Warisan artistik Leonardo da Vinci (1452-1519) dikenang sepanjang zaman. Pameran 17 lukisan duplikat untuk mengenang 500 tahun sang maestro ikon Renaisans Eropa abad XV asal Italia ini sungguh menjadi kesempatan emas.
Oleh
NAWA TUNGGAL
·5 menit baca
Keremangan dan kesenyapan di lantai dua Museum Mandiri di Kota Tua Jakarta perlahan terbelah. Ada cahaya terpancar dari bidang lukisan reproduksi karya Leonardo yang diletakkan paling depan, berjudul ”The Annunciation”. Teknik penyinaran bukan dari depan lukisan, melainkan dari balik lukisan tanpa mengganggu citra gambarnya. Justru cahaya itu menguatkan lukisan menjadi tampak terang dan menerangi sekelilingnya pula.
Pemerintah Italia melalui Kedutaan Besar Italia untuk Indonesia dan Institut Kebudayaan Italia di Jakarta mengemas pameran ini sebagai Leonardo Opera Omnia. Lukisan-lukisan yang dipamerkan memancarkan terang di ruang yang sunyi di museum itu. Publik dapat menikmati pameran ini, 6 Februari hingga 3 Maret 2020. Lukisan-lukisan itu hasil reproduksi beresolusi tinggi seukuran aslinya.
”Sebanyak 17 lukisan karya Leonardo ini dibuat semasa hidupnya. Karya aslinya saat ini tersebar di berbagai tempat di beberapa negara,” ujar Duta Besar Italia untuk Indonesia Vittorio Sandalli, Rabu (5/2/2020), menjelang pembukaan pameran itu.
Leonardo Opera Omnia juga dipamerkan di negara-negara lain di Eropa, Asia, dan Afrika, berkeliling sejak Februari 2019. Kuratornya seorang ilmuwan, Prof Antonio Paolucci.
Sebanyak 17 lukisan karya Leonardo ini dibuat semasa hidupnya.
Direktur Institut Kebudayaan Italia di Jakarta Maria
Battaglia mengungkapkan, teknik digital yang canggih digunakan untuk memosisikan pengunjung seolah berada di depan karya aslinya. Pengunjung dapat memahami kreativitas Leonardo sang genius.
Lukisan ”The Annunciation” diletakkan di posisi paling depan ruang pamer dengan ukuran 98 cm x 217 cm. Ini salah satu lukisan penting yang dikerjakan Leonardo ketika masih muda. Tahun pembuatannya antara 1474-1475. Ketika itu Leonardo berusia antara 22-23 tahun.
”The Annunciation” berkisah tentang Perawan Maria diiringi seorang malaikat yang bersimpuh di hamparan rumput. Di sisi kanan terdapat Perawan Maria sedang duduk di kursi. Di belakangnya terdapat tembok sebuah bangunan. Di sisi belakang bagian tengah sampai kiri bidang lukisan itu terdapat panorama pepohonan tegak.
Lukisan ini pernah menjadi perdebatan para ahli. Pada mulanya, diperkirakan bukan karya Leonardo, melainkan karya pelukis lain, Domenico Ghirlandaio. Ada suatu penanda berupa lukisan Perawan Maria yang memiliki kemiripan yang pernah dikerjakan Andrea del Verrocchio di kuburan perunggu Piero de’ Medici di Gereja San Lorenzo, Firenze, Italia. Verrocchio ini pelukis yang membimbing Leonardo.
Ada kesalahan teknik perspektif di dalam lukisan ”The Annunciation” sehingga para ahli kemudian memperkirakan lukisan itu dikerjakan Leonardo muda, dari hasil didikan Verrocchio. Karya asli ”The Annunciation” menggunakan media papan kayu. Semula karya itu berada di Gereja San Bartolomeo a Monte Oliveto, kemudian menjadi koleksi Galleria degli Uffizi di Florence, Italia.
”Perjamuan Terakhir”
Setiap lukisan Leonardo yang dipamerkan itu memiliki kisah panjang. Termasuk satu lukisan terbesar di balik panel lukisan paling depan tadi, yaitu ”The Last Supper” (Cenacle) atau ”Perjamuan Terakhir”.
