Cermati Lima Hal Penting pada Ban Kendaraan demi Keselamatan
Kecelakaan maut yang dipicu ban pecah kembali terjadi pekan lalu. Tiga orang tewas dan enam orang luka-luka akibat ban belakang mobil Suzuki APV nomor polisi F 1196 DH pecah di Tol Jagorawi Kilometer 36+600, di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/9/2019) pukul 08.20 WIB.
Kepala Departemen Komunikasi Korporat PT Jasa Marga (Persero) Irra Susiyanti menyampaikan, pecahnya ban mobil itu membuat laju kendaraan menjadi tidak stabil. Mobil pun seketika terguling (Kompas, 15/09/2019).
Seusai peristiwa ini, berbagai media pun kembali ramai membicarakan tentang pentingnya mengetahui dan merawat kondisi ban kendaraan. Pengetahuan akan pentingnya perawatan ban ini memang perlu diulang terus-menerus agar masyarat tak pernah lalai memperhatikan ban kendaraan masing-masing sebelum melakukan perjalanan.
Jusri Pulubuhu, instruktur senior keselamatan berkendara dari Jakarta Defensive Driving Consulting, mengingatkan dua langkah penting yang perlu dijalankan setiap pengemudi terkait kondisi ban. ”Langkah pertama adalah preventif, selalu pastikan ban dalam keadaan sehat dan terawat. Yang kedua adalah antisipatif saat berkendara, jangan membawa beban berlebihan (overload), jangan melakukan manuver-manuver kasar seperti gas dan rem mendadak, dan kuasai teknik defensive driving untuk mengeliminir peluang kerusakan ban,” papar Jusri.
Senada dengan itu, Ari Budi Winarno, Quality Management Manager PT Bridgestone Tire Indonesia, menggarisbawahi lima hal penting yang perlu dicermati terkait kondisi ban untuk mencegah hal-hal berbahaya, macam ban pecah. Lima hal tersebut adalah sebagai berikut:
Keausan ban
Ini adalah hal paling mendasar dalam melihat kondisi kesehatan ban. Ban yang aus tak boleh lagi digunakan. Jangan menunggu ban benar-benar gundul untuk membuktikan ban sudah aus karena, meski dalam kondisi sekilas masih terdapat alur-alur yang bagus, ban kemungkinan sudah aus.
Menurut Ari, setiap ban dilengkapi dengan indikator keausan yang dinamakan tread wear indicator (TWI). TWI ini berbentuk seperti gundukan kecil yang melintang di dasar cekungan alur-alur ban. Dalam satu ban, ada enam TWI ditempatkan di sekeliling ban, yang biasanya ditunjukkan dengan tanda segitiga kecil di dinding ban (sidewall).
Saat ketinggian telapak ban sudah sama dengan TWI, tandanya ban sudah aus dan sudah saatnya diganti. ”Kedalaman alur ban minimal 1,6 milimeter sesuai ketinggian TWI. Jika sudah melewati TWI, ban akan makin tipis dan performanya menurun, jarak pengereman menurun, mudah terkena benda tajam dan makin mudah pecah,” tutur Ari.
Ari juga memperingatkan untuk tidak memperdalam alur-alur ban yang sudah aus dengan cara menyilet ban dengan alat penyayat khusus. Hal ini sering dilakukan beberapa oknum pemilik bengkel ban pinggir jalan. ”Memperdalam alur ban dengan cara menyilet itu tindakan berbahaya. Karena saat diperdalam 1,6 milimeter dari dasar alur aslinya, bisa-bisa silet itu mengenai struktur bagian dalam ban. Air bisa masuk dan membuat steel belt pada struktur ban berkarat, ini sangat rentan pecah,” paparnya.
Tekanan ban
Hal kedua yang wajib dicermati adalah tekanan udara dalam ban. Biasakan untuk memeriksa kondisi tekanan udara di ban secara rutin, misalnya setiap 2 minggu sekali. Pemeriksaan bisa dilakukan di tempat-tempat tambal ban, bengkel ban, atau pengisian gas nitrogen untuk ban yang kini banyak dijumpai di SPBU-SPBU. Atau bisa juga dicek sendiri menggunakan alat pengukur tekanan ban yang bisa dibeli di toko-toko aksesori mobil.
Ari mengatakan, ada salah kaprah yang dipercayai sebagian masyarakat bahwa semakin besar tekanan ban akan membuat ban makin awet. Padahal, ”Tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah sama-sama akan menimbulkan masalah pada ban,” ujarnya.
