Lewat 47 tampilan, desainer Ariy Arka dengan label Abee, mempertontonkan detail apik yang sekaligus merepresentasikan kecintaan pada bumi.
Oleh
MAWAR KUSUMA
·4 menit baca
Peragaan busana tunggal perdana setelah sewindu berkarya di dunia mode Tanah Air menjadi pertaruhan besar bagi desainer Ariy Arka. Lewat 47 tampilan, label Abee mempertontonkan detail apik yang sekaligus merepresentasikan kecintaan pada bumi. Pernyataan cinta ini berwujud pemakaian limbah kain hingga terpal yang dibordir.
Karya bertajuk ”Kemelut” untuk label Abee dipresentasikan pada rangkaian pergelaran Fashion Rhapsody: Harmoni Bumi di The Tribrata Jakarta, beberapa waktu lalu. Ariy juga menjadi salah satu penggagas acara yang menjunjung tema peduli lingkungan itu.
Sebagai perhelatan tunggal perdana, pemaparan koleksi ini tak hanya menyuguhkan keindahan, tetapi juga benar-benar digarap untuk menyampaikan pesan lingkungan. ”Kemelut” menjadi unik karena terfokus pada pelajaran bahwa limbah bisa diolah menjadi hal berharga.
Pergelaran koleksi ini dibuka dengan menghadirkan nuansa tragis: teror sampah plastik. Latar teatrikal bertema Secret Forest menghadirkan tiga penari energik yang menjadi penanda dimulainya peragaan busana. Tiga penari ini berjumpalitan dengan seutas plastik panjang yang melilit dan membuat mereka terjebak, seolah lemas dan tercekik tak berdaya.
Plastik tadi hadir sebagai gambaran bumi yang tengah mengalami kehancuran. Tak hanya lingkungannya yang rusak, kemelut pun semakin ruwet karena manusia makin acuh terhadap nilai sosial di masyarakat. Model berjalan dengan angkuh di lintasan peraga. Mereka saling mengenal, tetapi arogan dan enggan saling memandang.
Selain tersedot pada keindahan warna-warni koleksi yang memiliki perpaduan warna kelam seperti merah marun, biru pekat, hijau berpadu dengan warna ringan semacam coklat muda, krem dan putih, penonton juga tergelitik dengan tingkah para model yang tak biasa. Jika biasanya para model tampil anggun sesuai napas koleksi, kali ini, mereka dibuat terkesan merusak atau mencabik tanaman yang menghias landas peraga.
Suasana genting alias kemelut tak hanya hadir dari konsep pemanggungan. Setiap koleksi dihiasi dengan potongan kain limbah yang ditempel dengan teknik bordir amat rapi. Hal ini pun menyimpan cerita kemelutnya sendiri. Alam dikisahkan mulai menampakkan amarahnya berupa bencana alam hingga wabah penyakit.
Detail bordir
Sebagai edukasi terkait virus korona penyebab penyakit Covid-19, bordiran serupa gambar mikroskopik korona pun dibubuhkan sebagai hiasan. Virus yang berbentuk bulatan putih menyebar di hampir seluruh koleksi. Salah satu yang mencolok adalah pada koleksi celana transparan berhias banyak bulatan putih yang digunakan oleh komedian Aming.
Bintik-bintik ”virus” ini dibuat dari sisa potongan kain dari bahan polar maupun bahan katun. Potongan kecil bahan katun berwarna putih ini antara lain diambil dari sisa potongan kemeja. Label Abee memang dikenal konsisten mengusung koleksi pakaian pria dan banyak memproduksi kemeja putih pria. ”Dari potongan sisa kain. Yang kecil-kecil enggak dibuang. Dipungut lagi, dihabiskan sekecil mungkin,” kata Ariy.
Label Abee juga memproduksi digital tekstil print sendiri sehingga memiliki banyak limbah kain dari bahan katun voal yang biasa dipakai untuk membuat koleksi hijab. ”Banyak banget sisa kainnya. Banyak teman desainer ngeprint ke saya. Setelah dipotong buat kerudung, banyak sisanya. Dari situ saya ambil limbahnya,” tambahnya.
Potongan kain lantas diaplikasikan ke koleksi dengan teknik bordir. Dalam satu koleksi, Ariy bisa menggunakan lima teknik bordir yang berbeda. Aplikasi bordirnya dominan motif abstrak dan geometris, dibuat dari sisa kain yang dibubuhkan seolah acak dan semrawut. Bordiran dengan potongan sisa kain bisa dijumpai di bagian punggung, dada, dan lengan busana.
Ariy menambahkan pula motif printing sebagai hasil produksi sendiri untuk menguatkan gambaran ide. Motif yang selama ini lekat dengan label Abee tetap dihadirkan seperti bordir ayam jago dan burung kakak tua. Material kain utama yang digunakan adalah polar, cotton silk, beludru, twill, katun voal, serta organdi.
Dengan teknik bordir, dalam satu tampilan koleksi bisa sekaligus menghadirkan bahan dengan tekstur dan ketebalan berbeda dari material beludru, rajut, denim, twill, organdi, dan tule.
Siluet longgar
Hidup yang sudah penuh dengan kemelut membuat konsumen cenderung tidak menyukai koleksi yang terlalu ribet. Ariy lebih memilih siluet lurus serba longgar bergaya street style. Ini juga menjadi gaya khas Abee. Siluet longgar ini tampil dalam wujud terusan, jas, blus longgar dengan padanan rok berkantong besar atau celana komprang, jaket parka, hingga jaket bomber yang bergaya androgini.
Kali ini, 14 dari total 47 tampilan yang dihadirkan adalah busana untuk perempuan, tersedia pula dalam versi bagi mereka yang berhijab. Koleksi busana perempuan hadir sebagai respons dari permintaan pelanggan. Meskipun tidak meninggalkan sisi feminin, koleksi busana perempuan terasa boyish atau tomboi. Selain berupa celana, koleksinya juga menghadirkan rok mini hingga luaran gombrang.
Karena juga menjalani profesi sebagai desainer interior, Ariy pun memakai limbah berupa sisa terpal atau karung plastik untuk mempercantik koleksi. Potongan terpal ini antara lain dipadukan dengan potongan kain menjadi tas-tas apik beragam ukuran. Sebelumnya, Abee bekerja sama dengan mitra binaan Pertamina untuk mengolah limbah tekstil menjadi boneka.
Dua tahun belakangan, limbah yang dihasilkan Abee diimplementasikan langsung untuk koleksi yang diperuntukkan bagi konsumen dengan rentang usia 18-50 tahun.
”Ini lumayan banyak. Sebulan bisa berkarung-karung. Kalau dibuang sayang. Fabric-nya juga bagus dan warnanya lucu-lucu,” kata Ariy. Maka jadilah koleksi yang apik, lucu, sekaligus memancarkan kecintaan pada bumi.