Sensasi Listrik Murni BMW i3S
Memang sensasional. Itu kata yang tepat untuk menggambarkan uji kendara BMW i3S, mobil listrik murni dari pabrikan Bavaria itu. Selain unsur sensasi, juga ada kejutan.
Memang sensasional. Itu kata yang tepat untuk menggambarkan uji kendara BMW i3S, mobil listrik murni dari pabrikan Bavaria itu. Selain unsur sensasi, juga ada kejutan.
Kejutan karena saat melihat wujud asli BMW i3 di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show 2017 jujur saja tebersit keraguan. Walau berasal dari pabrikan yang terkenal dengan mobil-mobil premium nan seksi, entah mengapa desainer BMW memilih bentuk yang aneh dan tak lazim bagi i3.
Coba saja kita lihat desain eksterior umum i3 ini. Sedan bukan, hatchback bukan, small MPV bukan, small SUV pun bukan. BMW i3 mengikuti jejak mobil-mobil berteknologi listrik lainnya, yakni memiliki desain yang menyempal dari kelaziman mobil di zamannya.
Kita tentu masih ingat desain General Motors EV1 pada dekade 1990-an atau generasi pertama dan kedua Toyota Prius yang desainnya sama-sama bikin ”kagok”. Semua tak menjanjikan sebuah kenikmatan atau kebanggaan berkendara yang bisa memancing orang hijrah dari mobil bermesin konvensional ke mobil listrik.
Namun, saat melihat i3, kita jangan terpaku pada garis-garis siluetnya saja, tetapi pada konsep desain keseluruhannya. Menurut Alexander Kotouc, Head of Product Management BMW i, hampir seluruh aspek desain BMW i3 dirancang dengan satu tujuan, yakni ramah lingkungan.
Perhatikan ukuran bannya yang ganjil, berdiameter besar (ring 20), tetapi memiliki lebar tapak yang tipis (ukuran ban 175/55R20). Itu bertujuan mengurangi rolling resistance alias hambatan saat roda berputar di jalanan. Pada gilirannya ini akan berdampak pada efisiensi tenaga yang dibutuhkan untuk membuat mobil berjalan.
Ukuran yang kecil (panjang 4.006 milimeter, lebar 1.791 mm, dan tinggi 1.570 mm) jelas juga bermaksud menekan bobot mobil. Belum lagi pemilihan bahan plastik yang diperkuat serat karbon (carbon fiber reinforced plastic/CFRP) dan kerangka aluminium. Semuanya berorientasi pengurangan bobot.
Namun, ada lagi tujuan di balik itu, yakni persoalan daur ulang. BMW mengklaim, 95 persen dari sekujur tubuh i3 bisa didaur ulang. Belum lagi komitmen BMW untuk menerapkan proses ramah lingkungan ini sejak proses produksinya.
Semua produk BMW i, yakni i3 dan i8, diproduksi di pabrik khusus BMW i di Leipzig, Jerman, yang dirancang khusus untuk memaksimalkan faktor ramah lingkungan, termasuk sumber-sumber energinya dari sumber terbarukan, menerapkan daur ulang air, dan penanganan khusus pada limbah pabrik.
Baca juga: Agar Masa Depan Tetap Menyenangkan
Nuansa lega
Oke lah, semangat memberi sumbangsih pada lingkungan hidup pun bangkit saat mendengar itu semua. Maka, Kompas pun bersiap-siap masuk ke dalam mobil ini untuk segera merasakan berkendara dengannya.
Namun, lagi-lagi kita dipertemukan dengan desain yang tidak lazim. Jangan salah duga, kali ini Kompas berdecak kagum dengan desainer interior i3 yang berhasil memunculkan nuansa kelegaan dan keunikan di ruang kabin mobil yang tak bisa dikatakan lapang.
Penggunaan panel kayu asli pada pelapis dasbor dan tempat penyimpanan di bawah monitor utama membawa kehangatan tersendiri. Serasa berada di meja kerja pribadi di rumah.
