Kesadaran menjaga lingkungan hidup merambah ke berbagai sektor, termasuk mode. Kini semakin banyak orang tertarik dengan konsep mode berkelanjutan karena tidak ingin menambah besar pembuangan sampah mode ke bumi.
Oleh
Soelastri Soekirno
·4 menit baca
Gerakan-gerakan untuk mengakomodasi komunitas mode berkelanjutan pun makin banyak. Dua di antaranya yang cukup aktif adalah Yayasan Setali Indonesia serta komunitas Zero Waste Indonesia.
Keduanya menggagas gerakan yang mengajak masyarakat bergaya hidup ramah lingkungan dengan membuang sampah mode sesedikit mungkin ke Bumi. Yayasan Setali Indonesia mendayagunakan baju yang kita miliki dengan cara menyumbangkan baju layak pakai untuk pihak lain, sedangkan Zero Waste mengadakan acara seperti #tukarbaju. Kedua acara digelar di Jakarta pada Desember 2019 .
Yayasan Setali Indonesia mengadakan bazar baju bertajuk Barang Lama Bersemi Kembali atau Kembang Gula pada 14-15 Desember 2019 di Wellspaces Kemang, Jakarta Selatan. Selain menggelar dagangan berupa baju baru, baju (bekas) layak pakai, dan baju yang diolah ulang (recycle), ada semacam diskusi antara pendiri Setali dan pengunjung, sukarelawan, serta pihak yang ikut bazar.
Meski belum diikuti banyak peserta, forum berbagi pengalaman dan pandangan soal mode berkelanjutan itu cukup menarik. Peserta bisa sekalian membawa baju yang mereka sumbangkan ke Setali dan langsung menyaksikan proses daur ulang baju oleh penjahit yang didatangkan khusus. Mereka bisa mengubah celana jins, misalnya, menjadi topi jins.
Tukar baju
Di tempat terpisah, Zero Waste bekerja sama dengan produsen baju Ease menggelar #tukarbaju di mal Plaza Indonesia, Jakarta, pada 13-22 Desember 2019. Program ini unik dan menguntungkan para penyumbang sehingga memunculkan minat amat besar dari masyarakat.
Caranya, warga boleh membeli baju baru produk Ease dengan harga diskon lebih dari 50 persen jika membawa baju celana atau bekas pakai (preloved) maupun pakaian baru ke toko Ease. Baju baru yang harga aslinya sekitar Rp 300.000 sampai Rp 1,4 juta bisa dibeli dengan harga Rp 129.000 per potong. Beberapa koleksi pakaian Ease terbuat dari bagian pohon yang diproses secara organik.
Baju bekas yang akan ditukar harus benar-benar layak pakai, tidak sobek, tidak berubah warna. Baju sumbangan warga akan diserahkan ke Zero Waste Indonesia yang nanti bakal menyumbangkannya kepada mereka yang membutuhkan. Meski boleh menukar baju bekas dengan baju baru, syaratnya ialah jumlah baju yang ditukar sama dengan baju yang disumbangkan.
”Program #tukarbaju bulan ini tak begitu ramai, tapi ada ratusan potong baju terjual. Di program sama pada Oktober lalu, saat kami bekerja sama dengan Setali Indonesia, lebih dari 1.000 potong baju terjual,” ujar Devina Santoso, Deputy Sales Manager Ease, 21 Desember 2019.
Peminat program itu terutama perempuan yang masih bekerja karena baju yang dijual cocok untuk bekerja. Salah satu peminat program #tukarbajua adalah Danik, karyawati perusahaan di Jakarta Pusat. Sejak setahun terakhir, ia sudah memakai baju dari bahan organik yang diolah secara organik pula.
”Aku memang sering beli baju di sini. Eh, ternyata ada program ini. Hari ini aku bawa satu baju baru yang belum sempat dipakai, he-he-he lalu aku tukar dengan blus,” tutur Danik yang ditemui pada 20 Desember 2019.
Selain menyukai baju dari bahan organik yang menurut dia lebih dingin di badan, ibu satu anak balita tersebut pendukung zero waste untuk baju. ”Penginnya, sih, ganti baju aku dengan baju dari bahan organik, tapi harganya lebih mahal daripada baju berbahan rayon atau poliester. Ya, nyicil deh satu-satu,” lanjutnya.
Meski program #tukarbaju sebenarnya untuk edukasi masyarakat, ada juga pembeli yang datang karena aji mumpung. Begitu ada program itu, dua hari berturut-turut, ia membawa sekitar 15 baju bekas untuk ditukar baju baru. ”Aku malah enggak tahu soal #tukarbaju, yang penting bisa beli barang bagus dengan harga murah,” kata Lia yang sibuk mencoba beberapa baju.
Dipermak dan dijual
Yayasan Setali Indonesia mempunyai program agak berbeda. Setali Indonesia menerima pakaian perempuan dan lelaki preloved yang disortir menjadi kategori reject, baik, dan prioritas. Barang kategori baik akan dijual di bazar Setali dengan harga murah.
Adapun barang kategori prioritas akan dijual di berbagai acara Setali yang diadakan dua hingga tiga bulan sekali. Di acara itu, pakaian dijual bersama barang-barang yang sudah dipermak, misalnya modelnya diubah, ditambah atau dibuat barang lain seperti topi.
Intan Anggita, co-founder Setali, menjelaskan, Setali tak hanya menerima pakaian, tetapi juga furnitur, sepatu, dan barang-barang bekas lain yang masih layak pakai. Orang yang ingin menyumbang bisa mengirimkan barang ke tempat penyimpanan Setali di Depok atau memasukkannya di drop box Setali di sejumlah lokasi di Jakarta. ”Kami bekerja sama dengan GoHive untuk menempatkan drop box di lima lokasi,” katanya.
Ia menjelaskan, sebenarnya Setali merupakan proyek dia dengan penyanyi Andien Aisyah. Setali sudah berdiri dua tahun lalu, tetapi baru menamai diri sebagai Setali sejak tiga bulan terakhir. Sebelumnya, organisasi itu dikenal dengan nama Sumbang.in, Salur, dan akhirnya Setali.
Intan juga menjelaskan, Setali berusaha agar sesedikit mungkin limbah tekstil masuk ke tanah. ”Kami sudah berjalan secara mandiri sebagai yayasan yang fokus pada fashion reasonable dan orang-orang bisa melihat bagaimana kami menahan supaya fashion waste tidak sampai ke tanah,” katanya.
Intan melihat kini makin banyak orang merambah dunia pakaian preloved. ”Alasannya banyak. Ada yang memang sudah sadar fashion sustainable, tidak ingin menjadi penyumbang sampah. Ada yang gaya mereka lebih ke vintage karena tidak ingin sama dengan orang lain. Ada yang karena faktor ekonomi juga,” ucapnya.