Batik semakin meluas penggunanya. Kedutaan Besar Swiss mempererat hubungan dengan Indonesia menggelar kompetisi desain batik.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kedutaan Besar Swiss dan Ikatan Pencinta Batik Nusantara bekerja sama dengan mengadakan kompetisi desain batik swiss. Selain untuk menguatkan hubungan diplomatik di bidang seni dan budaya, kegiatan ini sekaligus menjadi peringatan atas Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober.
Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kunz mengatakan, ini merupakan bentuk apresiasi Swiss terhadap batik yang menyimpan kekayaan historis. Kegiatan ini dibuat sekaligus untuk merekatkan hubungan diplomatik antara Swiss dan Indonesia. “Kami belajar banyak soal kebudayaan melalui batik. Batik dengan motif Swiss yang ditampilkan pun menunjukkan bahwa kombinasi bisa jadi indah,” kata Kuntz di Jakarta, Selasa (1/10/2019) malam.
Ada 150 desain batik yang diterima panitia penyelenggara Kompetisi Desain Batik Swiss 2019. Dari jumlah itu, dipilih 10 desain terbaik yang dibuat pembatik dari berbagai daerah, antara lain Yogyakarta, Surakarta, Jakarta, dan Surabaya. Batik dinilai berdasarkan aspek kreativitas, teknis, dan kombinasi elemen Indonesia-Swiss. Ada tujuh juri dari beragam latar belakang yang terlibat dalam proses penilaian. Beberapa di antara mereka merupakan desainer dan pemerhati batik.
Kompetisi ini terbuka untuk umum dan dimulai sejak Mei 2019. Batik-batik yang terpilih pun dibuat menjadi baju siap pakai oleh desainer Rizki Triana dan Nadia Juliana. Selain memperkuat hubungan Indonesia-Swiss, kompetisi ini juga bertujuan untuk merayakan Hari Batik Nasional.
Batik ditetapkan sebagai warisan budaya nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Hari itu lalu ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional yang pertama. Indonesia merayakan hari tersebut yang ke-10 tahun ini. “Saya selalu terkesan dengan dedikasi dalam selembar kain batik. Sebab, perlu banyak latihan dan semangat untuk membatik. Ini seperti tanda tangan dari sejarah Indonesia,” kata Kuntz.
Pada kesempatan yang sama, Inisiator Ikatan Pencinta Batik Nusantara (IPBN) Sapta Nirwandar mengatakan, kebudayaan Swiss bisa dicerminkan dalam batik Indonesia. Ini bisa dilakukan dengan membuat motif yang diadaptasi dari elemen khas Swiss, misalnya Gunung Alpen, lambang palang pada bendera Swiss, hingga sapi yang jadi ternak andalan Swiss.
Juara pertama kompetisi, Satya Wiragraha (47), menampilkan batik yang ia beri judul Swiss in Harmony. Ia menampilkan motif yang terinspirasi dari alam Swiss, kereta trem, hingga suasana Kota Bern. Ia mengombinasikan motif tersebut dengan kain ringan berwarna turquoise.
“Saya mendesain motif itu selama 1-2 minggu. Sebelum itu, saya belum tahu banyak soal Swiss sehingga harus browsing (riset di internet) lebih dulu. Saya pilih warna biru untuk batik saya agar kesan yang muncul ketika mengingat Swiss adalah alamnya yang sejuk,” kata Satya yang seorang pengusaha batik dari Yogyakarta.
Sementara itu, ketua dewan juri kompetisi Michael Cottier mengatakan, belum ada rencana batik-batik ini akan dipasarkan di Swiss. Namun, ia dan tim mengupayakan agar busana dari batik tersebut bisa sesuai dengan selera masyarakat Swiss.