Cermati Hal Ini Sebelum Mengendarai Mobil Saat Banjir
Banjir kembali hadir di Jakarta dan sekitarnya. Secara umum, saat musim hujan tiba, cermati sejumlah hal berikut ini saat Anda memutuskan mengendarai kendaraan bermotor melewati kawasan banjir.
Banjir kembali hadir di Jakarta dan sekitarnya. Sejak awal tahun, setidaknya sudah dua kali banjir besar melanda beberapa titik di Ibu Kota dan daerah-daerah penyangganya.
Secara umum, saat musim hujan tiba, cermati sejumlah hal berikut ini saat Anda mengendarai dan merawat kendaraan bermotor. Salah-salah, kendaraan bisa rusak parah dan jiwa terancam.
Menurut pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, ada tiga risiko utama saat jalan tergenang air, yakni macet, mogok, dan kecelakaan. Untuk menghindari kerugian akibat tiga hal itu, perlu antisipasi dini.
Antisipasi dimulai dari pengenalan medan tempat Anda biasa beraktivitas. Kalau bisa, jauh hari sebelum hujan, kumpulkan informasi mengenai lingkungan Anda, mulai dari rumah, kantor, pusat perbelanjaan, hingga akses jalan yang menghubungkan tempat-tempat tersebut.
Identifikasi setiap kondisi yang bisa menimbulkan genangan air dan banjir, seperti sungai, cekungan, pintu air, bendungan, dan tampungan air, misalnya rawa, empang, tambak, dan sawah. Saat hujan turun, hafalkan akibatnya terhadap jalan, seperti di mana muncul genangan air, kerusakan jalan, dan titik-titik kemacetan.
Setelah itu, buat rencana perjalanan. Monitor kondisi terakhir rute yang akan dilalui melalui radio, televisi, atau internet. Siapkan rute-rute alternatif.
Kenali kendaraan
Kenali betul kendaraan yang Anda gunakan. Banyak mobil dan sepeda motor mogok atau mengalami kecelakaan saat banjir karena pemiliknya tak tahu spesifikasi kendaraan. Kenali tipe kendaraan, jenisnya, tipe mesin, hingga letak dan fungsi bagian-bagian yang rawan terkena air, seperti bagian elektrikal, pusat kendali elektronik, dan corong pengisap udara (air intake).
”Jenis mobil yang berbeda memiliki antisipasi berbeda pula. Mobil bensin berbeda dengan diesel, misalnya,” ucap Jusri.
Langkah selanjutnya, persiapkan kendaraan untuk melalui medan basah. Pada mobil berteknologi lama, lindungi bagian kelistrikan yang tak boleh kena air, seperti koil, busi, distributor, dan pusat-pusat kendali elektronik, misalnya ECU (electronic control unit), TCM (transmission control module), dan BCM (body control module).
”Periksa kondisi kabel dan sambungannya, jangan sampai ada yang terbuka atau lecet karena bisa korsleting. Semprot bagian-bagian rawan itu dengan insulator antiair,” katanya.
Namun, pada mobil generasi terbaru saat ini, yang dipenuhi dengan berbagai teknologi elektronik dan sensor elektronik, disarankan untuk menghindari sama sekali berkendara melewati genangan air yang cukup tinggi.
Kemudian, pastikan ban memiliki alur-alur pembuang air cukup besar dan dalam kondisi bagus. ”Alur-alur ban berfungsi membuang air di antara ban dan permukaan jalan sehingga ban masih mencengkeram jalan. Pastikan kedalaman alurnya tak kurang dari 2 milimeter,” ujar mantan pebalap ini.
Tak kalah penting memeriksa kondisi wiper, AC, dan pemanas kaca belakang (defogger). Ini berkaitan dengan daya pandang pengemudi. Karet wiper sebaiknya ganti setiap dua tahun karena karet yang lelah (fatigue) dan keras tak menghapus air dengan sempurna. AC yang tak beres menimbulkan embun pada kaca. Sementara defogger berfungsi memanaskan kaca belakang agar tak muncul embun.
Jangan memaksakan
Saat bertemu genangan air, perhatikan lintasan di depan sebelum menerjang air. Ukur kedalaman air dan perkirakan kondisi jalan. Dalam kondisi tertutup air, Anda tak tahu apakah kondisi jalan tersebut mulus atau berlubang.
”Jika ada mobil di depan, bisa diukur seberapa dalam genangan air. Kalau tak ada kendaraan di depan, lebih baik Anda turun dan lakukan pengecekan langsung,” tuturnya.
