Janji BMW dalam Kemasan Ekstra
Kalimat ”Sheer Driving Pleasure” yang menjadi slogan resmi BMW mengandung janji bahwa dalam setiap mobil buatan Bavaria, Jerman, itu terdapat sebuah kenikmatan berkendara. Bukan sekadar kenikmatan menunggang mobil, misalnya di kursi belakang. Ini janji yang harus dipenuhi, tidak boleh tidak.
Pertanyaan pun muncul, akankah janji itu bisa ditepati saat BMW membuat sebuah sport activity vehicle (SAV) berukuran besar dengan tiga baris tempat duduk? Postur yang jangkung, dimensi besar, dan bobot yang lebih seolah menjadi resep antitesis dari sebuah mobil yang nikmat dikendarai.
”Janji adalah janji. Kami harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhinya,” kata Daniel Nowicki, pakar sasis dan suspensi dalam tim pengembangan BMW X7, di Las Vegas, AS, Maret 2019. BMW X7 adalah anggota terbaru keluarga BMW, yang juga menjadi mobil berdimensi terbesar dalam sejarah pabrikan tersebut.
Beberapa hari di pertengahan Maret tersebut, Kompas dan jurnalis Otodriver.com, Fitra Eri, menjadi orang Indonesia pertama yang berkesempatan menjajal wujud nyata BMW X7 ini di Amerika Serikat, tempat kelahirannya. Disebut wujud nyata karena dalam pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show 2018, BMW baru memajang mobil konsep X7 ini.
Secara keseluruhan, versi produk massal BMW X7 ini tak jauh berbeda dengan versi konsepnya. Garis-garis tegas cenderung mengotak, memanjang dari ujung bonet melewati pilar A hingga pilar D, mencirikan sebuah SUV full size dengan kapasitas 6-7 tempat duduk.
Dimensinya jelas gambot, dengan panjang 5,151 meter atau 22,9 sentimeter (cm) lebih panjang dibandingkan BMW X5 terbaru. Dengan sendirinya, jarak sumbu roda (wheelbase) pun juga lebih panjang, yakni 3,105 meter. Bandingkan dengan wheelbase X5 yang hanya 2,975 meter.
Mengapa dibandingkan dengan X5? Karena sebelum kedatangan X7, X5-lah yang menyandang sebagai mobil berukuran terbesar dalam keluarga BMW. Selain itu, X7 dan X5 juga berbagi platform yang sama.
Ekstra besar
Garis-garis tegas juga terlihat di wajah mobil baru ini, terutama gril double kidney-nya yang ekstra besar dengan garis-garis vertikal. Ini adalah salah satu fitur tampilan X7 yang banyak menjadi kontroversi di kalangan pencinta mobil karena dianggap terlalu besar dan aneh.
”Menurut kami, bentuknya sudah proporsional dengan ukuran mobilnya. Karena kalau mobilnya besar dan grilnya kecil, justru akan jadi aneh,” jawab Jörg Wunder, Project Leader BMW X7. Kompas cenderung setuju dengan pendapat ini.
Wunder kemudian bercerita bagaimana X7 dikonsep sebagai jawaban BMW terhadap SUV-SUV berukuran besar yang dikeluarkan kompetitornya, seperti Mercedes-Benz GLS, Range Rover, dan Cadillac Escalade sasis pendek.
X7 dikonsep sebagai jawaban BMW terhadap SUV-SUV berukuran besar yang dikeluarkan para kompetitornya.
Ada beberapa pilihan mesin bensin dan diesel yang menjadi sumber tenaga X7. Dalam acara uji kendara global di Las Vegas, kami dari Indonesia mendapat jatah varian BMW X7 xDrive 40i bermesin bensin enam silinder segaris dengan kapasitas 3.0 liter. Alasannya, varian inilah yang akan dimasukkan ke Indonesia.
Di atas kertas, varian 40i ini mengeluarkan tenaga maksimum 335 HP pada putaran mesin 5.500-6.500 rpm dan torsi puncak 450 Nm pada rentang 1.500-5.200 rpm. Akselerasi 0-100 km per jam diklaim 6,1 detik, angka yang mengagumkan untuk mobil berbobot di atas 2 ton!
Rasa BMW
Hari Senin (18/3/2019), kami berangkat dari resor Mandalay Bay di Las Vegas di Negara Bagian Nevada, AS, untuk menempuh perjalanan sejauh lebih dari 600 kilometer menuju Los Angeles, California. Panitia sengaja tak melewatkan rombongan melalui jalur terpendek menuju Los Angeles, tetapi jalur memutar melewati Taman Nasional Death Valley di California utara.
