Merayakan Imlek, Merayakan Akulturasi di Meja Makan
Merayakan Imlek di Indonesia seperti merayakan akulturasi. Berbagai hidangan khasnya bercampur dengan cita rasa Nusantara. Meja makan menjadi pengingat bahwa Imlek bukan sekedar perayaan tahun baru, tapi juga keberagaman
Merayakan Imlek di Indonesia seperti merayakan akulturasi. Berbagai hidangan khasnya bercampur dengan cita rasa Nusantara. Meja makan jadi pengingat, Imlek bukan sekadar tahun baru, melainkan juga keberagaman Bangsa Indonesia.
Kemeriahan menyambut Imlek sudah terasa di berbagai sudut kota di Kalimantan Barat. Ribuan lampion telah terpasang, berbagai pertunjukan pun disiapkan. Tak hanya itu, Imlek juga menyuguhkan berbagai perpaduan cita rasa kuliner.
Suvirna Liu (40), warga Tionghoa di Kabupaten Kubu Raya, Rabu (22/1/2020), mulai membuat salah satu menu yang akan disantap bersama keluarga saat Imlek nanti. Ia sedang membuat adonan hekeng udang. “Adonan hekeng ini nanti akan dikukus. Pada saat akan dimakan nanti, tinggal digoreng,” ujarnya.
Selain hekeng, ia juga akan memasak sejumlah makanan lain. Namun, menu lain akan dimasak Jumat (24/1/2020) pagi. Selain hidangan yang memang sudah diwariskan secara turun-temurun sebagai menu Imlek, seperti sop, kari, dan mi, ia juga memasak masakan yang bumbunya sudah berakulturasi.
Baca juga : Bandeng Istimewa Pembawa Hoki
Ia akan memasak rendang yang merupakan menu cita rasa Nusantara. Rendang bisa dengan berbagai daging, tergantung kesukaan.
Akulturasi dalam cita rasa kuliner juga ada di rumah XF Asali, Budayawan Tionghoa Kalbar yang tinggal di Pontianak. “Coba lihat. Ini tart nanas. Nanas di dalamnya sudah memasukkan khas Pontianak. Di sini banyak nanas. Hidangan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar,” ujar Asali.
Ada pula dodol labu kuning dan dodol pepaya. Kemudian, ada lempuk durian. Kuliner itu biasanya ia hidangkan juga untuk tamu yang berkunjung saat Imlek nanti. Kudapan-kudapan itu khas sekali dengan wilayah setempat.
“Tradisi bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di mana masyarakat Tionghoa tinggal. Apa yang menjadi khas daerah tempat tinggal, bisa ada di meja makan dan hidangan kepada tamu yang berkunjung,” kata Asali.
Sekretaris Umum Panitia Imlek dan Cap Go Meh Kota Singkawang, Bong Cin Nen, menuturkan, hidangannya bisa juga sama dengan yang di negara China, tetapi dari sisi cita rasa sudah berakulturasi dengan bumbu daerah.
“Misalnya masakan ikan, kalau di Singkawang ramuannya sudah banyak mengikuti selera di sini, misalnya banyak bawang putih. Kemudian, ada gulai juga. Kami sudah keturunan ke tujuh, sudah cita rasa lidah Nusantara,” ujarnya.
Kemeriahan
Kemeriahan menjelang Imlek sudah tampak di sejumlah tempat. Di Kota Pontianak, 2.500 lampion menghiasi Jalan Gajah Mada dan Diponegoro. Kemudian di Singkawang, jalan-jalan protokol dihiasi 10.000 lampion sejak 16 Februari. Lampion juga dipasang di atas tugu naga, seolah mulutnya mengeluarkan api.
Akulturasi itu tidak hanya pada cita rasa masakan dan kue. Bong Cin Nen menuturkan, tema Imlek dan Cap Go Meh tahun ini “Budaya Pemersatu Bangsa”. Semua unsur etnis dan paguyuban serta sanggar berpartisipasi.
Untuk Cap Go Meh rangkaiannya dimulai pada Kamis (6/2/2020) malam dengan pawai lampion pukul 17.30. Kemudian, puncaknya pada Sabtu (8/2/2020) dengan pawai tatung. Ada 843 tatung yang sudah mendaftar. Tatung adalah orang yang pada Cap Go Meh nanti akan diarak menggunakan tandu sambil mempertunjukkan kekebalan tubuh.