”Lukisan ini mengundang kontroversi, di antaranya dari 12 murid Yesus Kristus itu ada yang dilukiskan Leonardo mirip sosok perempuan dan sering disebut-sebut sebagai Magdalena,” kata Matteo Ive, sebagai konsultan Rai Com Project yang dilibatkan untuk produksi pameran ini.
Seorang ahli restorasi lukisan asal Italia, Michaela Anselmini, menjelaskan perihal lukisan ”Perjamuan Terakhir” ini. Pada saat Perang Dunia II, gedung biara yang menjadi lokasi mural lukisan itu turut terkena pengeboman.
”Tembok-tembok di sekitar lukisan itu runtuh. Tetapi, tembok tempat mural lukisan ini tetap berdiri utuh,” ujar Michaela.
Lukisan ”Perjamuan Terakhir” saat ini tergolong dalam keadaan kritis. Pemugaran sudah melibatkan beberapa generasi yang dimulai sejak tahun 1600-an oleh Cavenaghi dan Pelliccioli hingga generasi terakhir di era 1990-an oleh Pipin Brambilla. Saat ini dari mural tersebut diperkirakan 50 persen saja sentuhan asli Leonardo.
Lukisan ”Perjamuan Terakhir” dihadirkan seperti aslinya yang berukuran 460 cm x 880 cm. Lukisan asli berupa mural di sebuah dinding ruang makan suatu biara Santa Maria delle Grazie, Milan, Italia.
Tahun pembuatan lukisan ini pada 1498 atas pembiayaan penguasa Milan, Ludovico il Moro. Pada saat pemugaran lukisan tahun 1854 oleh Stefano Barezzi, ditemukan adanya lukisan perisai kaum Sforza di bagian atas bidang lukisan.
Tak kalah menarik lukisan Leonardo yang dikenal sebagai ”Monna Lisa” dihadirkan di ujung bagian kanan ruang pamer. Lukisan reproduksi itu sesuai ukuran aslinya, 77 cm x 53 cm dengan tahun pembuatan tahun 1501-1503.
Identifikasi sosok perempuan yang dilukis Leonardo memiliki kontroversi. Perdebatan yang muncul, perempuan itu sebagai istri Francesco del Giocondo. Ada pula yang percaya sebagai Pacifica Brandano, perempuan kesayangan Giuliano de’ Medici, pelindung Leonardo.
Lukisan ”Monna Lisa” mengundang kekaguman para kritikus seni dan awam. Terutama pada senyuman enigmatiknya dan penggambaran alam kehidupannya yang penuh gairah dan bersinar tanpa batas. Saat ini lukisan tersebut menjadi koleksi penting Museum Louvre di Paris, Perancis.
Leonardo semasa hidupnya melalui lukisan, banyak mengembangkan spekulasi ilmiah tentang tubuh manusia.
Bagi Leonardo, lukisan-lukisan mahakaryanya bukanlah suatu tujuan. Bagi dia, lukisan adalah sebuah alat atau instrumen untuk mencapai suatu pengetahuan lainnya.
Leonardo semasa hidupnya melalui lukisan, banyak mengembangkan spekulasi ilmiah tentang tubuh manusia. Leonardo yang melukis secara otodidak ini juga mengembangkan pengetahuan ilmiah lewat perancangan teknik berdasarkan observasinya.
Rizki A Zaelani, kurator dari Indonesia, menyampaikan, Leonardo sosok manusia modern seutuhnya yang terlahir di masa Renaisans Eropa. Leonardo digambarkan Rizki sebagai manusia yang mampu menginjak masa depan.
”Orang biasanya mengingat masa lalu untuk masa depan. Tetapi, Leonardo menginjak masa depan lebih dulu, lalu mengingat masa lalu,” ujar Rizki.
Leonardo menyuguhkan ragam materi perbincangan kemanusiaan yang tak pernah usai. Pameran Leonardo Opera Omnia kali ini tidak lagi sekadar pameran lukisan, tetapi kisah tentang kemanusiaan seutuhnya.