Meski demikian, layar panel instrumen di balik roda kemudi bisa dibilang mengecewakan. Panel ini berbentuk kotak persegi sangat sederhana dengan layar berukuran tak sampai separuh lebar panelnya.
Baiklah, kita lupakan desain panel instrumen yang mirip mobil listrik buatan kampus itu. Kita tekan tombol start/stop dan segera masukkan tuas ”transmisi” ke posisi D untuk segera berjalan.
Di sinilah faktor kedua BMW i3s tadi muncul. Sensasi!
Awalnya sensasi di sini seperti wajarnya mobil listrik, meluncur tanpa suara dan tanpa emisi gas buang. Namun, yang membuat i3S warna merah ini istimewa adalah saat mobil kami bawa masuk ruas Tol Jakarta-Serpong dan gas kita injak lebih dalam.
Baca juga: Era Baru Pasar Mobil Listrik
Sungguh yang terjadi benar-benar di luar dugaan. Kami menyadari dari pengalaman menjajal sejumlah mobil berteknologi EV sebelumnya, torsi puncak bisa langsung dipetik saat injakan gas pertama. Namun, yang terjadi pada i3S ini benar-benar membuat terkejut!
Mobil sontak melesat ke depan dan badan terempas ke sandaran kursi. Benar-benar sebuah akselerasi mobil sport yang terasa. Dan itu saat mode berkendara masih berada di posisi Comfort alias mode standar.
Begitu tuas pemilih diposisikan ke mode Sport, akselerasi yang terjadi lebih menggila lagi. Bahkan, bisa dibilang lebih gahar dari akselerasi sedan-sedan BMW yang lebih dulu berkeliaran di jalanan Indonesia.
Begitu galaknya akselerasi i3S ini sehingga Kompas pada akhirnya lebih memilih mode yang lebih ”jinak”, yakni Eco Pro atau Eco Pro+ pada saat berjalan di tengah kepadatan lalu lintas Jakarta.
”BMW i3S, versi sport dari i3, akselerasinya begitu kencang sehingga memberi kenikmatan berkendara yang melimpah,” ujar Kotouc dalam wawancara khusus di Singapura, Juni 2017.
Usut punya usut, lembar spesifikasi kendaraan ini memang memaparkan angka-angka yang wajar untuk sensasi tersebut. BMW i3S, sebagai varian sport dari i3 standar, memang memiliki motor listrik bertenaga 184 HP dan menggelontorkan torsi puncak hingga 270 Nm. Ini kira-kira setara dengan BMW 320i bermesin 2.000 cc dengan TwinPower Turbo.
Hanya bedanya, pada mobil bermesin konvensional itu, torsi puncak baru bisa dikail saat mesin menyentuh putaran 1.300 rpm. Di i3S, torsi 270 Nm itu langsung nyata begitu pedal gas diinjak.
Ditambah bobot i3S yang hanya 1.340 kilogram (kg), akselerasi mobil pun semakin membuncah. BMW mengklaim, i3S bisa berakselerasi dari 0-100 km per jam hanya dalam waktu 6,9 detik. Sebagai perbandingan, BMW 320i terbaru butuh 7,2 detik untuk 0-100 km per jam.
Selain itu, BMW i3S juga dilengkapi sistem kemudi dan suspensi BMW Sport. Dengan per dan suspensi yang lebih ringan, stabilizer pada poros roda depan, dan sistem kemudi adaptif, pengendalian i3S terasa tajam dan presisi khas BMW.
Hilang sudah kesan ”cupu” yang awalnya terlihat dari desainnya. Mengendarai BMW i3S sungguh terasa menyenangkan dan sekali lagi BMW memenuhi janji di slogannya, ”Sheer Driving Pleasure”. Ditambah lagi perasaan terpuji karena semua sensasi itu dilakukan tanpa menambah emisi gas buang perusak atmosfer bumi.
Baca juga: Uji Kendara BMW i3 di Singapura: Melaju Senyap di Buona Vista
Sepenuhnya listrik
Berbeda dengan mobil-mobil berteknologi hybrid EV yang Kompas coba sebelumnya, BMW i3S ini sepenuhnya mengandalkan tenaga listrik dari baterai lithium-ion berkapasitas 42,2 kWh (120 Ah) yang disimpan di bawah lantai kabin. Dalam kondisi terisi penuh, listrik dalam baterai ini diklaim cukup untuk menempuh jarak sekitar 250 km.
