Volkswagen ingin kembali mengulang kenangan manisnya di Indonesia. Tak hanya mendatangkan produk, tetapi mereka juga merakitnya di Cikampek, Jawa Barat. VW Tiguan Allspace digagas menjadi motor kebangkitan VW.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
Volkswagen ingin kembali mengulang kenangan manisnya di Indonesia. Tidak hanya sekadar mendatangkan produk, tetapi mereka juga merakitnya di Cikampek, Jawa Barat. VW Tiguan Allspace digagas menjadi motor penggerak kebangkitan VW di Indonesia.
Pertengahan Juli 2019, bersamaan dengan perkenalan perdana VW Tiguan Allspace pada perhelatan Gaikindo Indonesia International Autoshow 2019, Johan Cendana, Chief Operating Officer PT Garuda Mataram Motor mengumumkan secara resmi bahwa perusahaan itu tak lagi mengimpor produk ini dari Jerman. Mulai Juli, SUV ini akan mulai diproduksi di National Assembly, fasilitas pabrik perakitan mobil milik Indomobil Group di Karawang.
Ini tentu saja menjadi berita gembira bagi para penggemar produk otomotif VW. Dengan status sebagai kendaraan produksi medium knocked-down (MKD), Johan menyatakan, harga Tiguan Allspace akan sangat kompetitif di pasar Indonesia dan dengan kualitas produksi setara pabrikan Eropa.
Interior dan Fitur Ekstra
Kompas berkesempatan mencoba Tiguan Allspace “made in Cikampek” pada akhir Januari lalu. Kompas bersama dua jurnalis lain berada dalam satu mobil dan mendapat kesempatan menguji Tiguan Allspace selama dua hari menyusuri wilayah Jakarta dan Bandung Selatan.
Kompas memilih menjadi penumpang pada sesi pertama uji kendara. Sebagai mobil berkapasitas tujuh penumpang, dengan fokus konsumen yang sudah berkeluarga, kenyamanan penumpang pada baris kedua dan ketiga tentu saja menjadi salah satu hal yang dijual oleh pabrikan otomotif yang bermarkas di Wolfsburg, Jerman, ini.
Walau nyaman, bangku di barisan kedua mobil ini agak terasa keras. Dibanding dengan bangku di barisan kedua pada SUV lain sekelasnya yang memiliki kontur agak sedikit cekung dan cenderung empuk, bangku di barisan kedua Tiguan memiliki kontur yang cenderung rata dan agak sedikit keras. Walau begitu, ketika mobi diajak berkelok sedikit tajam, bodi penumpang tidak terlalu bergeser.
Ruang kaki juga terasa lebar, meski sedikit berkurang ketika penumpang depan memundurkan bangkunya sedikit ke belakang. Terasa agak sempit, namun dikompensasi dengan bangku reclining-seat yang memadai sehingga Kompas bisa sedikit memundurkan atau merebahkan badan agak ke belakang.
Bergeser ke bangku baris ketiga, terasa bagaimana deretan bangku ini tidak nyaman diduduki orang dewasa pemilik tinggi badan sekitar 180 cm. Seorang kawan jurnalis pun menilai, bangku baris ketiga ini hanya cocok untuk diduduki balita.
Sejauh uji coba ini, bangku di barisan ketiga akan lebih baik dilipat, karena akan langsung menambah kapasitas kargo di ruang bagasi menjadi 700 liter. Bila bangku ketiga tetap difungsikan, volume kargo hanya 230 liter. Itu pun hanya bisa memuat beberapa tas ransel ataupun beberapa koper ukuran sedang.
Selain jumlah bangku, desainer VW juga menginginkan VW Tiguan Allspace memberikan kelengkapan tempat penyimpanan yang ekstra bagi penumpangnya. Mulai dari dasbor, sisi dalam pintu hingga plafon kabin terdapat berbagai wadah penyimpanan. Bahkan tempat penyimpanan kacamata di plafon pun ada dua!
