JAKARTA, KOMPAS -- Instagram meluncurkan program Akademi Instagram di Jakarta, Jumat (19/7/2019). Program ini diproyeksikan sebagai wadah pengembangan strategi bisnis para wirausahawan muda di Instagram.
Instagram mencatat ada lebih dari 25 juta akun bisnis di Instagram di seluruh dunia hingga hari ini. Akun-akun itu antara lain terdiri dari produsen dan penjual. Dari angka tersebut, Indonesia merupakan satu dari lima negara pemilik akun bisnis terbanyak selain Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan Brazil.
Menurut studi yang dilakukan perusahaan riset Ipsos Indonesia, sebanyak 82 persen pengusaha muda merasa terbantu untuk mencapai target bisnisnya melalui Instagram. Ada 3.012 pengguna Instagram berusia di atas 13 tahun dan 502 akun usaha kecil dan menengah (UKM) yang dilibatkan dalam studi ini. Studi dilakukan dari 21 Agustus-6 September 2018.
"Dari studi itu, kami temukan 81 persen orang menggunakan Instagram untuk mencari informasi akan sesuatu yang ia sukai, baik produk, maupun bisnis," kata Kepala Bagian Bisnis Berkembang dan UKM Indonesia-Filipina untuk Facebook dan Instagram, Ferdy Nandes.
Menurutnya, Instagram bisa membantu pengembangan bisnis UKM mengingat pengaruhnya sebagai media promosi. Dari studi tersebut, sebanyak 78 persen pengguna mengaku membeli suatu produk setelah melihatnya di Instagram. Sementara itu, 66 persen pernah mempertimbangkan untuk membeli produk yang ada di Instagram.
Menurut laporan e-Conomy SEA 2018 dari Google dan Temasek, gross merchandise value (GMV) industri e-dagang di Indonesia mencapai 12,2 miliar Dollar AS atau lebh dari Rp 170,2 triliun. Angka ini diprediksi meningkat pada 2025 menjadi 53 miliar Dollar AS atau lebih dari Rp 739,5 triliun.
"Kami melihat banyak anak muda yang berpikir untuk menjadi wirausahawan digital. Di Instagram, #BisnisAnakMuda jadi tagar yang paling sering digunakan oleh mereka," kata Ferdy.
Hingga hari ini pukul 13.30 WIB, ada lebih dari 2,2 juta unggahan dengan tagar serupa di Instagram.
Strategi bisnis
Pada kesempatan yang sama Chief Executive Officer Kreavi, Anto Motulz, mengatakan, wirausaha digital muda menghadapi dua masalah utama, yakni pemasaran dan promosi. Hal itu terjadi karena edukasi tentang kedua hal itu masih minim.
“Anak-anak muda di masa kini kreatif. Banyak dari mereka yang berkolaborasi dan berkreasi, namun bingung cara memasarkan kreasinya. Biasanya, untuk berjualan, mereka mengunggah karya di Instagram,” kata Anto.
Hal itu dinilai belum efektif karena tidak semua pelaku usaha mengetahui fitur bisnis di Instagram. Oleh sebab itu, Akademi Instagram diadakan untuk membina para wirausaha digital berusia di bawah 35 tahun.
Pebisnis yang bisa ikut serta harus bergerak di salah satu dari 16 subsektor industri yang ditetapkan Bekraf, antara lain arsitektur, desain interior, kriya, kuliner, musik, fotografi, dan seni rupa.
Materi pembinaan antara lain meliputi pembuatan konten yang menarik untuk pemasaran produk, pemahaman fitur-fitur bisnis, hingga strategi promosi. Para peserta akan dikurasi dari 1.000 peserta menjadi 30 orang pada Agustus 2019. Pada September 2019, peserta akan kembali dikurasi menjadi 10 orang.
Untuk mendaftar, para peserta harus telah menjalankan bisnisnya di Instagram minimal selama setahun. “Jumlah followers (pengikut) tidak kami hitung dalam hal ini. Sebab, kami ingin mencari akun bisnis yang punya engagement (keterkaitan) dengan akun-akun lain,” kata Manajer Komunikasi Instagram untuk Asia Pasifik, Putri Silalahi.