Ekspor Toyota Cetak Rekor, tetapi Penjualan Dalam Negeri Turun
Tahun lalu, angka ekspor Toyota Indonesia mencatat rekor tertinggi dalam lima tahun terakhi. Meski demikian, penjualan di dalam negeri mengalami penurunan mengikuti tren pasar otomotif nasional keseluruhan.
Oleh
Dahono Fitrianto
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perlambatan ekonomi dunia yang terjadi hingga sepanjang tahun 2019 lalu tidak menyurutkan laju ekspor mobil yang diproduksi Toyota Indonesia. Tahun lalu, angka ekspor justru mencatat rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir. Meski demikian, penjualan di dalam negeri mengalami penurunan mengikuti tren pasar keseluruhan.
Siaran pers PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang diedarkan Senin (20/1/2020), menyebutkan, pengapalan kendaraan utuh (completely built up/CBU) pada 2019 mencapai 208.500 unit, atau naik tipis dibanding pengapalan pada 2018 sebanyak 206.500 unit. Toyota menyebut angka ini tertinggi dalam lima tahun terakhir. Sementara ekspor kendaraan terurai (completely knock down/CKD) mencapai 45.400 unit.
“Mempertahankan serta meningkatkan performa ekspor merupakan hal yang tidak mudah karena menyangkut banyak faktor seperti daya saing, baik daya saing produk, infrastruktur pendukung, hingga regulasi,” tutur Presiden Direktur PT TMMIN, Waring Andang Tjahjono, dalam siaran pers tersebut.
Selain ekspor mobil dalam bentuk CBU maupun CKD, TMMIN pada 2019 juga mengekspor 123.600 unit mesin dan etanol bertipe TR dan NR, dan 94,2 unit komponen kendaraan. TMMIN selama ini telah mengekspor ke lebih dari 80 negara di kawasan Asia-Pasifik, Timur Tengah, Amerika Latin, Karibia, dan Afrika.
Akan tetapi di pasar dalam negeri, penjualan mobil-mobil Toyota mengalami penurunan, seiring dengan penurunan pasar secara keseluruhan. Walau demikian, Toyota diselamatkan dengan pertumbuhan di segmen MPV dan SUV yang membuat penurunan penjualan Toyota tidak sebesar penurunan pasar nasional secara umum.
Secara keseluruhan, penjualan wholesales Toyota pada 2019 mencapai 331.797 unit. Angka ini hanya mengalami penurunan sebesar 5,7 persen, atau di bawah penurunan rata-rata industri otomotif sebesar 10,5 persen. Total penjualan mobil secara nasional pada 2019 mencapai 1.030.126 unit, atau turun dari angka 1.151.413 unit pada 2018.
“Dengan penurunan yang lebih rendah dari penurunan nasional ini, Toyota menaikkan pangsa pasarnya dari 30,6 persen pada 2018 menjadi 32,2 persen pada 2019. Hal ini ditopang kenaikan signifikan penjualan Toyota Avanza dan Veloz dan Toyota Rush,” tutur Henry Tanoto, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) yang bertindak sebagai distributor resmi mobil bermerek Toyota di Tanah Air, saat temu media di Jakarta, Selasa (21/1/2020).
Berdasar data yang diterima Kompas, penjualan wholesales Avanza mencapai 86.374 unit sepanjang periode Januari-Desember 2019. Ini adalah kenaikan sebesar 5,1 persen dibandingkan penjualan wholesales pada 2018. Meski demikian, angka retail sales-nya turun dari kisaran 89.000 unit pada 2018 menjadi sekitar 81.900 unit pada 2019.
Kenaikan penjualan Avanza ini membuat pangsa pasarnya pun meningkat dari 28,7 persen pada 2018 menjadi 34 persen pada tahun lalu. Secara keseluruhan, segmen MPV berkontribusi 61,2 persen (203.205 unit) pada total penjualan Toyota di Tanah Air.
Segmen kedua yang memberikan kontribusi terbesar adalah SUV, dengan total penjualan 78.657 unit atau 23,7 persen dari total penjualan. Toyota Rush memberikan sumbangan terbesar pada segmen ini, dengan terjual sebesar 61.659 unit, atau naik 15,9 persen dari penjualan tahun 2018. Dengan capaian ini, pangsa pasar Rush di segmennya juga menjadi 54 persen dari sebelumnya 42,1 persen.