Tiguan Allspace juga memiliki satu fitur ekstra yang diyakini membantu setiap pengemudi, baik laki-laki maupun perempuan, untuk memarkirkan kendaraannya secara tepat. Teknologi park assist yang ditanam di mobil ini merupakan teknologi semi-swakemudi untuk parkir. Pengemudi hanya perlu mengendalikan injakan pada pedal gas dan rem, sementara komputer akan mengarahkan kemudi secara otomatis.
Ronny Syarif, Marketing Communication PT Garuda Mataram Motor, agen pemegang merk VW di Indonesia, mengatakan, sensor parkir yang ada di sisi kiri dan kanan mobil (termasuk di kaca spion), membantu mendeteksi lokasi parkir yang cocok dan sesuai dengan dimensi kendaraan. “Posisi parkir bisa paralel maupun yang standar,” kata dia.
Kompas mencoba dua posisi parkir ini. Dengan cukup mudah, teknologi ini mendeteksi lokasi lahan parkir yang kosong dan menggerakkan mobil ke lokasi tersebut dengan jarak antarkendaraan yang cukup lebar.
Mesin dan pengendalian
Kompas mendapat giliran sebagai pengemudi setelah memasuki jalan tol Cipularang. Begitu keluar dari rest area di KM 80, kami langsung dihadapkan pada kontur tanjakan.
Teknologi turbo yang mendampingi mesin bensin empat silinder berkapasitas 1.4 liter TSI berpenggerak roda depan, ini, sangat membantu mobil melibas kontur menanjak di Cipularang.
Kompas mencoba seluruh mode berkendara pada jalanan dengan kontur menanjak di Cipularang dan jalur berkelok-kelok di wilayah Bandung Selatan. Ada empat mode berkendara pada mobil ini, yakni Eco, Comfort, Normal, dan Sport.
Harus diakui bila menggunakan mode Eco, terasa ada sedikit jeda ketika mesin yang mampu menghasilkan torsi puncak 250 Nm pada putaran mesin 1.500-3.500 rpm, ini, diajak berlari di tanjakan.
Jalur menanjak juga menjadi pilihan tepat untuk mencoba mode Sport. Suara mesin menjadi sedikit lebih meraung dan kemudi menjadi lebih kaku dibandingkan ketika mengemudi menggunakan tiga mode berkendara lainnya. Mesin yang mampu menghasilkan tenaga hingga 150 HP pada putaran mesin 5.000-6.000 rpm ini menjadi lebih responsif ketika diajak berlari.
Mode Sport juga enak untuk menguji kestabilan mobil ketika melahap tikungan di jalanan wilayah Bandung Selatan. Lingkar kemudi yang lebih kaku dan suspensi yang terasa agak mengeras, yang menjadi bagian dari teknologi dynamic chassis control (DCC), membuat kendaraan lebih stabil saat melahap tikungan di kawasan wisata Ciwidey.
Bahkan dengan menggeser transmisi ke mode manual, dengan memanfaatkan paddle-shift di bagian belakang roda kemudi, perpindahan transmisi menjadi lebih mulus sesuai kebutuhan pengemudi. Mesin serasa bekerja lebih baik untuk melahap tikungan dan juga ketika menyalip kendaraan di depan.
Aswin, Volkswagen dan Audi Expert Trainer, mengatakan, daya yang dihasilkan oleh turbo, memungkinkan mengisi “kekosongan” tenaga yang dihasilkan oleh mesin. Hasilnya, pada setiap mode berkendara, jeda menjadi berkurang dan mobil akan “lebih berdaya”.
VW terlihat ingin meyakinkan para calon konsumennya bahwa tidak ada perbedaan kualitas antara produk impor dengan produk “Made in Cikampek” ini. Seperti kata Presiden PT Garuda Mataram Motor, Andrew Nasuri, saat menyerahkan lima VW Tiguan Allspace perdana kepada lima konsumen pertama di awal Oktober 2019 lalu.
”VW Tiguan Allspace ini merupakan hasil karya tenaga kerja Indonesia dengan kualitas tinggi sesuai standar Volkswagen Jerman,” tandas Andrew.