Olahraga agar Gembira
Meski tubuh mulai rapuh tak lantas jadi permisif untuk berpangku tangan. Mereka bercengkerama sambil berolahraga. Raga sehat, tetapi yang tak kalah penting, mereka bersukacita.

Peserta Klub Jantung Sehat Hang Tuah, Jakarta, saat senam jantung sehat, Kamis (5/3/2020), di Taman Hang Tuah, Jakarta Selatan.
Para warga senior berbondong-bondong menuju ruang publik untuk berkumpul dan melakukan senam. Meski tubuh mulai rapuh tak lantas jadi permisif untuk berpangku tangan. Mereka bercengkerama sambil berolahraga. Raga sehat, tetapi yang tak kalah penting, mereka bersukacita.
”Yuk, mulai. Rentangkan tangan,” kata Zaitunfril dari Yayasan Jantung Indonesia di hadapan sekitar 30 warga. Mereka lantas asyik melakukan pemanasan. Di Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta, Sabtu (29/2/2020), itu, senam jantung sehat dimulai sekitar pukul 06.45.
Zaitunfril yang akrab disapa Efril antusias menjadi instruktur senam di atas panggung semipermanen dengan sistem suara. Gerakan yang dilakukan ringan saja. Para peserta senam bertumpu pada lutut, jalan di tempat, dan memutar-mutarkan tangannya. Mereka tergabung dalam Klub Jantung Sehat Kompleks Perindustrian. Kebanyakan peserta sudah lanjut usia.
Musik mengalun nyaring. Mereka bersenam dengan ceria. Tak kalah semangatnya pula ketika peserta sesekali berseru bersama-sama, ”Jantung sehat, yes!” Wajah berseri-seri mengiringi gerak energik. ”Ayo, masih kuat? Yang sudah lelah, jangan dipaksakan, ya,” ujar Efril setelah sekitar 30 menit bersenam.

Instruktur senam jantung sehat Zaitunfril (kiri) memandu para peserta di Kelurahan Rawajati, Kelurahan Pancoran, Jakarta, Sabtu (29/2/2020).
Rata-rata, setiap sekitar 15 menit, ia juga meminta semua peserta mengecek denyut nadi. Setelah hampir satu jam, mereka dapat menuntaskan senam dengan lancar diakhiri yel. ”Jantung sehat, jantung sehat, jantung sehat. Sehat jantungku,” pekik mereka.
Para peserta kemudian bersenda gurau dan melepas lelah sembari menikmati kue-kue. Badan sehat, bertemu kawan pun membuat mereka tertawa-tawa.
Belakangan ini, banyak orang berolahraga dengan obsesi badan kurus, resistansi tinggi, atau sekadar ikut tren. Mereka tak lagi mengutamakan berolahraga dengan gembira.
”Ini bukan senam ngoyo, tetapi menyenangkan. Kami senam yang rileks. Manfaat senam ini bagus sekali untuk kesehatan dan pertemanan,” kata Efril.
Tak sulit sebenarnya untuk menjaga kesehatan, khususnya jantung, dengan melakukan senam tersebut. Di Jakarta saja terdapat hampir 500 klub jantung sehat. Senam jantung sehat sudah dikenal sejak sekitar 35 tahun lalu. Di Kelurahan Rawajati, senam tersebut sudah diselenggarakan selama dua tahun terakhir.
Rahayu Ningsih (81) menjadi peserta senam tertua di Klub Jantung Sehat Kompleks Perindustrian. Tak urung jua, ia tetap mengikuti senam sepenuh hati. Ningsih rutin mengikuti senam jantung sehat sejak 2018. Ia pun mengikuti senam lansia selama 10 tahun terakhir.

Terapis membantu peregangan sesi terapi di klinik Slim+Health Sports Therapy, Jakarta.
Ningsih tidur lebih nyenyak, nafsu makannya bertambah, dan tak sakit-sakitan. Senam bermanfaat tak hanya untuk kesehatan, tetapi juga pertemanan. ”Jiwa lebih sehat karena bergaul dengan teman-teman. Kalau gembira, enggak gampang tersinggung. Otomatis jadi sehat,” katanya sambil tertawa.
Prima Siwiningsih (64) juga mengikuti senam tersebut untuk sehat dan bergembira. Ia bersama para anggota Klub Jantung Sehat Kompleks Perindustrian lain merayakan persahabatan sekaligus tubuh bugar dengan senam dua kali setiap pekan. Mereka urunan konsumsi dari kocek masing-masing. Jumlah anggota klub itu sekitar 60 orang. ”Memang, kami senam juga supaya bahagia,” ujar Ketua Klub Jantung Sehat Kompleks Perindustrian itu sambil tersenyum.
Jadi kebutuhan
Olahraga sepatutnya dianggap sebagai kebutuhan. Jika dilakukan rutin, fisik proporsional akan terbentuk dengan sendirinya. ”Kalau olahraga jadi stres malah enggak bagus,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang pensiun tahun 2012 itu.
Sementara di Taman Hang Tuah, Jakarta, Kamis (5/3), gerimis yang turun sejak subuh tak menyurutkan semangat puluhan warga lansia untuk mengikuti senam. Mereka kompak berseragam kaus dan celana training biru. Biasanya, senam dimulai pukul 06.00.