Tentu saja total jarak tempuh ini dipengaruhi banyak faktor, seperti gaya mengemudi, karakteristik jalanan yang dilalui, kemacetan lalu lintas, suhu udara di luar mobil, hingga pilihan penggunaan penyejuk atau pemanas udara di dalam kabin.
Pemilihan mode berkendara pun langsung diterjemahkan pada perubahan sisa jarak tempuh yang ditampilkan di panel instrumen. Tentu saja mode Eco Pro dan Eco Pro+ menawarkan jarak tempuh terjauh dengan pengorbanan pada akselerasi dan suhu AC yang bisa dipilih.
Namun, dalam pengujian di dunia nyata ini, pemilihan suhu AC berkisar 23-25 derajat celsius pada mode Eco Sport sudah cukup nyaman untuk kondisi berkendara sehari-hari.
Meski demikian, masih ada keraguan untuk menguji mobil ini menempuh jarak terlalu jauh. Saat sisa baterai masih bisa menempuh jarak 140 km, yang artinya bisa menempuh Jakarta-Bogor pergi pulang, tetap perlu pertimbangan panjang.
Hal itu mengingat saat baterai mobil benar-benar habis, tak ada sarana yang bisa menambah jarak tempuh mobil, seperti mesin konvensional pada mobil-mobil hybrid.
Sementara pada kondisi infrastruktur saat ini, masih susah mencari fasilitas pengecasan publik yang bisa mengecas baterai mobil dalam waktu singkat.
Kapasitas baterai yang besar membuat pengecasan menggunakan travel charger bawaan mobil berlangsung sangat lama.
Saat Kompas mencoba mengecas di rumah, dengan setelan arus paling rendah, baterai belum penuh meski pengecasan sudah 16 jam. Itu dari posisi baterai 45 persen, alias belum kosong sama sekali.
Berbeda saat Kompas mengecas menggunakan sarana pengisian baterai berdaya 50 kW di kantor BPPT di kompleks Puspiptek Serpong. Di fasilitas pengecasan cepat ini, baterai terisi 100 persen dari posisi 65 persen hanya dalam waktu sekitar 1 jam.
Namun, sarana pengecasan cepat seperti di kantor BPPT ini masih sangat-sangat jarang. Kompas sempat menyambangi dua pusat perbelanjaan yang diberitakan sudah memiliki fasilitas pengecasan cepat mobil listrik, yakni di Mal Aeon di BSD City, Tangerang, dan mal Senayan City di Jakarta Pusat.
Namun, saat uji kendara ini dilakukan pada awal November 2019, sarana pengecasan mobil listrik di dua mal tersebut belum bisa dipakai. Di mal Aeon, pada mesinnya terpasang tanda bertuliskan ”Masih Dalam Tahap Penyempurnaan”.
Sementara di Senayan City hanya ada satu charger yang terletak di lokasi parkir valet di halaman depan mal. Untuk menggunakan charger ini, pengunjung dikenai tarif valet Rp 150.000 per mobil. Itu pun ternyata alatnya belum bisa digunakan.
Baca juga: Masa Depan adalah Sekarang
Saat Kompas kembali mengunjungi mal Aeon BSD City pada Minggu (5/1/2020), perangkat pengecas itu sudah bisa dinyalakan dan menurut petugas keamanan sudah bisa digunakan.
Sementara di Senayan City, Rabu (8/1/2020), menurut petugas parkir yang menjaga area parkir valet di halaman depan mal, sarana pengecas milik PLN itu belum bisa digunakan.
Akan tetapi, jangan khawatir, dengan jarak tempuh hingga 250 km, menggunakan BMW i3S di Jakarta dan sekitarnya sudah sangat aman dan nyaman. Cukup pastikan mobil selalu dicas bilamana memungkinkan, di rumah, di kantor, dan di mana pun pengecasan mungkin dilakukan.