Semarak Bursa Koleksi
Seiring tumbuhnya generasi kolektor yang lebih muda, bursa benda seni dan berharga di Indonesia pun kian marak. Karya para seniman kelas dunia tak luput dihadirkan dalam berbagai pameranuntuk menarik minat mereka.
Seperti yang ditampilkan oleh balai lelang Phillips saat perhelatan Art Jakarta, 30 Agustus-1 September 2019 di Jakarta. Karya seni rupa kontemporer dari abad ke-20 bersanding dengan perhiasan dan jam mewah, dipilih agar relevan dengan keinginan para kolektor tersebut.
”Ini merupakan keikutsertaan pertama Phillips dalam Art Jakarta setelah kami sukses dalam keikutsertaan pada pameran seni lainnya di Jakarta. Kami menilai semakin banyak kolektor yang berminat pada presentasi kami,” ujar Sandy Ma, International Specialist, 20th Century & Contemporary Art Phillips.
Balai lelang yang berusia lebih dari 200 tahun ini mulai mengincar kawasan Asia, termasuk Asia Tenggara, sebagai pasar potensial bagi karya-karya seni dunia. Sepanjang pengalamannya mengikuti pameran Phillips di banyak negara, Sandy banyak menemui kolektor asal Indonesia, baik yang sudah lama maupun yang masih baru.
”Mereka mendapatkan informasi dari tangan pertama dari berbagai pameran, bienial, juga acara-acara lelang. Maka, kami mengurasi betul apa yang kami presentasikan di sini,” lanjut Sandy.
Untuk kategori karya seni kontemporer dan abad ke-20, Phillips menampilkan karya seniman Kaws, Yoshimoto Nara, Jia Aili, Takashi Murakami, Damien Hirst, Jeff Koons, Madsaki, Richard Lin, Aya Takano, dan Bianca Nemelc yang banyak ditampilkan di berbagai galeri di seluruh dunia.
Kaws merupakan nama beken seniman dan desainer Amerika Serikat, Brian Donnelly. Karyanya berupa lukisan dan patung yang mengetengahkan karakter dan motif figuratif yang terus berulang, beberapa di antaranya berasal dari masa awal berkarya tahun 1990-an.
Dalam Art Jakarta, Phillips membawa lukisan berjudul ”Untitled” (SM15) dengan media akrilik pada kanvas berdimensi 41 x 41 sentimeter (cm) buatan tahun 2000. Lukisan berlatar hitam itu menyertakan salah satu kekhasan karyanya, berupa dua tanda silang.
Karya Kaws lainnya berupa boneka dari kayu dengan kepala menyerupai permen berjudul ”Companion” (Karimoku) buatan tahun 2011. Mata boneka kayu tersebut juga berupa dua tanda silang. Ada pula satu set silkscreen prints berisi tiga lukisan berjudul ”Lost Time”, ”Alone Again”, dan ”Far Down” dengan permainan bentuk dan warna cerah.
Phillips memamerkan dua karya perupa Jepang, Yoshimoto Nara, yang berciri khas gadis kecil dengan raut muka manis yang sinis. Gadis itu muncul dalam gambar pensil di atas amplop berjudul ”Untitled” (2001) dan patung berbahan poly stone, akrilik, pensil warna, dan media campuran berjudul ”Hand Searching” (2017). Patung itu memperlihatkan si gadis berbaju biru mengangkat satu lengan yang tidak kelihatan tangannya.
Seri ”Balloon Dogs” karya perupa Jeff Koons juga ditampilkan dalam Art Jakarta 2019. Ada tiga warna yang dipamerkan, yakni biru, merah, dan kuning, bagian dari edisi porselen dalam lapisan metalik buatan tahun 2002 dengan diameter 25,9 cm.
Koons membuat seri ”Balloon Dogs” berukuran raksasa, yakni 3,07 x 3,63 x 1,14 meter dengan lima warna, yakni biru, magenta, oranye, kuning, dan merah. Materialnya berupa baja tahan karat berlapis kaca dengan sentuhan lapisan tembus cahaya. Bentuknya mirip balon-balon binatang dalam pesta ulang tahun anak-anak.
”Balloon Dogs” oranye menorehkan rekor dunia lelang karya seni. Dalam Post-War and Contemporary Art Evening Sale yang digelar balai lelang Christie’s di New York pada November 2013, karya tersebut terjual 58,4 juta dollar AS (sekitar Rp 826,2 miliar), menjadi karya seni oleh seniman yang masih hidup termahal yang terjual dalam lelang.
Nuansa kekinian yang ditampilkan dalam karya-karya seni kontemporer itu bisa diterima kolektor dan pencinta seni berusia muda. Tidak hanya unik, karya para perupa itu juga cenderung playful, jenaka, sehingga cocok dengan selera modern para kolektor.
Permata dan arloji
Jonathan Crockett, Deputy Chairman and Head of 20th Century and Contemporary Art Phillips, dalam siaran pers terkait Art Jakarta, menyebutkan, bursa koleksi di Indonesia tumbuh dengan cepat. ”Pendekatan kami dengan mengombinasikan presentasi karya seni, perhiasan, dan arloji, dengan fokus pada gaya abad ke-20 dan ke-21, beresonansi kuat dengan komunitas koleksi yang kian berkembang di Indonesia,” katanya.
Untuk kategori perhiasan, Phillips memamerkan perhiasan mewah bertatahkan batu permata. Kalung, cincin, gelang, dan anting-anting dengan desain yang anggun berkilauan di bawah cahaya lampu.
Di antaranya yang paling memukau adalah seuntai kalung dengan hiasan berlian dan 40 rubi burma dengan berat total 54,18 karat. Rubi berukuran besar juga tampak bertengger anggun dikelilingi berlian dalam sebuah cincin.
Sebuah emerald kolombia berbentuk persegi seberat 23 karat dalam cincin berlian bersanding di samping rubi burma, seakan bersaing menarik perhatian pengunjung. Begitu pun sebongkah berlian berbentuk pir seberat 10 karat, D color atau tingkatan warna D yang mengindikasikan berlian itu paling bening (tanpa warna), tak ketinggalan menyemarakkan perhiasan dan batu permata yang dipamerkan.
Untuk kategori arloji mewah, Phillips memamerkan koleksi Patek Philippe, A Lange & Sohne, serta Rolex. Menurut Sandy, arloji Phillips memimpin bursa arloji mewah, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Antara lain ada Patek Philippe nomor referensi 130 berbahan baja tahan karat, buatan tahun 1940. Arloji kronograf ini termasuk arloji yang indah, langka, dan menarik. Begitu juga dengan koleksi A Lange & Sohne, Richard Lange edisi terbatas yang berbahan platinum. Untuk Rolex, dipamerkan, salah satunya, arloji referensi 116500 dalam bahan baja tahan karat yang terhitung langka.
Sandy yakin, melalui Art Jakarta, para kolektor yang sudah lama dan juga yang masih baru akan semakin tertarik untuk menambah koleksi mereka.