Jika genangan terlalu dalam, jangan memaksa melewatinya. Putar balik kendaraan atau jika tak mungkin, matikan mesin dan dorong kendaraan pada posisi aman di pinggir jalan, kunci rapat, dan tinggalkan. Nyawa Anda lebih berharga dari mobil semewah apa pun.
Bila genangan masih mungkin dilewati, kemudikan mobil dengan ekstra hati-hati. Untuk menghindari mogok, jaga putaran mesin konstan. M Taqwa, mekanik bengkel Gardenspeed, mengingatkan mitos yang menyatakan saat menerjang air putaran mesin harus tinggi.
”Padahal, makin tinggi putaran bisa terjadi water hammer. Injak gas seperlunya, cukup untuk membuat mobil bergerak,” ucapnya.
Masukkan persneling pada gigi paling rendah (gigi 1 pada mobil transmisi manual atau tiptronic, posisi L atau S pada transmisi otomatis). Matikan sementara semua perangkat yang membebani kerja mesin, seperti AC dan sistem audio, buka kaca jendela, lalu jalan pelan-pelan. Jaga jarak mobil Anda dengan kendaraan di depan.
Bila mesin mati di tengah banjir, jangan mencoba menghidupkan kembali. Segera netralkan persneling, lepas kabel negatif dari aki mobil untuk menghindari korsleting, dan dorong mobil ke pinggir untuk memberi jalan kendaraan di belakang. Setelah itu, dorong mobil ke tempat aman dan kering.
Begitu memungkinkan, periksa dan keringkan semua komponen sistem pengapian dan kelistrikan mesin mobil. Periksa juga filter udara, kondisi oli mesin, dan oli transmisi. Jika bagian-bagian tersebut sudah tercampur air, jangan coba menghidupkan mesin mobil (oli yang tercampur air berwarna coklat encer seperti kopi susu). Telepon mobil derek untuk menarik mobil Anda ke bengkel terdekat.
Ancaman ”palu air”
Taqwa mengingatkan, salah satu ancaman bahaya terbesar saat memaksakan berjalan melewati genangan adalah water hammer alias palu air. Ini terjadi saat air terisap masuk ke dalam ruang bakar silinder dan menghancurkan sumber penggerak mesin tersebut.
Menurut mekanik yang sudah biasa mengoprek mesin untuk keperluan balap ini, risiko air masuk mesin justru dari bagian depan mobil, yakni saluran penyedot udara (air intake). Mesin mobil dapat hidup apabila mendapat pasokan udara dan bahan bakar cukup. Pasokan udara ini diisap langsung dari udara bebas melalui saluran tersebut.
Campuran udara dan bahan bakar itu kemudian dimampatkan dalam ruang bakar pada silinder oleh gerakan piston sebelum diledakkan oleh percikan api dari busi.
Jika air masuk dalam ruang bakar tersebut, terjadilah bencana. Sifat air yang tak termampatkan akan memberi ”pukulan” balik saat ditekan oleh piston. Sekuat apa pun bahan logam bagian-bagian dari mesin, tak akan bisa menahan tekanan balik tersebut sehingga akan bengkok, bahkan patah. Gejala inilah yang disebut water hammer atau palu air.
Menurut Taqwa, jika mobil terkena palu air, biaya perbaikannya relatif mahal karena piston rontok dan setang pistonnya bisa menjebol dinding blok mesin akibat pukulan balik ini.
”Ongkos kerjanya saja mencapai jutaan. Belum harga spare parts yang harus diganti,” kata mekanik yang sering menerima banyak perbaikan mobil yang hancur mesinnya karena hantaman palu air.
Gejala ini bisa terjadi karena orang tak mengenal betul mobil yang dipakai sehingga tak menyadari ujung saluran air intake yang bertugas mengisap udara terendam air. ”Daya isap mesin sangat besar, air bisa tersedot jauh ke atas, menembus saringan udara, langsung masuk mesin,” kata Taqwa.
Itu sebabnya, setiap pengendara mobil harus waspada dan ekstra hati-hati saat hendak menerjang genangan air. Hafalkan dulu posisi ujung saluran udara dan jangan sampai bagian tersebut berada di bawah batas permukaan air. Aturan sederhananya, saat genangan air sudah melebihi setengah diameter roda, lebih baik jangan paksakan mobil menembus air, atau mesin mobil Anda taruhannya!
* Artikel ini pernah terbit di harian Kompas edisi 11 Februari 2007 saat terjadi banjir besar di Jakarta dan sekitarnya, dan sudah mendapatkan pengayaan.