Kejutan sedan dan elektrik
Henry menambahkan, kejutan terjadi pada segmen sedan yang naik 36,6 persen dibanding tahun 2018. Penjualan wholesales seluruh model sedan Toyota, yang meliputi Toyota Vios, Toyota Corolla, dan Toyota Camry, mencapai 2.853 unit. Kontributor terbesar adalah Toyota Camry, yang tahun lalu baru diperkenalkan model terbarunya, dengan angka 1.722 unit. “Penjualan Camry meningkat 136,9 persen dibanding tahun sebelumnya, dan menguasai pangsa pasar dengan 73,4 persen di segmen medium sedan,” papar Henry.
Di kategori mobil berteknologi listrik juga terjadi kenaikan. Menurut Henry, penjualan mobil-mobil hibrida Toyota naik hingga 7 kali lipat pada tahun 2019. Total penjualan mobil HEV (hybrid electric vehicle) bermerek Toyota dan Lexus berada pada angka 647 unit. Kontributor terbesar adalah Toyota C-HR Hybrid (42,4 persen), disusul Camry Hybrid (29,4 persen).
Di segmen mobil premium, Lexus Indonesia yang merupakan bagian dari PT TAM, juga mencatatkan pertumbuhan walaupun tipis. Menurut General Manager Lexus Indonesia Adrian Tirtadjaja, penjualan mobil-mobil Lexus pada 2019 mencapai 1.354 unit, naik dari 1.327 unit pada 2018. “Alhamdulillah di masa paceklik ini kami masih dipercaya oleh konsumen kami,” tutur Adrian, pekan lalu.
Direktur Pemasaran PT TAM, Anton Jimmi Suwandy, juga mencermati kenaikan penjualan kategori fleet atau armada. “Penjualan fleet ini naik dari 17 persen menjadi 22 persen tahun kemarin. Sebagian besar penjualan fleet ini adalah untuk model Toyota Avanza, Innova, dan Calya. Kami prediksi kenaikan akan terus terjadi bahkan hingga 30 persen,” ujar Anton.
Penjualan fleet ini adalah penjualan ke perusahaan-perusahaan, termasuk perusahaan taksi dan penyewaan mobil (rental), ditambah penjualan ke instansi pemerintah. “Ini belum termasuk penjualan taksi pribadi yang berbasis aplikasi,” imbuhnya.
Menurut Anton, ini sejalan dengan hasil survei yang dilakukan Toyota bahwa laju pergeseran penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan yang dipakai bersama (car sharing) di Indonesia termasuk yang paling besar di kawasan Asia Tenggara.
Strategi pertumbuhan
Menghadapi tahun 2020, Henry Tanoto mengatakan, Toyota akan mengikuti target yang ditetapkan Gaikindo, yakni tumbuh sebesar 3-5 persen. “Kami harapkan tahun ini situasinya membaik, karena tahun ini sudah tidak diwarnai ketegangan politik seperti tahun lalu,” katanya.
Salah satu strategi yang diterapkan untuk mendongkrak penjualan pada tahun ini adalah mendorong dealer-dealer di seluruh Indonesia untuk mengintensifkan acara uji kendara (test drive) bagi para calon konsumen. “Dari pengalaman kami di Jakarta, test drive ini mempercepat proses pengambilan keputusan oleh calon konsumen untuk membeli mobil. Itu sebabnya kami mendorong dealer untuk mengintensifkan acara test drive,”kata Anton.
Sementara bagi TMMIN, tantangan terbesar tahun ini adalah kelanjutan krisis ekonomi global yang dirasakan sangat menghambat laju pertumbuhan ekspor dari Indonesia. Selain itu juga ada hambatan berbagai skema non-tarif dari beberapa negara tujuan ekspor dan penurunan konsumsi mobil baru akibat melemahnya kondisi perekonomian di negara-negara maju.
“Dalam situasi seperti ini, mencari negara-negara baru tujuan ekspor menjadi sangat penting untuk mempertahankan performa ekspor. Adanya tambahan negara tujuan ekspor baru di kawasan Amerika Tengah, Mekong dan Afrika cukup membantu dalam mengompensasi penurunan volume di beberapa negara yang terdampak krisis dan negara yang menerapkan hambatan non-tarif,” papar Warih Andang Tjahjono.