Kolong jembatan yang biasanya kumuh disulap Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, menjadi taman cantik. Fasilitas umum tersebut asri dengan pepohonan.
Oleh
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
Kolong jembatan yang biasanya kumuh, bahkan ditempati gelandangan disulap Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, menjadi taman cantik. Fasilitas umum tersebut asri dengan pepohonan, sejumlah toilet yang memadai, bahkan arena sepeda berwarna-warni.
Ruang terbuka hijau itu bernama Taman Brantas. Di selatan taman tersebut, berdiri Jembatan Brawijaya yang megah. Bagian bawah jembatan dari beton itu bisa digunakan untuk berteduh. Bersih. Tak ada sampah terlihat. Jembatan Brawijaya membentang di atas Sungai Brantas.
Pengunjung bisa turun ke bantaran untuk menikmati panorama sungai itu asalkan tidak berenang. Jalan setapak dari bata beton menjadi jalur yang nyaman bagi warga untuk joging dan berjalan santai. Taman itu pula yang menjadi lokasi festival musik ternama pada akhir November lalu.
Pergelaran itu, Jazz Brantas 2019, menampilkan antara lain Idang Rasjidi, Calvin Jeremy, dan Yuri Mahatma. Jazz Brantas dimulai sekitar pukul 15.00. “Tak disangka, penonton masih berkerumun hingga acara tuntas tengah malam,” ujar Chevy Ning Suyudi, pencetus Jazz Brantas, Selasa (3/12/2019).
Jazz dipilih karena festival musik itu belum pernah disuguhkan di Kota Kediri. Jazz Brantas yang berlangsung tahunan juga digelar untuk menyematkan citra Kediri sebagai kota kreatif. Selama ini, Kediri telah bergerak sebagai kota jasa.
“Karakteristik kota kreatif didorong karena Kediri lahannya terbatas. Jadi, kami gelar festival yang bisa menarik warga kabupaten/kota, bahkan provinsi lain,” katanya. Skema menjadikan Kediri sebagai magnet para wisatawan dianggap paling praktis.
“Jazz itu santai. Musik yang cocok dimainkan di taman,” kata Chevy yang juga Kepala Bagian Umum Pemerintah Kota Kediri itu. Maka, tak perlu khawatir penonton terlalu ekspresif. Kapasitas Taman Brantas terbatas, dengan luas 2.054 meter persegi.
“Tercatat, 400 sepeda motor mengisi pelataran parkir. Selain itu, 900 sepeda digunakan pengunjung. Belum lagi, mobil yang diparkir tak jauh dari Taman Brantas,” katanya. Festival itu sekaligus digagas untuk menunjukkan keindahan Taman Brantas dan Jembatan Brawijaya.
Taman Brantas hanya sepetak dari banyak ruang terbuka hijau yang mengasyikkan di Kota Kediri. Fasilitas lain yang ternama, yakni Hutan Kota Joyoboyo dengan luas 2,6 hektar. Taman itu terasa nyaman dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Pada malam hari, suara tokek terdengar beberapa kali.
Masyarakat bisa menikmati suasana di jalan setapak yang dibuat lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Hutan Kota Joyoboyo juga menjadi wahana tahunan bagi desainer-desainer busana nasional berekspresi. Didiet Maulana, Priyo Oktaviano, dan Samira M Bafagih memamerkan kreasinya, Kamis (5/12/2019).
Sementara, Goa Selomangleng berfungsi sebagai pelengkap Kota Kediri agar kesenian tradisional pun tetap lestari. Pertunjukan “Majestic Panji Sekartaji” misalnya, digelar di goa yang berada di sebelah barat Kota Kediri itu, Minggu (20/10/2019).
Goa itu berada Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto. Berdasarkan informasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Kediri, Selomangleng di kaki Gunung Klotok itu digunakan Dewi Kilisuci (Sanggramawijaya Tunggadewi) untuk bertapa yang diperkirakan berlangsung pada abad 10 atau 11.
Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Airlangga dari Kerajaan Kahuripan. Selomangleng dilengkapi Museum Airlangga yang menampung 147 koleksi arkeologi dan etnografi. Museum seluas 6.670 meter persegi yang menyimpan peninggalan kejayaan Kerajaan Kediri itu berdiri sejak 1991 di Jalan Mastrip.
Berbeda dengan Taman Sekartaji. Di taman itu, para pelajar asyik menikmati jaringan internet gratis, mengobrol, atau belajar bersama. Taman dengan luas 6.255 meter persegi itu nyaman. Bangunan-bangunan dan bata yang dilengkapi stopkontak, toilet, dan mushala teduh dengan pepohonan rimbun.