Bitcoin anjlok lebih dari 13 persen mulai akhir pekan kemarin, kehilangan hampir 23 persen nilainya selama sebulan terakhir. Saatnya membeli dengan harga murah atau pertanda untuk meninggalkan aset kripto terkenal ini?
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·4 menit baca
Bitcoin anjlok dan kehilangan hampir seperempat nilai tukarnya selama sebulan terakhir. Apakah ini saatnya membeli dengan harga murah atau pertanda untuk meninggalkan aset kripto terkenal ini?
Nilai aset kripto bitcoin anjlok sejak akhir pekan lalu hingga Senin (9/3/2020). Berdasarkan data bursa kripto Binance, setelah sempat turun 2,69 persen pada Sabtu, aset kripto ini turun hingga 9,6 persen selama Minggu ke posisi 8.033 dari 8.886 dollar AS.
Penurunan ini pun masih terjadi hingga Senin kemarin; terkoreksi 0,93 persen, menjadi 7.958 dollar AS per 1 bitcoin (BTC).
Penurunan ini menjadi yang paling besar dan drastis pada 2020. Sekitar sebulan yang lalu, pada 15 Februari, bitcoin sempat menyentuh posisi 10.344,36 dollar AS.
Volatilitas nilai tukar memang menjadi karakteristik aset kripto. Apakah tepat untuk mulai membeli bitcoin sebagai investasi?
Gabriel Rey, chief executive officer dari Triv, sebuah situs exchanger aset kripto di Indonesia, menilai, potensi bitcoin sebagai sebuah aset instrumen yang menguntungkan masih terbuka lebar.
”Halving day”
Gabriel mengatakan, ada peluang besar untuk pertumbuhan nilai bitcoin pada 2020. Halving day diyakini akan memicu peningkatan nilai tukar bitcoin. Peluang ini muncul dalam bentuk halving day.
Apa itu halving day? Sistem jaringan bitcoin memiliki protokol untuk mengurangi produktivitas penambang bitcoin menjadi setengahnya pada periode tertentu. Dari prediksi dan hitungan matematis diyakini, penurunan suplai ini akan jatuh pada Mei 2020. Peristiwa penurunan suplai ini kerap disebut sebagai halving day (hari pengurangan separuh).
Dengan menerapkan prinsip ekonomi dasar, apabila ada pengurangan pasokan hingga 50 persen, harga komoditas akan meningkat dua kali lipat.
”Biaya mining saat ini itu sekitar 4.000-5.000 dollar AS setiap BTC. Kalau ada penurunan suplai bitcoin, saya percaya nilai tukar bitcoin itu minimal 8.000 dollar AS,” kata Gabriel.
Selain itu, Gabriel juga mengatakan bahwa bitcoin adalah salah satu instrumen investasi terbaik untuk mendiversifikasikan portofolio.
Diversifikasi
Karakteristik bitcoin sebagai uncorrelated aset menjadi nilai tambah dalam sebuah portofolio investasi. Gabriel mengatakan, pergerakan bitcoin tidak terkait pada pergerakan emas atau komoditas apa pun, hanya tarik-menarik antara suplai dan permintaan.
”Jadi, kalau mau diversifikasi, ya, (aset kripto) pilihannya. Ini aset kelas baru. Cuma memang lebih besar risiko,” kata Gabriel.
Pergerakan bitcoin tidak terkait pada pergerakan emas atau komoditas apa pun, hanya tarik-menarik antara suplai dan permintaan. Jadi, kalau mau diversifikasi, ya, (aset kripto) pilihannya. Ini aset kelas baru. Cuma memang lebih besar risiko.
Surat kabar ekonomi dan bisnis ternama Financial Times melaporkan bahwa sejumlah firma manajemen aset mulai melirik bitcoin. Berdasarkan hasil survei Eurekahedge, reksa dana kripto memiliki imbal hasil lebih dari 16 persen pada 2019. Sebaliknya, reksa dana konvensional menghasilkan 10,4 persen.
Gabriel juga mengatakan, bitcoin ada kecenderungan pertumbuhan yang lebih stabil pada masa-masa mendatang. Menurut dia, kini pertumbuhan bitcoin lebih organik, ditandai dengan pertumbuhan active address bitcoin yang terus meningkat. Active address mengacu pada jumlah alamat asal dan tujuan transaksi bitcoin.
”Pertumbuhannya meningkat organik dan tidak stagnan,” kata Gabriel.
Agresif
Perencana keuangan Tejasari Asad mengatakan, setiap upaya diversifikasi adalah sebuah langkah yang baik. Namun, tidak semua orang dapat cocok terhadap suatu instrumen investasi.
Menurut dia, bitcoin sebagai instrumen investasi yang tergolong berisiko tinggi dan memiliki high expected return cocok untuk para investor dengan karakteristik agresif.
Penurunan nilai tukar bitcoin akan menjadi momentum yang tepat bagi mereka untuk menambah pundi-pundi bitcoin mereka dengan harga yang rendah. ”Sementara yang agresif biasanya akan masuk di produk yang sedang jatuh nilainya karena harga yang sedang turun,” kata Tejasari.
Sementara itu, penyebaran wabah Covid-19 juga diyakini akan mengambil peran dalam fluktuasi nilai tukar bitcoin. Bitcoin memang aset yang tidak berkorelasi dengan komoditas atau nilai apa pun. Namun, wabah Covid-19 dipastikan akan memperparah kondisi pasar yang sedang tidak pasti.
Untuk itu, menurut pendiri OneShildt Financial Planning, Mohamad Andoko, instrumen investasi yang lebih aman yang harus dipertimbangkan masyarakat. ”Obligasi dan deposito akan menjadi favorit,” kata Andoko.
Sudah terdaftar
Dengan berbagai sisi positif dan negatif aset kripto, pemerintah meminta masyarakat untuk berhati-hati apabila ingin mulai berinvestasi membeli aset kripto.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti meminta masyarakat untuk memilih pembelian aset kripto melalui pedagang yang sudah terdaftar di Bappebti.
Hingga kini ada enam pedagang aset kripto yang sudah terdaftar di Bappebti, yakni PT Crypto Indonesia Berkat (tokocrypto.com), PT Upbit Exchange Indonesia (id.upbit.com), PT Tiga Inti Utama (triv.co.id), PT Indodax Nasional Indonesia (indodax.com), PT Pintu Kemana Saja (pintu.co.id), dan PT Zipmex Exchance Indonesia (zipmex.co.id),
”Tolong saja, masyarakat ini mesti pandai untuk mencermati padagang kirpto mana yang sudah terdaftar. Mereka bisa menghubungi Bappebti untuk mengonfirmasi,” kata Tjahya.
Masyarakat dapat menghubungi Bappebti apabila ada pedagang-pedagang yang dirasa merugikan, di situs laman https://pengaduan.bappebti.go.id/.