Pada Cap Go Meh, Februari nanti, tatung beragam, tidak hanya dari Tionghoa tetapi juga Dayak. Selain tatung, dalam perarakan di barisan depan ada parade dari berbagai budaya, misalnya Dayak, Melayu, dan Jawa.
Untuk di Pontianak, Sekretaris Panitia Cap Go Meh Kota Pontianak Djie Sen menuturkan, rangkaian acaranya panggung utama di Jalan Diponegoro, Pontianak, tanggal 2-8 Februari. Kegiatan di panggung utama, antara lain ajang pemilihan Koko-Meme, pertunjukan busana dan pameran kuliner. Ada 60 stan kuliner.
“Di situ juga dipasang kue keranjang seberat 2 ton yang disusun berbentuk pagoda. Kemudian, replika naga emas sepanjang 45 meter untuk masyarakat berswa foto,” ujarnya.
Untuk Cap Go Meh 8 Februari di Pontianak, ada pawai 23 naga dan 23 barongsai. Pawai dimulai pukul 12.30-16.30. Rutenya Jalan Diponegoro, Gajah Mada, dan berakhir di Jalan Budi Karya. Malam hari ada naga bersinar. Naga-naga dipasang lampu dan beratraksi dari pukul 19.30-22.30 di Jalan Gajah Mada.
Modal sosial
Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie menuturkan, Imlek diharapkan menjadi momen memupuk modal sosial di tengah masyarakat yang beragam. Modal sosial itu diperlukan sebagai kekuatan dalam pembangunan daerah.
Masyarakat juga terus didorong mengedepankan toleransi serta mempertahankan budaya-budaya yang ada khususnya di Singkawang. Hal itu perwujudan dari modal sosial yang sangat penting dan besar perannya sebagai modal dasar pembangunan.
“Investor ingin berinvestasi di daerah kalau daerah aman. Jika masyarakat bisa menjaga kondusivitas itu sangat memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah,” kata Tjhai Chui Mie.
Kebersamaan antarsuku dan harmonisasi menjadi tugas bersama dalam mewujudkannya. Salah satu bukti kebersamaan itu, dalam panitia Imlek dan Cap Go Meh khususnya di Singkawang terlihat dari komposisi panitia yang terdiri dari berbagai etnis. Dalam hari besar keagamaan lain pun kebersamaan itu terlihat.
Saat Ramadhan, misalnya ada “Ramadhan Fair”. Di sana ada partisipasi berbagai lapisan masyarakat. Natal juga dilakukan bersama-sama menghias pohon Natal serta pada momen pergantian tahun. Menjaga keberagaman di Singkawang tidak lagi pada tataran konsep, tetapi sudah pada praktik sehari-hari.
Modal sosial itu sangat penting pula karena Singkawang sedang menggenjot pembangunan pariwisata. Untuk meningkatkan bidang pariwisata, Pemerintah Kota Singkawang sedang dalam proses membangun bandara. Skemanya kerja sama pemerintah dengan badan usaha.
Pemerintah Kota Singkawang sudah melakukan presentasi kepada investor. Ada banyak investor yang hadir pada paparan Kamis (16/1/2020). Investor yang hadir ada dari Jepang, China, Malaysia, Singapura, dan Indonesia sendiri.
Menggenjot pariwisata Singkawang memang diperlukan bandara. Sebab, jika mengharapkan Bandara Internasional Supadio, Pontianak, jarak tempuh Pontianak ke Singkawang lebih dari tiga jam. Jika jarak tempuh dari ibu kota provinsi lebih dari tiga jam, pariwisata Singkawang sulit berkembang. Maka, Singkawang membangun bandara yang terhubung dengan sejumlah kota.
Pertautan
Di Makassar, Sulawesi Selatan, sebagian besar kuliner khasnya sebenarnya juga bagian dari akulturasi kuliner China dan lokal. Maka, hidangan saat Imlek pun merupakan pertautan kultur Tionghoa dengan cita rasa lokal.
Coto makassar, pallubasa, nyuk nyang (bakso), hingga beragam kue khas Makassar adalah kuliner yang lahir dari pertautan budaya Tionghoa dan Bugis/Makassar.
