Memutar Waktu di Lembah Merapi
Tubuhnya mungil, tetapi punya kemampuan menjelajah yang mumpuni. Mengajaknya ke alam bebas menjadi uji ketangguhan sekaligus menikmati sebuah nostalgia.
Sosoknya khas. Tubuhnya mungil, tetapi punya kemampuan menjelajah yang mumpuni. Mengajaknya ke alam bebas menjadi uji ketangguhan sekaligus menikmati sebuah nostalgia.
Wajah dan tampilan keseluruhan yang begitu ikonik membuat para penggemar berat mobil ini rela mengantre untuk memiliki All New Suzuki Jimny ini. Dengan harga mulai Rp 340,5 juta (on the road, Jakarta) dan antrean panjang inden hingga tahun 2024 tidak menyurutkan keinginan konsumen untuk mendapatkannya.
Saking mengularnya antrean membeli All New Suzuki Jimny ini, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) harus menghentikan sementara waktu pemesanan mobil ini hingga pertengahan 2020.
Direktur Pemasaran Kendaraan Roda 4 PT SIS, Donny Saputra, mengakui, antrean panjang itu di luar ekspektasinya. Namun, pihaknya tetap melihat hal tersebut hal yang wajar karena produk ini memang memiliki kualitas dan kemampuan yang seimbang dengan harga jualnya. “Selain ikonik, mobil ini punya sejarah yang panjang dengan konsumen di Indonesia,” kata Donny
Romantisisme
Jadi, tidak heran jika orang rela mengantre sangat lama untuk mendapat mobil ikonik ini. Bahkan, tidak jarang ada konsumen yang rela membayar lebih untuk membawanya pulang. Ada kesenangan yang didapat ketika menjadi “pemilik awal” Jimny yang sedang ngetren ini. Apalagi mobil ini belum banyak beredar di jalan.
Donny bercerita, ada calon konsumen yang memesan mobil ini karena pernah memiliki Jimny generasi sebelumnya. Ada juga anak-anak muda yang memesan karena pernah memiliki memori dengan orang tuanya yang dulu punya Jimny. Ada juga yang ingin memilikinya karena “tampang ikonik” Jimny ini serta kemungilannya yang cocok untuk kawasan perkotaan.
Kita mulai dari desain wajahnya. Perpaduan antara gril bergaris vertikal dengan dua lampu utama yang berbentuk bulat di kanan kiri, serta lampu sein bulat warna kuning pada bagian sudut bonet, tetap dipertahankan seperti Jimny generasi pertama dan kedua.
Desain wajah depan ini mengingatkan pada desain wajah Jimny generasi kedua, yang beredar antara tahun 1980-an hingga akhir dekade 1990-an (versi berpenggerak dua roda lebih dikenal sebagai Suzuki Katana). Bodi yang cenderung mengotak dengan sudut-sudut tajam, adalah garis besar generasi ini.
Desain ini berbeda jauh dengan desain Jimny generasi ketiga yang cenderung menghilangkan sudut-sudut tajam. Desain yang berbeda ini membuat wajah Jimny tampak tidak tegas. Lembut.
Nostalgia tidak hanya tampak pada bagian eksterior. Gurat-gurat kabin Jimny generasi sebelumnya masih tampak di interior. Nuansa kotak dan garis tegas sangat terasa. Hal itu terlihat dari dua kotak yang berfungsi sebagai pengukur kecepatan dan putaran mesin yang ada di belakang kemudi.
Belum lagi pegangan tangan pada tutup laci yang benar-benar dipertahankan sejak Jimny generasi-generasi sebelumnya.
Hanya saja, tetap ada jejak teknologi abad ke-21 di layar Multi Information Display (MID), yang menunjukkan perhitungan tingkat keekonomisan penggunaan bahan bakar, sisa jarak tempuh, dan suhu udara serta indikator penggunaan penggerak empat roda (4x4).
Fungsional
Seperti pendahulu-pendahulunya juga, Jimny generasi keempat ini tak memiliki kabin yang luas. Dua penumpang di kabin depan masih leluasa memaju-mundurkan kursi mereka bila tidak ada penumpang atau barang bawaan yang banyak di kabin belakang.
Walau tak begitu lapang, kabin belakang masih cukup nyaman diduduki dua penumpang dewasa dengan tinggi sekitar 170-an centimeter. Bila kursi baris depan dan belakang diisi penumpang, barang bawaan berupa tas atau koper atau bahkan kereta bayi, memang butuh tempat penyimpanan ekstra, seperti penyimpanan di atap (roof-rack).
Namun, jika hanya untuk membawa barang tanpa membawa penumpang, kedua bangku belakang bisa dilipat dan Anda bisa mendapatkan bagasi berukuran sekitar 85 liter.
