Pendobrak Rutinitas
Para desainer ini tak mau terkungkung dalam rutinitas. Mereka berlari menghadirkan koleksi busana kekinian yang berani terlihat beda. Keberanian dan komitmen itulah yang menjadi keunggulan para desainer pendobrak rutinitas ini.
Panggung pergelaran busana Jakarta Fashion Week 2020 pada Sabtu (26/10/2019) disegarkan oleh koleksi dari para desainer yang bergabung dalam program Indonesia Fashion Forward, seperti ATS The Label, Cotton Ink Studio, Monday to Sunday, Day and Night, serta Lekat. Angin segar liburan berembus lewat koleksi Spring/Summer 2020 bertema Sail Away yang dibawakan Monday to Sunday.
Terinspirasi pelayaran musim panas ke kawasan Nordik, koleksi Monday to Sunday kental nuansa sejarah dan budaya kelautan negara-negara Eropa Timur dan Atlantik Utara itu. Sepintas koleksi busananya mirip seragam anak buah kapal dengan aksen pelaut yang menyenangkan dan modern. Para model pun berlenggak- lenggok dengan gaya jenaka dan mengundang tawa.
Agar nyaman dipakai, pendiri Label Monday to Sunday, Mellyun Xing dan Dita Addlecoat, banyak mengolah ragam katun, viscose, dan katun poly. Koleksinya didominasi motif garis-garis dan kotak-kotak. Motif garis ini juga sangat identik dengan nautical fashion. ”Kami menambahkan motif kotak-kotak juga untuk nuansa segar dan modern di sailor uniform yang klasik,” kata Mellyun.
Koleksi busana yang cenderung gombrang atau kedodoran ini menawan dengan tambahan detail kerutan atau ruffles. Aplikasi ruffles ini terutama dihadirkan untuk penambahan tekstur.
Selain detail ruffles, Monday to Sunday juga mengaplikasikan bordir buatan tangan untuk membentuk ragam ikon pelaut, seperti ship’s wheel, anchor, dan ring buoy. Ada pula aplikasi aksen pita dan detail ragam kerah ala pelaut.
Selain monokrom, Monday to Sunday mengusung ciri khasnya dalam permainan mix patterns dan motif dengan detail potongan yang ceria. ”Kami suka menonjolkan sesuatu berbeda tetapi tetap pantas dikenakan,” ujar Mellyun yang bersama Dita memulai Monday to Sunday sejak 2009.
Kain perca
Berawal dari program Indonesia Fashion Forward pada 2015, kali ini, Lekat menampilkan 16 koleksi untuk Spring Summer 2020. Lekat pun tampil berbeda dan melepas identitasnya yang selama ini identik dengan olahan tenun baduy. Jika biasanya tenun baduy menjadi suguhan utama, koleksi kali ini hadir dengan konsep yang sama sekali baru.
Ingin menampilkan sesuatu yang lebih segar, Lekat memilih permainan tambalan atau patchwork dari bahan potongan kain perca yang sudah pernah diproduksi. Bahan yang digunakan adalah reproduksi tekstil yang terbuang atau sisa dari salah satu pabrik tekstil di Indonesia.
”Kata lainnya upcycle. Lagi mau netralisir dulu, banyak banget yang pakai Baduy tiba-tiba. Emang beda banget dari koleksi sebelumnya,” kata Amanda I Lestari, Creative Director Lekat.
Inisiatif ini muncul ketika Amanda berkunjung ke sebuah pabrik tekstil dan menemukan kain sisa yang menumpuk. ”Biasanya sisaan atau sampel ini diapain? Ternyata didiamkan saja. Langsung berinisiatif memproduksi ulang dari bahan-bahan ini, terbayang ini baru satu tempat produksi yang saya datangi, belum lagi yang di daerah. Berjutaan kain menumpuk,” katanya.
Bahan sisa ternyata bisa tampil menawan dalam koleksi Lekat. Warna-warni yang hadir ceria dengan imbuhan permainan motif cetak atau print. Pengembangan polanya dilakukan bekerja sama dengan ilustrator Angela Judiyanto. Sebagian kecil dari koleksi ini masih memakai tenun baduy dalam porsi amat minimal. Koleksi Lekat pun akhirnya tampil lebih kasual dan simpel.
Kasual dan simpel juga menjadi kekuatan dari desainer lain, seperti ATS The Label, Cotton Ink Studio, serta Day and Night. Koleksi ATS The Label hadir dengan warna-warna yang tidak ramai dan potongan sederhana. Cotton Ink Studio menggandeng Rama Dauhan menghadirkan koleksi busana berwarna rona pucat dengan permainan draperi, sedangkan Day and Night bersetia dengan permainan warna hitam dan putih.
Desainer dari Indonesia Fashion Forward yang tampil di gelaran JFW pada Jumat (25/10) juga menghadirkan keunikan dan potongan tak biasa, seperti karya Desainer Toton Januariheri Nugroho yang tampil ekspresif. Ada 20 tampilan dari koleksi musim semi/panas 2020 yang ia buat. Koleksinya kali ini diberi judul ”Bunga Tidur” yang artinya ”mimpi”.
Ini bukan kali pertama Toton menggunakan teknik tabrak motif, warna, dan bentuk. Palet yang ia pilih berkisar di warna kalem, seperti kuning mentega, biru turquoise, krem, dan merah muda. Paduan warna-warna itu dipadu dengan tekstur busana beragam, menimbulkan dua kesan yang kontradiktif: ceria dan tenang.
Ia menciptakan sendiri motif signature untuk ”Bunga Tidur”, berupa bunga yang mekar di dahan pohon. Ada juga gambar unggas surealis dengan surai dan bulu pada ekornya menjuntai indah.
Toton juga tak segan membuat baju berpotongan tak biasa. Beberapa busana punya garis tepi bergelombang sehingga tercipta siluet mirip awan. Potongan ini ia terapkan pada atasan dan bawahan.
Pada salah satu tampilan, ada busana yang sekilas tampak seperti kebaya encim hasil dekonstruksi. Seluruh garis tepi di lengan, dada, dan pinggang dibuat dengan garis bergelombang rapi dan repetitif. Tak lupa Toton menambahkan detail bordir pada masing-masing tepi bergelombang itu.
Kebaya ini rupanya berfungsi sebagai luaran. Baju itu ia kombinasikan dengan gaun. Gaun-gaun itu ringan dengan bahan serupa organza yang ditumpuk-tumpuk. Untuk membuat ilusi dimensi, gaun dibuat dengan model tiered.
Pada peragaan busana kali ini, Toton berbagi panggung dengan Peggy Hartanto dan Anandia Putri, pendiri jenama I.K.Y.K. Anandia membahasakan impresinya terhadap perempuan Muslim Afrika yang ia temui. Ia banyak menggunakan warna cerah, misalnya hijau. Pemilihan warna itu sesuai kecenderungan orang Afrika. Hal ini menarik karena mencerminkan kekayaan budaya dan kulit yang eksotis.