Bintaro Design District dengan tema ”Inclusivity” digelar dengan rangkaian pameran, studio terbuka, lokakarya, dan bazar, mencapai 113 kegiatan. 95 partisipan tidak hanya memanfaatkan bangunan, tetapi juga ruang publik.
Oleh
Dwi Bayu Radius
·2 menit baca
Kurator Bintaro Design District (BDD), Budi Pradono, di sela pembukaan wadah kreatif berbasis arsitektur dan desain itu, Kamis (28/11/2019), di Jakarta, mengatakan, inclusivity atau inklusivitas merupakan ajakan bagi peserta untuk merangkul masyarakat yang termarjinalkan.
”Melalui tema itu, kami ingin mengajak arsitektur dan desain untuk dibumikan. Menengok sekeliling di mana bertebaran berbagai masalah ruang yang tak terpikirkan,” katanya.
Oleh karena itu, karya-karya peserta antara lain dipamerkan di taman, warung, dan lapangan futsal. Aktivitas dalam ruang juga dilakukan, seperti di studio arsitek, rumah, dan kedai. Rangkaian kegiatan yang berlangsung hingga 7 Desember 2019 itu digagas sekaligus dikuratori Budi bersama Andra Matin, Danny Wicaksono, dan Hermawan Tanzil. Tahun ini, BDD diselenggarakan kedua kalinya.
Inklusivitas dipilih untuk memperhitungkan kemungkinan arsitektur dan desain menjadi pendekatan yang mampu memberikan solusi. ”Arsitektur dan desain ditengarai sebagai keterbukaan untuk menjalin komunikasi dan memecahkan berbagai keterbatasan,” ucap Budi.
Aktivitas BDD tersebar di Jakarta, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang. Para peserta antara lain Miles Production, Studiohiji, dan Universitas Pembangunan Jaya. Pameran yang digelar antara lain instalasi, arsip, dan maket. Pemutaran film turut memeriahkan BDD.
Beberapa workshop bahkan sudah diadakan sebelum BDD dimulai. Hela Rotane contohnya, diselenggarakan sejak 11 November 2019. Selain itu, pameran utama ”1 X 1” yang diikuti 16 peserta digelar di lokasi pembukaan BDD di kafe Kopimanyar, Jakarta.
Jumlah partisipan BDD tahun 2019 meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2018. Peningkatan itu menunjukkan semangat yang besar untuk mengikuti BDD. Tak hanya Jakarta, mereka juga berasal dari Bandung, Surabaya, Bali, bahkan Ceko. Partisipan adalah mereka yang terdaftar aktivasinya dalam BDD. Jika ditambah kolaborator yang bekerja sama dengan mereka, jumlahnya mencapai 160 peserta.
Adria Ricardo dan partnernya, Yurike Safanayong, dari Adriayurike Architect memajang ”Genang” berupa kolam. Menurut Adria, warna karya instalasi itu bisa berubah. ”Tergantung sudut pandang dan obyek yang jadi refleksinya. Daun, manusia, atau pohon. Bisa coklat, hijau, atau keemasan,” ucapnya.
Sementara Dion Pradipta bersama partnernya, Wilson Harkhono dari ONStudio Architect, mengatakan, karya mereka, ”Catalyst” yang dipajang di Discovery Park, Tangerang Selatan, dibuat interaktif. Pengunjung bisa bermain dengan memutar tuas untuk mengubah bentuk atap sesuai keinginannya.