Untuk perjalanan jarak jauh, mungkin kondisi kabin yang sederhana dan cenderung kaku, ini, tidak terlalu menyenangkan. Untunglah, tim desainer Suzuki membuat semua tombol dan peranti yang ada menjadi sangat fungsional.
Peranti audio standar cukup untuk menemani perjalanan Kompas melewati Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah saat menuju ke Pakem di kawasan Gunung Merapi, Yogyakarta, untuk menghadiri Kenduri Raya Sewu (1000) Jip beberapa waktu lalu.
Gelombang pancar radio yang seringkali hilang ketika keluar dari suatu wilayah, bisa tertutup dengan koneksi Apple Car Play, membuat perjalanan menjadi tidak sepi.
Berjalan santai dengan kecepatan konstan sekitar 100 kilometer per jam, mobil dengan mesin berkapasitas 1.462 cc ini mengonsumsi BBM sekitar 14,5 kilometer (km) per liter. Sementara, bila pedal gas diinjak lebih dalam hingga 140-150 km per jam, konsumsi BBM menyusut menjadi berkisar 10,5-11 km per liter.
Secara keseluruhan, menempuh jarak 1.534,6 km antara Jakarta-Yogyakarta pergi-pulang dan kombinasi medan yang dilalui, mobil ini mengonsumsi BBM sekitar 11,5 km per liter. Semua berdasarkan indikator di MID.
Kembali ke habitat
Dengan bodi yang mungil, panjang hanya sekitar 3,645 meter dan lebar 1,645 meter, tidak salah jika sebagian pemilik yang tinggal di kota-kota besar menggunakan mobil ini hanya untuk berkeliling kota. Kemacetan dan lahan parkir yang semakin sempit, membuat mobil ini mudah untuk bermanuver.
Namun, sejatinya, bekal kemampuan untuk bertualang ke alam liar sudah disematkan di mobil ini. Sayang rasanya jika mobil dengan kemampuan offroad ini hanya untuk melintas di jalan beraspal.
Kemampuan sesungguhnya dibalik bonet dan mesin K15B, yang juga digunakan All New Suzuki Ertiga, adalah ketika berhadapan dengan jalanan tak rata, berlumpur, berbatu dengan tanjakan atau turunan curam.
Kemampuan seperti ini tidak hilang. Bahkan bisa dibilang, Suzuki Jimny tanpa kemampuan offroad yang mumpuni bukanlah Jimny yang sesungguhnya.
Setidaknya dua kali mencoba SUV mungil ini di dua medan yang berbeda, kemampuan offroad-nya tidak mengecewakan. Trek offroad di Pagedangan, Bumi Serpong Damai, dengan berbagai variasi hambatan, semuanya dapat dilibas dengan mudah. Teknologi 4x4 dengan fitur tambahan, seperti hill descent control dan hill-hold control, membantu pengemudi menaklukkan tanjakan atau turunan yang curam dengan kemiringan sekitar 30 derajat.
Trek yang berbeda dihadapi ketika berada di kawasan Kali Gendol, sisi timur kawasan Kaliadem, Merapi, yang mayoritas adalah lintasan berbatu. Teknologi AllGrip Pro 4WD yang disematkan, meski hanya berbekal ban standar, membuat mobil dengan mudah melewati lintasan berbatu dan licin. Ground clearance setinggi 210 milimeter juga sangat membantu melibas medan tidak rata seperti ini.
Ahmad Sobirin dan Heri Suyanto, dua pegiat Komunitas Jip Merapi sekaligus pemilik Suzuki Jimny generasi kedua, mengaku takjub dengan kemampuan Jimny baru ini. “Dengan perlengkapan yang standar, mobil ini mampu melewati trek di sini yang biasanya dilalui oleh mobil offroad yang spesifikasinya lebih tinggi,” kata Mamat.
Pun ketika melintasi kolam air di lokasi yang sering dijadikan tempat bermain anggota komunitas saat membawa turis Lava Tour Merapi. Di luar dugaan, meski air sempat naik ke pinggir tutup mesin, mesin tidak mengalami kendala.
Kalau mengingat Jimny generasi kedua, hal yang paling diingat salah satunya adalah guncangan yang sangat terasa ketika berada di jalanan yang tidak rata atau mungkin berbatu. Kini, dengan sistem suspensi baru, guncangan itu diminimalkan. Berada di dalam All New Jimny terasa lebih empuk.
Rasanya tidak salah jika calon pembeli rela mengantre lama untuk mendapatkan produk ini. Kualifikasi mobil petualangan baru dengan kemampuan offroad yang mumpuni ditambah dengan wajah ikonik yang segar, membuat Suzuki Jimny 2019 menjadi rebutan.