Samsung Mengantarkan Galaxy A dari Generasi Milenial ke Generasi Z
Seri ponsel pintar Galaxy A bisa menjadi cerminan bagaimana Samsung berupaya relevan untuk konsumen dari kalangan muda. Dari sebutan Generasi A beralih ke generasi milenial, dan pada tahun 2018 resmi mengincar segmen yang lebih muda lagi yakni generasi Z.
Oleh
Didit Putra Erlangga Rahardjo
·5 menit baca
Seri ponsel pintar Galaxy A bisa menjadi cerminan bagaimana Samsung berupaya relevan untuk konsumen dari kalangan muda. Dari sebutan Generasi A beralih ke generasi milenial, dan pada tahun 2018 resmi mengincar segmen yang lebih muda lagi yakni generasi Z. Inilah medan perang baru industri ponsel tanah air dan di dunia.
"Selamat Datang Galaxy A" adalah judul dari tulisan yang dibuat oleh Dong Jin Koh atau lebih akrab dipanggil DJ Koh, President and CEO, IT & Mobile Communications Division, Samsung Electronics, yang disebarkan ke awak media hari Senin (8/7/2019) ini. Sapaan tersebut adalah upaya Samsung untuk memikat para konsumen dari generasi Z atau mereka yang lahir di pertengahan tahun 1990-an dan 2000-an yang lahir setelah generasi Y atau milenial.
Argumennya sederhana, generasi Z diprediksi bakal menyumbang 40 persen dari permintaan ponsel pintar pada satu dekade selanjutnya. Dan hipotesa yang muncul, mereka adalah generasi yang sudah terbiasa untuk membuat konten yang disiarkan secara langsung. Mereka membuat konten seperti video, membagikannya di media sosial, dan bercakap di layanan pesan instan seperti sesuatu yang alamiah dilakukan sejak lahir.
Tren tersebut disebut Koh melalui tulisannya sebagai "Era Siaran Langsung" dan melatarbelakangi perombakan strategi mereka untuk menghadirkan ponsel dengan spesifikasi yang memenuhi tiga kebutuhan yakni kamera, baterai dan layar. Tiga hal tersebutlah yang diyakini bisa mendukung gaya hidup "siaran langsung" oleh para penggunanya.
Berdasarkan catatan Kompas, pada tahun 2015 Samsung meluncurkan seri Galaxy A3 dan A5 untuk konsumen yang mereka gambarkan sebagai berjiwa muda, ekspresif, dan padat dengan aktivitas, bernama generasi A. Saat memperkenalkan Galaxy A(2018), Samsung menyebut generasi milenial sebagai sasaran produknya dengan memperkenalkan fitur tahan air (water resistant) serta layar dengan pinggir yang tipis alias infinity display, sesuatu yang saat itu baru ditemui pada ponsel kelas flagship saja.
Tidak mau ketinggalan, merek ponsel dari China yakni Vivo juga tengah berancang-ancang untuk mengeluarkan seri baru mereka yang mengincar konsumen muda yakni Vivo S. Seri ini akan mendampingi seri V yang memiliki konsentrasi menggarap konsumen yang gemar membuat swafoto dengan hasil yang dipercantik.
Salah satu asumsi yang diandalkan Vivo untuk memperkenalkan seri S adalah gaya hidup terhubung dengan internet yang perlu dipenuhi, serta penampilan produk yang modis tanpa kompromi. Mereka memulai kampanye ponsel ini sejak bulan Juli meski belum ada informasi pasti peluncuran di Indonesia.
Pengalaman
Pernyataan Koh seiring dengan pengalaman Kompas dalam menjajal Galaxy A70 yang memiliki kelebihan di baterai, kamera, dan layar. Galaxy A70 secara sederhana bisa disebut sebagai perbatasan antara ponsel kelas flagship dengan kelas menengah. Konsumen yang ingin merasakan pengalaman memakai ponsel andalan tapi memiliki anggaran yang terbatas bisa memilih seri ini.
Ponsel yang dirilis di perhelatan Galaxy Unpacked Bangkok pertengahan April ini memiliki layar dengan teknologi Infinity-U, alias bagian muka yang dipenuhi layar sentuh menyisakan area di sekitar kamera depan membentuk huruf U. Tidak ada sensor sidik jari di punggung karena diletakkan di bawah layar, meski sensitivitasnya kerap kalah tanggap, fitur ini diyakini bisa menambah daya pikat Galaxy A70.
Terdapat tiga buah kamera di punggung yakni kamera utama, kamera untuk mengukur kedalaman, dan lensa lebar. Secara umum, pengalaman menggunakan kameranya cukup memadai terlebih bila diambil dengan kondisi pencahayaan yang memadai, gambar lebar bisa menangkap detail meski sayang pengguna tidak bisa memilih fokusnya. Fitur "Live Focus" yang disiapkan untuk menghasilkan potret dengan latar belakang dikaburkan juga memiliki opsi menghias layaknya ponsel kelas flagship yakni Galaxy S10.
Memiliki baterai berkapasitas 4.500 mAh, Galaxy A70 merupakan ponsel dengan daya tahan yang mumpuni untuk aktivitas padat seharian. Bila masih kurang, baterai tersebut bila dikawinkan dengan pengisi daya kecepatan tinggi bisa mengisi ulang dalam waktu singkat.
Tampilan antarmuka One UI yang dikembangkan Samsung berhasil membuat pengalaman penggunaan ponsel yang relatif seragam sehingga tidak lagi ada diskriminasi dari pengguna ponsel kelas flagship hingga menengah. One UI berhasil membuat pengalaman pakai ponsel Samsung menyenangkan dan memudahkan.
Dengan kapasitas RAM 6 gigabita dan penyimpanan internal 128 gigabita, Samsung ingin menepis kerisauan para pembuat konten video bahwa penyimpanan bukan lagi masalah. Dengan harga saat pertama kali diperkenalkan Rp 5,8 juta, Galaxy A70 ingin menjadi perangkat pembuat konten bagi anak muda.
Penyimpanan
Kecenderungan dari gaya hidup remaja juga terlihat dari survei mengenai kebiasaan dalam menggunakan perangkat ponsel serta manajemen data yang digelar Deka Research Management yang bekerja sama dengan produsen perangkat penyimpanan Western Digital. Hasil survei yang ditunjukkan pada hari Senin ini mengungkapkan bahwa kebiasaan yang paling banyak dilakukan oleh pengguna ponsel pintar adalah mengambil gambar yang dilakukan 93 persen responden dan mengambil video oleh 63 persen responden.
Dari data yang dikumpulkan pengguna di penyimpanan internal ponsel, 98 persen merupakan foto dan 79 persen adalah video. Kebiasaan ini menyisakan sedikit ruang di penyimpanan internal ponsel mereka.
"Sebanyak 67 persen responden menyatakan pernah kehilangan data penting mereka di ponsel karena berbagai alasan seperti rusak, hilang, file rusak, atau terkena serangan perangkat lunak perusak," kata Mamik Leonardo, Direktur Riset Deka Research Management.
Distribution Sales Manager Western Digital Indonesia Veronica Lim mengatakan, mayoritas aktivitas yang dilakukan melalui gawai mereka seperti ngobrol dan mengambil video memunculkan kebutuhan layanan atau produk penyimpanan seperti diska lepas untuk ponsel pintar.
Era konsumen yang memproduksi video sehari-hari makin dekat. Setidaknya produsen perangkat sudah meramalkan hari itu dengan mempersiapkan lini produk yang mereka anggap sesuai. Demi memuaskan kebutuhan Generasi Z.