Kaligrafi untuk Rumah Modern
Seni lukis huruf Arab yang ditorehkan dalam bentuk hiasan dinding telah lama menjadi salah satu unsur dekorasi rumah. Kini, seni lukis huruf Arab atau kaligrafi kufi yang merupakan kaligrafi Arab tertua marak ditemui sebagai alternatif penghias rumah bergaya modern.
Kaligrafi kufi—disebut juga khat kufi—bisa disebut sebagai sumber dari seluruh kaligrafi Arab. Nama kufi diambil dari tempat asalnya, yaitu Kufah, sebuah kota di Irak.
Ada sejumlah corak kaligrafi kufi. Hal ini karena pada zaman dulu, orang Arab kerap memperindah gaya kaligrafi kufi dengan menyisipkan unsur-unsur ornamen tertentu. Keindahan kaligrafi kufi kerap digunakan untuk menyalin ayat-ayat Al Quran yang kemudian ditampilkan di dinding istana atau masjid.
Dari beberapa corak kaligrafi kufi, salah satu yang tengah digemari adalah kaligrafi kufi musattar, yaitu kaligrafi yang tersusun dari garis lurus yang bertemu garis vertikal. Pertemuan garis itu membentuk sudut siku tegak lurus tanpa adanya putaran atau lengkungan. Apabila diperhatikan dengan saksama, kaligrafi ini menyerupai kotak-kotak labirin.
Salah satu pionir usaha pembuatan hiasan dinding berupa kaligrafi kufi adalah Kaligrafikufi yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Usaha rintisan yang hingga kini masih dikelola secara daring ini berdiri sejak 2015 dan tengah mempersiapkan galeri pertamanya di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.
Pemilik usaha Kaligrafikufi, Ubay Dillah (30), merintis usaha tersebut berbekal pengalamannya mengelola usaha percetakan. Setelah makin menyelami Islam, Ubay terpikat pada kaligrafi, khususnya kaligrafi kufi, dan berpikir untuk mengembangkannya sebagai bagian dari syiar, memperkenalkan kaligrafi kufi yang kala itu belum terlalu populer.
”Kaligrafi yang dijual di pasaran kebanyakan kaligrafi dengan khat dari Turki. Bagus, sih, cuma menurut saya, kalau untuk rumah-rumah modern, minimalis, agak kurang sesuai. Apalagi warnanya juga monoton, hanya emas atau perak, padahal rumah-rumah zaman sekarang memakai banyak warna, termasuk warna-warna pastel,” papar Ubay, beberapa waktu lalu.
Dari semula coba-coba dan hanya dipasarkan untuk lingkaran terdekat, produk-produk Kaligrafikufi mulai kerap dipesan orang meski respons awalnya tidak terlalu menggembirakan. ”Agak kurang diterima karena mungkin belum banyak yang paham. Mereka bertanya-tanya. Apa ini, kok, bentuknya kotak-kotak kayak labirin,” tambah Ubay.
Seiring waktu, respons konsumen semakin baik. Ini seiring dengan makin terpaparnya masyarakat pada kaligrafi kufi. Salah satunya dari masjid-masjid yang dirancang oleh Ridwan Kamil, banyak di antaranya dihiasi kaligrafi kufi.
Saat ini, setidaknya dalam satu minggu Kaligrafikufi menerima pesanan 20-35 buah dengan kisaran harga Rp 350.000-Rp 1,5 juta. Konsumennya merata, mulai kawasan Jakarta, khususnya Jakarta Selatan, Depok, luar kota seperti Surabaya dan Malang, hingga ke luar Jawa. Ada pula pesanan dari luar negeri, seperti Malaysia. Bulan Ramadhan selalu menjadi musim dengan permintaan paling tinggi.
Identitas
Menurut Ubay, proses pembuatan hiasan dinding kaligrafi kufi relatif sederhana. Tolok ukur desain biasanya mengacu pada panjang pendek ayat atau surat yang akan didesain. ”Kalau suratnya pendek, satu kaligrafi bisa hanya dengan satu surat. Kalau suratnya panjang, seperti Al Baqarah, satu kaligrafi paling satu ayat saja,” kata Ubay.
Proses desain dilakukan dengan menggunakan komputer. Pembuatan tidak bisa sembarangan karena ada aturan penulisan yang harus dipatuhi. Ubay dan timnya banyak belajar dari literatur tentang kaligrafi kufi dan belajar dari para ulama. ”Ada hukumnya. Bagaimana, misalnya, ada huruf di depan atau huruf di tengah. Harus tepat menulisnya."
Setelah desain beres, proses selanjutnya adalah tahap pewarnaan yang juga dilakukan lewat komputerisasi. Umumnya, konsumen memilih warna yang sesuai dengan nuansa warna rumah mereka. Pesanan disesuaikan dengan warna sofa atau warna kain gorden. Warna emas, perak, dan kayu yang natural banyak diminta, mengacu pada tren gaya Skandinavia yang banyak mengeksplorasi warna natural.
”Setelah itu pesanan dicetak dengan menggunakan bahan poster,” ujar Ubay. Ia butuh proses sampai akhirnya menemukan bahan yang tepat agar warna tidak mudah pudar jika terkena matahari atau lembab. Begitu pula dengan pemilihan tinta.
Kaligrafikufi juga melayani permintaan khusus. Sejumlah konsumen bisa meminta bahan lain berupa kanvas dan memilih menggunakan frame atau tidak. Yang jelas, kaligrafi tidak dilapisi kaca karena sangat berisiko saat pengiriman.
Produk-produk Kaligrafikufi sejauh ini sengaja dibuat dalam ukuran besar, standar 100 cm x 150 cm dan maksimal 240 cm x 120 cm. Itu karena Ubay ingin Kaligrafikufi menjadi titik pandang di rumah-rumah pemiliknya. Menjadi identitas bagi pemilik rumah.
Variasinya, selain berupa ayat atau surat Al Quran, ada juga kaligrafi yang disertai dengan artinya dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa Inggris. Latar belakangnya juga bisa beragam warna atau bervariasi dengan hiasan bunga-bunga.
Saat ini Ubay tengah menjajaki kemungkinan membuka galeri di kawasan Bintaro. Pilihan jatuh di kawasan itu karena selama ini konsumen Kaligrafikufi didominasi pesanan dari Bintaro.
Di galeri tersebut, Ubay tidak ingin sekadar menyediakan hiasan dinding berupa kaligrafi kufi saja, tetapi juga menyediakan produk-produk lain yang masih menggunakan kaligrafi kufi, misalnya kaus, topi, dan casing telepon seluler.
”Yang penting yang tertera di barang-barang itu bukan ayat atau surat Al Quran. Asal hanya berupa kata-kata indah, seperti peribahasa Arab atau kata-kata mutiara, tidak menyalahi aturan,” terang Ubay.
Ubay juga berencana membuka sistem kemitraan. Tidak semata memperbesar pasar, tetapi lebih sebagai bentuk memperluas syiar tentang kaligrafi kufi.
Selain Kaligrafikufi, karya-karya kaligrafi kufi juga ditawarkan oleh banyak akun di media sosial. Beberapa ada yang mirip. Di antaranya Medina Art & Decoration, Insign Kufi, Kufiq Kaligrafi, dan masih banyak lagi.
(Dwi As Setianingsih)