun, kenikmatan dari perjalanan menggunakan A-Class ini memang paling optimal dirasakan di kursi depan sebelah kanan, alias kursi pengemudi. Ya, ini adalah sedan yang ditujukan kepada mereka yang masih berjiwa muda dan ingin merasakan gairah berkendara.
Ini baru terbukti saat Kompas memegang kemudi usai istirahat makan siang di tempat istirahat (rest area) Km 102 Tol Cipali. Pada awalnya, harapan dipasang pada tingkat yang tak terlalu tinggi saat mobil mulai menggelinding meninggalkan rest area. Ini berdasarkan pengalaman di Kroasia dulu, di mana kecepatan mobil tak bisa dikembangkan di atas 90 kilometer per jam karena batas kecepatan jalan raya.
Namun begitu mobil memasuki ruas lurus Tol Cipali yang siang itu lengang, tanpa terasa kecepatan mobil telah melewati batas legal walaupun injakan pada pedal gas masih ”setengah hati”. Hal ini cukup mengagetkan dan beberapa kali Kompas harus mengerem agar batas kecepatan di tol itu tidak dilanggar.
Bahkan, dalam pengujian sendiri oleh Kompas di lintasan khusus yang terkendali, kecepatan 200 kilometer per jam dicapai tanpa ragu oleh sedan kecil ini. Transmisi kopling ganda (DCT) dengan 7 percepatan pada mobil ini bekerja dengan mulus dan cepat menyalurkan tenaga mesin ke roda depan.
Yang istimewa, bahkan dalam kecepatan tinggi itu, kualitas tunggangan di A Class sedan ini masih mencerminkan sebuah Mercedes. Gerak mobil begitu terkontrol, tidak ada guncangan berlebihan atau gejala limbung yang mengganggu. Pengendalian pun dilakukan dengan percaya diri.
Ini tentu saja sebuah kejutan, bahkan bagi Kompas yang sudah pernah menjajal A-Class sebelumnya. Alhasil, sisa perjalanan menuju Semarang pun ditempuh dengan bergembira karena mobil ini begitu menyenangkan untuk dikendarai.
Kesenangan yang sama masih dirasakan saat mobil diajak melalui medan mendaki ke arah Bawen, keesokan harinya. Kembali, sedan ini tak menunjukkan keraguan saat harus melahap tanjakan-tanjakan panjang.
Bahkan bisa dibilang, tenaga dan penyaluran tenaga pada mobil ini masih berada satu tingkat di atas Mercedes-Benz C 200 EQ Boost yang berkasta di atas A-Class. Pada C 200, yang bermesin 1.500 cc yang dibantu turbo dan EQ Boost, kadang masih terasa ada jeda saat pedal gas diinjak sebelum tenaga tersalur penuh.
A-Class Sedan ini membuktikan diri sebagai si kecil yang tak ragu-ragu...!
Saat ini A 200 sedan ditawarkan dengan harga Rp 800 juta (off the road), yang membuat mobil ini berimpitan secara harga dengan sedan-sedan C-Class. Bahkan, harga varian C 180 berada di bawah A 200.
Namun, menurut Karyanto Hardjosoemarto, Deputy Director Sales Operation and Product Management PT MBDI, pihaknya tak khawatir A-Class akan ”merebut” kue C-Class. ”Itu karena C-Class sudah memiliki pangsa pasar dan penggemarnya sendiri. A-Class ini lebih ke anak muda targetnya,” ujar Karyanto.
Mengenai kemungkinan A-Class ikut dirakit lokal seperti sedan-sedan C, E, dan
S-Class, Karyanto mengatakan, pihaknya masih melakukan studi. ”Kami akan lihat penerimaan pasar dulu terhadap A-Class ini, baru akan CKD (completely knocked down). Kami juga tengah mempelajari apakah line produksi yang ada saat ini bisa digunakan untuk produksi A-Class,” ujarnya.