Secara khusus, Ari menyoroti bahaya ban yang tekanan anginnya terlalu rendah. Saat tekanan terlalu rendah, beban yang ditanggung ban akan bertumpu pada dinding samping alias sidewall. Padahal bagian ini adalah bagian terlemah pada ban.
”Karena tekanan rendah, dinding ban akan mengalami defleksi berlebih dan akan menyebabkan panas. Karena panas ini, benang-benang polyester penyusun struktur dinding ban akan terlepas atau terjadi separation dengan karet ban. Saat ini terjadi, ban bisa pecah. Yang sering terjadi seperti itu,” tutur Ari menjelaskan.
Hal ini dibenarkan Jusri Pulubuhu. Menurut dia, penyebab utama ban pecah di jalan karena tekanan ban yang kurang. ”Defleksi berlebihan pada dinding ban membuat ban paling rawan pecah. Benang-benang struktur ban bisa mengalami fatigue,” papar Jusri.
Sementara tekanan terlalu tinggi juga berbahaya karena ban akan makin menggelembung seperti balon dan luas area kontak ban dengan jalan akan makin kecil. ”Daya cengkeram ban terhadap permukaan jalan pun mengecil. Saat traksi berkurang, mobil pun bisa selip. Saat belok juga akan mudah selip, bisa oversteer atau understeer. Mobil bisa kecelakaan,” kata Ari.
Selalu isi tekanan udara pada ban sesuai petunjuk yang tertera di setiap mobil. Biasanya petunjuk ini ada di dinding pintu di dekat kursi pengemudi.
Ari mengakui, tekanan ban bisa berkurang di perjalanan saat ban menginjak obyek, seperti paku. Jika ini terjadi, biasanya mobil akan terasa oleng karena salah satu ban berkurang tekanannya. Segera berhentikan mobil dan ganti ban dengan ban cadangan.
Atau saat perjalanan panjang, biasakan untuk berhenti sejenak secara berkala, misalnya di area istirahat di jalan tol. Sembari beristirahat, cermati dan periksa tekanan setiap ban.
Kondisi fisik ban
Selanjutnya selalu periksa kondisi fisik ban pada kendaraan kita. Menurut Ari, selalu waspadai jika terlihat benjol atau bunting pada bagian dinding ban. ”Benjolan pada bagian ini adalah indikasi ada masalah pada struktur ban,” katanya.
Menurut dia, benjolan ini bisa muncul karena berbagai penyebab. Kebanyakan benjolan ini muncul karena ban menghajar lubang atau trotoar. ”Impact pada dinding ban bisa menyebabkan benang-benang pada struktur ban rusak atau putus sehingga ban benjol. Ini sangat berbahaya karena kekuatan ban ada pada benang-benang ini yang menjadi tulang bagi ban,” papar Ari.
Tidak ada cara untuk memperbaiki ban yang benjol. Lebih baik segera ganti ban Anda jika terlihat benjolan pada ban karena bahaya besar mengintai di baliknya.
Terkait kondisi fisik ban, Jusri menambahkan untuk memperhatikan kebersihan ban dari obyek-obyek pengganggu. ”Kerikil yang terselip di alur ban, misalnya, jika terlalu lama dibiarkan di situ juga bisa merusak struktur ban. Selalu jaga kebersihan ban,” tuturnya.
Beban ban
Hal keempat yang perlu dicermati adalah beban yang harus ditanggung ban. Ari menyebut setiap ban memiliki batas kemampuan untuk menanggung beban. Itu sebabnya muatan mobil perlu dicermati jangan sampai overload. ”Mobil yang seharusnya diisi 7 orang, jangan diisi 10 orang, misalnya,” ucapnya.
Batas beban yang bisa ditanggung ban bisa dilihat dari indikator indeks beban (load index) yang tertera di dinding ban. ”Ban untuk mobil-mobil MPV dengan load index 95, beban maksimal yang bisa ditanggung setiap ban sekitar 690 kilogram. Kalau untuk MPV kecil dengan load index 88, hanya bisa menopang beban 560 kg per ban. Tinggal dikalikan jumlah ban pada kendaraan,” urai Ari.
Rotasi ban
Ari mengatakan, hal kelima yang perlu dilakukan para pemilik mobil adalah secara rutin melakukan rotasi ban. Hal ini untuk menghindari terjadinya aus yang tidak merata pada ban.
”Kadang-kadang, karena alignment roda, aus di setiap ban tidak sama. Itu sebabnya perlu dirotasi agar semua ban bisa aus secara merata. Rotasi ban dianjurkan setiap 10.000 km sekali,” katanya.