Setiap Imlek, kue keranjang dan beragam olahan mi serta bandeng adalah makanan wajib yang terhidang di meja Hendra Salimin (40). Namun, di luar makanan wajib itu, dia menyediakan beragam jenis makanan lain, seperti pallubasa, buras (semacam lontong, tetapi dimasak pakai santan), ketupat, dan sate nona-nona, makanan yang juga lazim saat perayaan Idul Fitri.
”Kami membuka pintu untuk keluarga dan kerabat dari berbagai latar belakang agama dan budaya saat Imlek nanti. Makanya, makanan yang disajikan juga beragam,” katanya.
Pallubasa yang dimaksud Hendra dan lebih terkenal sebagai kuliner khas Makassar sesungguhnya sudah merupakan perpaduan unsur kuliner Makassar dan Tionghoa.
Budayawan dan seniman Tionghoa, Muhammad David Aritanto (58) atau yang terlahir dengan nama Chen Quo Hwa, mengatakan, sejumlah makanan yang dibawa leluhur orang Tionghoa sudah mengalami banyak perubahan.
”Kalau aslinya orang Tionghoa menyebut pallubasa itu baluta. Terbuat dari darah sapi atau kerbau yang dibekukan dan diberi kuah. Namun, karena umat Muslim tak bisa makan darah beku, diganti dengan potongan daging dan jeroan. Lalu, namanya berubah menjadi pallubasa yang dalam bahasa Makassar berarti makanan berkuah,” tuturnya.
Sama dengan coto makassar yang juga lebih terkenal sebagai makanan khas orang Makassar, orang Tionghoa pun punya makanan sejenis. Pada makanan berkuah dengan potongan daging ini, oleh warga Tionghoa digunakan bumbu taoco dan diganti menjadi kacang dalam kuliner Makassar.
Menurut David yang juga Humas Persatuan Islam Tionghoa Indonesia Sulawesi Selatan, beragam makanan yang turun-temurun menjadi makanan khas orang Tionghoa mengalami perubahan seiring dengan terjadinya kawin-mawin antara orang Tionghoa dan warga lokal. Perkawinan campur ini kemudian melahirkan kekayaan kuliner di Makassar.
Kue cucur bayao, biji nangka, bipang, dan beragam kue lain yang lazim disajikan pada acara pernikahan orang Tionghoa, misalnya, juga menjadi kue sama yang disajikan dalam acara pernikahan suku Bugis/Makassar. Bahkan, kue dodol atau nian gaw yang menjadi kue khas pada setiap perayaan Imlek juga menjadi kue khas suku Bugis/Makassar.
Pembauran
Ada beragam makanan lain yang acap kali sudah tak jelas asalnya, apakah makanan asli Tionghoa atau suku Bugis/Makassar. Ada pula nyuk nyang yang terkenal di Makassar yang awalnya hanya terbuat dari daging babi dan kini dibuat berbahan daging sapi.
”Karena dulu pembauran orang Tionghoa yang datang ke Makassar terjalin bagus. Dulu, saat kami Imlek, orang-orang Bugis Makassar atau warga lokal selalu membawakan buah-buah yang biasanya menjadi persembahan, bahkan bunga dan buah teratai,” kata David.
”Sebaliknya, saat Maulid, kami membuat telur berwarna merah sebagai bentuk kegembiraan menyambut Maulid. Telur merah ini sampai sekarang tetap ada setiap Maulid,” ujarnya.
Di Bogor, salah satu kuliner khas Tionghoa, ngohiang, kini juga disesuaikan dengan cita rasa mayoritas warganya. Ngohiang dibuat dari daging babi yang dipotong kecil-kecil, dibumbui, dan dicampur tepung. Adonan kemudian digulung dan ditim selama sekitar 30 menit.
Firman (60), generasi kedua penjual ngohiang di Bogor, menuturkan, selama lima dekade, resep ngohiang racikan orangtuanya tidak pernah diubah. Satu-satunya perubahan yang dilakukan adalah mengganti daging babi dengan ayam. Ngohiang ayam ini hanya tersedia di hari-hari tertentu. Ngohiang ayam dibuat agar penikmatnya semakin banyak.