Pada awalnya, terasa bagaimana X7 ini berukuran besar. Perlu penyesuaian beberapa saat untuk mendapatkan feeling mengemudi, sekaligus penyesuaian berkendara di jalur sebelah kanan.
Namun tak lama setelah rombongan lepas dari The Strip—julukan buat ruas jalan utama di Las Vegas—dan mulai menapak jalanan luar kota dan bisa sedikit mengembangkan kecepatan, feeling mengemudi mobil sudah didapatkan. Memang tak salah apa yang dikatakan Nowicki, rasa mengendarai sebuah BMW tetap terasa di mobil ini.
Apalagi saat mulai memasuki kawasan Taman Nasional Death Valley, tempat jalanan berkelak-kelok terbentang sepi di tengah gurun tandus yang spektakuler. Kecepatan bisa makin ditambah, dan kelincahan mengemudi X7 semakin terasa. Rasanya tak ubahnya mengendarai SAV BMW yang lebih kecil, seperti X4 atau X2.
Beberapa kali, fitur semi-swakemudi yang menjadi perlengkapan standar mobil versi AS ini diaktifkan. Di sini, mobil secara otomatis menyesuaikan kecepatan sesuai batas kecepatan yang berlaku, sekaligus mengendalikan mobil dengan patokan marka jalan yang ada.
Tetap nyaman
Setelah istirahat makan siang, giliran Fitra Eri memegang kemudi, sementara Kompas mencoba duduk di baris kedua dan ketiga. Secara khusus, duduk di baris kedua yang berkonfigurasi captain seat terasa sangat nyaman.
Kualitas interior X7 ini mengingatkan pada sedan BMW Seri 7, dengan berbagai fitur kemewahan ekstra. Ini termasuk dua atap panoramik, satu berukuran besar terbentang dari kursi depan hingga kursi baris kedua, dan satu berukuran kecil di atas kursi baris ketiga.
Penumpang baris kedua juga dimanjakan dengan layar monitor yang terpasang di depan masing-masing kursi. Fitur hiburan dan navigasi bisa diakses di setiap monitor berteknologi layar sentuh ini.
Saat mencoba duduk di baris ketiga, terasa ruangan masih lega walaupun tak selega dan selengkap di baris kedua. Kursi masih nyaman diduduki, dan saat Fitra bermanuver layaknya pembalap di tikungan-tikungan tajam di Death Valley, duduk di baris ketiga ini masih terasa nyaman.
Apalagi, X7 dilengkapi sistem pengatur udara lima zona, yakni dua zona di kursi depan, dua zona di baris kedua, dan satu zona di baris ketiga. Artinya, penumpang di baris ketiga pun bisa mengatur suhu AC sendiri.
Secara umum, varian yang diuji coba dalam perjalanan selama lebih dari 9 jam menuju Los Angeles itu tak jauh berbeda dengan varian yang masuk ke pasar Indonesia. Hanya ada satu varian X7 yang dimasukkan BMW Group Indonesia, yakni BMW X7 xDrive 40i Pure Excellence dengan konfigurasi tempat duduk captain seat di baris kedua.
Saat Kompas mendapat kesempatan melihat X7 versi Indonesia ini, perbedaan dengan versi AS hanya pada warna kulit pembalut interior dan desain velg roda. ”Semua fitur semi-autonomous driving juga dilepas untuk versi Indonesia ini,” kata Corporate Communications Manager BMW Group Indonesia Ismail Ashlan di BMW Indonesia Training Center, Serpong, Sabtu (22/6/2019).
Berbagai fitur dan kemewahan dipertahankan, termasuk sistem penutup pintu otomatis di semua pintu samping, climate control 5 zona, head up display, sistem kamera x-Offroad yang bisa menyimulasikan sudut pandang mobil dari 6 posisi di luar mobil, sistem pengecasan gawai nirkabel, serta berbagai fitur keamanan aktif dan lampu depan berteknologi BMW Laserlight.
Untuk sementara, X7 di Indonesia diimpor utuh dari pabrik BMW X di Spartanburg, AS.
Vice President Corporate Communications BMW Group Indonesia Jodie O’Tania mengatakan, untuk sementara, X7 di Indonesia diimpor utuh dari pabrik BMW X di Spartanburg, AS. Namun, tidak menutup kemungkinan jika respons pasar positif, mobil ini akan dirakit di dalam negeri.
Bagi yang penasaran dengan wujud asli X7, catat tanggal peluncurannya di Indonesia, yakni 15 Juli 2019 bertempat di Museum Macan, Jakarta Barat. Jangan sampai ketinggalan!