Pemeriksaan gula darah bagi warga lansia yang tergabung dalam Klub Jantung Sehat Hang Tuah, Jakarta.
Namun, gerimis masih turun sehingga mereka menunggu hingga cuaca sedikit cerah. Musik pun dinyalakan. Sebelum senam, peserta mengecek denyut nadi masing-masing. Para warga lansia ini dengan gembira mengikuti gerakan yang ditunjukkan instruktur.
Di Klub Jantung Sehat Hang Tuah ini, peserta yang berasal dari sejumlah kawasan berangkat sejak pukul 05.00. Ada yang datang dari Ciputat, Srengseng Sawah, hingga Depok. Mereka menggunakan kereta rel listrik, taksi argo, hingga taksi daring.
Kegiatan ini sudah berjalan 32 tahun. Sebelumnya, sebagian peserta merupakan warga di sekitar Hang Tuah, Hang Lekir, Hang Jebat, Bulungan, dan Kebayoran Baru. Sebagian dari mereka pindah rumah, tetapi senam bersama tetap berlanjut.
”Bukan sekadar senam. Di sini juga jadi tempat kumpul dan bersenang-senang. Kadang, setelah senam, kami jalan ke Bogor untuk sarapan atau jalan-jalan. Intinya, kami berbahagia. Daripada hanya di rumah. Ini juga bikin kami tetap sehat. Bahagia itu kuncinya sehat,” tutur Mulyati Basuki (81) yang terlihat bugar dengan daya ingat yang baik.
Hayati (83) juga menyampaikan, senam yang digelar tiap Selasa, Kamis, dan Minggu itu sudah menjadi bagian hidupnya. ”Rasanya ada yang kurang kalau absen sehari saja. Kadang Senin dikira Selasa karena tak sabar bertemu teman-teman dan senam. Gerimis begini juga tak masalah. Mungkin ada yang khawatir karena sudah tua, nanti masuk angin. Kami enggak,” ungkapnya.

Oka, pelatih kebugaran, memperagakan salah satu latihan olahraga crossfit.
Di tengah-tengah aktivitas itu, gerimis memang kembali turun. Namun, berbekal payung, para warga lansia yang didominasi rentang usia 50-80 tahun itu tetap mengikuti senam. Dari total sekitar 100 peserta, 20 persennya bahkan sudah berusia di atas 80 tahun.
Jantung dan hipertensi
Ketua Badan Pelaksana Klub Jantung Sehat DKI Jakarta Somantri yang sudah berusia di atas 80 tahun membocorkan kiatnya menjaga kesehatan, terutama jantung, di usia senja. ”Cukup berbekal Panca Usaha Sehat. Seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hindari serta kelola stres, awasi tekanan darah, dan teratur berolahraga seperti senam ini,” ujarnya.
Saat berolahraga, Somantri juga telaten menghitung denyut nadinya. Apabila sudah hampir melampaui 110 kali per menit, ia biasanya memilih beristirahat. Untuk makanan, dirinya memilih makan seimbang dan menjaga pikiran tetap positif. ”Dari semua itu, berpikiran positif dan berbahagia jadi yang utama,” katanya.

Pemeriksaan nadi dilakukan saat senam jantung sehat.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1 persen. Jumlah ini mengindikasikan adanya peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hipertensi diketahui merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia dan kerap dialami secara tiba-tiba. Sebab, hipertensi ini berkorelasi dengan serangan jantung.
Wakil Ketua 1 Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr Erwinanto menyampaikan, menjaga kesehatan jantung umumnya juga sekaligus mengawasi tekanan darah. Hal ini sejatinya diawali sejak usia muda. Sebab, saat sudah terkena hipertensi, obat dan yang lainnya hanya berguna sebagai penghambat dan faktor risiko jantung tetap ada.
Ia pun mengingatkan warga yang sudah berusia lanjut untuk rutin memeriksakan tekanan darah, gula darah, hingga denyut nadi, selain mengontrol makanan. ”Mengurangi stres dan bahagia paling penting. Karena dengan begitu, tekanan darah dan denyut nadi biasanya ikut berpengaruh,” kata Erwinanto.
Untuk orang tua, umumnya tekanan darah memang meningkat dibandingkan kondisi normal. Pada tataran normal, tekanan darah berkisar pada 110/70 mmHg sampai 120/80 mmHg. Namun, saat memasuki usia di atas 60 tahun, tekanan darah 130/90 mmHg atau 140/90 mmHg terhitung normal.
Untuk denyut nadi, batas normalnya tak jauh berbeda, yakni 60-70 kali per menit saat beristirahat. Sebaiknya denyut nadi juga tak lebih dari 100 atau 110 kali per menit untuk yang berusia lanjut.

Suasana latihan high-intensity interval training (HIIT) di Lapangan Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, Selasa (3/3) malam.
Secara terpisah, pendiri high-intensity interval training (HIIT), ZSA Ahmad Adrian, menyampaikan, olahraga sebenarnya tak mengenal usia. Tiap orang dapat berolahraga di umur berapa saja dengan porsi sesuai. Namun, hal itu kembali lagi pada kebiasaan.
”Jika rutin berolahraga, biasanya umur tak terlalu jadi masalah. Contohnya, ada yang sudah tua, lalu kakinya mengecil dan tak bisa berjalan. Mengecil itu bentuk adaptasi karena sebelumnya tak mau berjalan, bukan sebaliknya. Tua badan karena umur itu memang, tetapi tergantung kita mempertahankannya,” ucapnya.