Pertaruhan Baru Samsung di Galaxy A80 lewat Kamera Putar dan Blackpink
”Pertaruhan” adalah kata yang tepat untuk menggambarkan seri Galaxy A80 yang diperkenalkan untuk pasar Indonesia pada pertengahan Juli 2019. Ponsel ini menjadi perintis untuk teknologi kamera putar sekaligus kolaborasi dengan Blackpink.
Oleh
Didit Putra Erlangga Rahardjo
·6 menit baca
”Pertaruhan” adalah kata yang tepat untuk menggambarkan seri Galaxy A80 yang diperkenalkan untuk pasar Indonesia pada pertengahan Juli 2019. Ponsel ini menjadi perintis untuk teknologi kamera putar sekaligus kolaborasi dengan merek global lainnya, yakni Blackpink.
Terlampau dini untuk mengatakan hasilnya seperti apa. Namun, inisiatif ini merupakan bagian dari strategi Samsung untuk menyambut generasi Z yang lahir setelah generasi milenial sebagai kantong konsumen mereka yang baru. Satu dekade selanjutnya, generasi Z diprediksi mewakili 40 persen dari permintaan ponsel dunia.
Sepuluh hari setelah diperkenalkan untuk pasar Indonesia, Samsung menunjukkan Galaxy A80 edisi khusus kolaborasi dengan grup Blackpink. Tidak ada perbedaan dari sisi perangkat keras kecuali desain yang didominasi warna hitam dan merah muda metalik. Di tampilan antarmuka ada tema khusus menampilkan empat personelnya, yakni Jennie, Lisa, Rose, dan Jisoo.
Paket penjualan khusus itu ditawarkan dengan harga Rp 15 juta dan bisa dipesan mulai tanggal 1 Agustus untuk kemudian diterima pada akhir Agustus. Jumlahnya terbatas, hanya 500 unit untuk pasar Indonesia dari keseluruhan 3.000 unit untuk pasar Asia Tenggara.
”Kuota paling besar untuk Thailand, mengantisipasi minat yang lebih tinggi karena salah satu personelnya berasal dari sana,” ujar Senior Product Marketing Manager IT & Mobile Samsung Indonesia Selvia Gofar di Jakarta, Senin (29/7/2019).
Paket terbatas itu juga disertai dua produk perangkat pintar Samsung lainnya, yakni penyuara telinga, Galaxy Buds, dan jam tangan pintar Galaxy Watch Active, lengkap dengan corak warna merah muda seperti ciri khas Blackpink. Jika dibandingkan dengan seri normal yang diperkenalkan tanggal 17 Juli lalu, Galaxy A80 reguler tanpa imbuhan perangkat-perangkat tadi dihargai Rp 9,5 juta.
Andalan
Menurut Selvia, penanganan istimewa yang diberikan untuk seri Galaxy A80 tidak lain adalah statusnya sebagai flagship (unggulan) di seri A. Galaxy A yang selama ini mengincar segmen menengah ke atas dan anak muda berada di lapis nomor dua setelah seri flagship Galaxy S dan Galaxy Note.
Pertanyaan yang menarik adalah seberapa serius Samsung memanfaatkan Blink atau basis penggemar Blackpink mengingat jumlahnya bisa mencapai ribuan hingga puluhan ribu orang. Estimasi bisa didapatkan dari jumlah akun media sosial yang mendaftar ke akun penggemar resmi baik di Instagram maupun Facebook.
Jika dibandingkan dengan merek seperti Oppo, Samsung masih kalah ”jam terbang” dalam hal edisi kolaborasi. Oppo sudah merintis edisi khusus dengan menggandeng selebritas Tanah Air, seperti Raisa dan Reza Rahadian, belum termasuk edisi khusus seperti pemutaran film Avengers: Endgame, dan menggandeng Barcelona FC. Dan semuanya dilepas beberapa bulan setelah peluncuran produk utama dengan harapan bisa memperpanjang penyebutan nama di tingkat konsumen.
Selvia menerangkan, kerja sama dengan Blackpink dilakukan karena pemilihan kuartet tersebut sebagai duta yang dianggap mewakili generasi Z yang juga disebut generasi live atau suka membuat konten siaran langsung.
Tidak sama
Satu hal yang paling menarik untuk dibicarakan dari Galaxy A80 adalah teknologi kamera putarnya. Ini adalah pertama kali Samsung memperkenalkan ponsel dengan modul kamera berisi tiga sensor kamera terangkat lantas berputar menghadap ke depan.
Dengan demikian, pengguna mendapatkan kualitas yang sama dari gambar yang diambil dari depan atau gaya swafoto, layaknya diambil dari kamera utama. Manfaat lain, modul kamera ini memungkinkan Samsung untuk memastikan bagian depan ponsel bisa diisi oleh layar ponsel tanpa harus menyisakan bagian untuk kamera depan.
Modul kamera Galaxy A80 mewakili kebutuhan fotografi ataupun videografi dari ponsel zaman ini, mulai dari lensa lebar hingga sensor kedalaman untuk menciptakan ruang tajam. Samsung menyisipkan fitur Super Steady untuk meredam guncangan gambar saat mengambil video bantuan tangan.
Sayangnya, Galaxy A80 sudah menunjukkan kendala berupa tidak samanya fitur kamera saat menghadap depan dengan menghadap belakang. Beberapa moda kamera absen saat kamera dipakai dalam posisi swafoto, seperti gerakan lambat serta superlambat. Termasuk lensa lebar yang tidak bisa dipakai untuk mengambil video.
Penjelasan yang muncul adalah kendala pada perangkat lunak. Teknisi di Samsung harus membuat aplikasi kamera untuk ponsel Galaxy A80 yang memiliki kamera putar yang menggabungkan kerja perangkat lunak dengan motor untuk memutar kamera.
Solusi yang ada tinggal menunggu. Menunggu ada pembaruan perangkat lunak yang memungkinkan fitur baru atau perbaikan pada kamera Galaxy A80.
Kompetisi
Pekerjaan rumah yang ada bagi Samsung adalah mengedukasi konsumen untuk tertarik menggunakan ponsel dengan teknologi kamera putar. Hal ini perlu dilakukan karena selama ini mereka sudah terbiasa menggunakan kamera yang tertanam di punggung ponsel.
Jika sekadar menjual layar yang ”bersih” dari kamera depan karena memiliki modul kamera seperti itu, Samsung bakal menghadapi banyak masalah karena pasar ponsel Indonesia sudah dibanjiri produk serupa. Mulai dari Find X dari Oppo yang dikategorikan flagship, lantas diikuti varian yang lebih terjangkau, seperti F11 Pro, pun sama dilakukan merek Vivo melalui V15 Pro.
Dan contoh tadi sudah hadir sejak kuartal I tahun 2019.
Oppo baru-baru ini juga memperkenalkan seri ponsel baru, yakni Reno, dengan modul kamera yang menyembul mirip sirip ikan hiu. Salah satu pertimbangan adalah menghemat daya yang dihabiskan untuk menggerakkan motor. Daya tarik dari seri ini adalah lensa telefoto yang memungkinkan pengguna untuk mengambil gambar dengan pembesaran (zoom) hingga 10 kali.
Seri terkini yang baru saja dirilis di Indonesia adalah Realme X yang dilepas dengan harga Rp 4,2 juta untuk varian dengan spesifikasi RAM 8 GB dan penyimpanan internal 128 GB serta parameter lain yang terpaut tipis dengan Galaxy A80. Galaxy A80 memiliki sistem dalam cip (SoC) Snapdragon 730G yang memiliki perbedaan performa signifikan dengan Snapdragon 710 yang disematkan pada Realme X.
Pengalaman Kompas menjajal Realme X beberapa waktu menunjukkan potensi masalah yang bisa ditimbulkan pada Galaxy A80. Mulai dari desain yang memiliki kesan premium, kamera menyembul, sensor sidik jari di bawah layar, hingga teknologi pengisian kilat VOOC yang diperkenalkan Oppo. Panel AMOLED dari layar Realme X membuat reproduksi warna di ponsel itu terlihat cerah dan menyenangkan.
Kesan sewaktu memakai kamera juga cukup positif. Fitur kecerdasan buatan membantu pengambilan gambar untuk mendapatkan pengaturan terbaik. Moda Nightscape adalah satu unggulan untuk mengambil kondisi rendah cahaya dan hasilnya adalah warna-warna yang mencolok dan tegas, Huawei sudah mengawalinya sejak seri P9.
Dari perspektif harga, Realme X akan terlihat lebih memikat dengan harga jual di bawah Rp 5 juta. Yang dibutuhkan Samsung saat ini adalah mengemas Galaxy A80 dalam narasi yang memikat bagi konsumennya karena seri ini sebetulnya memiliki keunggulan baik dari sisi teknologi maupun fitur.
Sebagai sebuah pertaruhan, Samsung sebetulnya punya peluang untuk berjaya melalui seri Galaxy A80, meski harus diakui bahwa peluangnya tidaklah besar.